1%

By PuspitaPirsouw

80.7K 14.4K 33.4K

Barangkali dari jauh jalanan panjang itu terlihat mulus. Ketika dilewati ternyata berbeda dari perkiraan. Kam... More

●WELCOME●
*
**
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
3.3
4.1
4.2
4.3
5.1
5.2
5.3
6.1
6.2
6.3
7.1
7.2
7.3
8.1
8.2
8.3
9.1
9.2
9.3
10.1
10.2
10.3
11.1
11.2
11.3
12.1
12.2
12.3
13.1
13.2
13.3
14.1
14.2
14.3
15.1
15.2
15.3
16.1
16.3
17.1

16.2

390 109 111
By PuspitaPirsouw

Terima kasih untuk antusiasnya!

Tolong diramaikan, ya.

Ada bom kecil.

Selamat membaca!

:)
_______________________________________

Jelas sudah. Kalau diputar ulang ke belakang, yang katanya guru BK baru hanya khusus menangani Kenanga saja. Makin memperkuat bahwa dia hanya guru palsu. Apalagi tindakannya untuk mendisiplinkan Kenanga, sungguh membuat ternganga.

"Ibu, mamanya Noah?" tanya Kenanga, berharap wanita itu menggeleng kepala.

"Iya."

Fakta lain ditemukan. Otak Kenanga mulai merangkai potongan-potongan alur yang tercerai.

"Senang karena semua berkumpul di sini." Yang dikatakan Belinda saat berada di ruang kepala sekolah.

Kenanga baru mengerti sekarang. Artinya semua yang berhubungan hadir di saat itu, kecuali Rinai. Judith juga ada di sana bersama putranya Noah.

Di saat itu pula, ada gerak mata yang terus memperhatikan Belinda sejak melewati pintu hingga duduk. Ya, siapa lagi? Judith.

Rinai sudah tahu sejak lama. Dia tipikal yang memantau sambil mengumpulkan informasi diam-diam.

"Gue nggak sabar pengen lihat ekspresi bodohnya Nana saat tahu." Ucapan Rinai ketika keluar dari ruang BK, di waktu yang berbeda.
_________________________________________

16.2















°

Suatu kebanggaan
bisa bertahan.














             KENANGA meninggalkan rumah itu tanpa sempat melampiaskan kemarahan. Padahal wanita perusak keluarga mereka ada tepat di depan mata. Terlalu kaget sampai tidak sanggup memuntahkan emosi.

Mengapa harus Judith? Karena karakternya. Julio pikir yang seperti Kenanga hanya bisa ditangani oleh perempuan segila Judith.

Matte lipstick burgundy, jago berkelahi, tindakan-tindakannya yang terbilang sinting. Itu jelas Delajudith Dedari. Memang dibanding Judith yang dahulu, dia yang sekarang jauh lebih baik. Tidak lain putranya sendiri yang telah mengubahnya.

Rinai tertawa, setelah Kenanga membanting pintu mobil dengan keras. Butuh pelampiasan tetapi entah harus dilampiaskan ke mana.

"Kenapa lo nggak kasih tahu?" Menyadari bahwa dia adalah orang terakhir yang tahu, Kenanga merasa sangat bodoh sekali.

"Karena seru lihat lo kaget dengan wajah bodoh." Momen yang ditunggu-tunggu oleh Rinai.

Noah juga tahu. Mestinya dia menghalangi ibunya. Judith tidak seharusnya berada di dekat anak-anak dari pria yang pernah menidurinya. Lucu sekali seseorang seperti itu mendisiplinkan Kenanga, setelah apa yang dia perbuat.

"Sekarang lo masih mikir mama nggak sengaja jatuhin alamat itu? Mama sengaja." Rinai mulai menjalankan mobil.

Ya, tadinya. Kini Kenanga paham. "Supaya kita tahu?"

"Kita? Lo aja. Mama pasti bisa nebak, gue udah tahu." Rinai selalu sepuluh langkah di depan.

"Arrrghh! Apa papa udah nggak punya otak?!" Kenanga tidak habis pikir dengan tindakan-tindakan yang diambil Julio.

Senyum tipis bertahan dua detik di bibir Rinai. "Dia punya otak. Tapi, gue ragu otaknya digunain dengan baik."

"Di mana papa sekarang?"

"Kenapa?" Tiba-tiba bertanya, Rinai ingin tahu alasannya.

"Harus lempar wajahnya dengan tai ayam dulu, baru gue puas!" Padahal Julio nomor satu favoritnya Kenanga, tetapi pria itu terlalu banyak membuat masalah. Makin ke sini tidak menunjukkan ayah yang bijaksana.

"Untuk ukuran seeorang Kenanga, itu terlalu sederhana. Gue pikir lo mau lemparin granat." Memang cuma Rinai yang melucu dengan wajah datar.

Mengenai guru BK gadungan. Awalnya menyebalkan di mata Kenanga. Sangat. Namun, terakhir bertemu, telah menunjukkan sisi yang berbeda. Tidak usah heran. Begitu-begitu Judith memiliki hati seorang ibu. Kenanga sampai tersentuh, memulai langkah awal untuk berubah. Kekagumannya runtuh begitu tahu siapa sebenarnya wanita itu.

Belakangan ini waktu terasa cepat. Tiba-tiba saja hari sudah berganti. Dua puluh empat jam sehari, kok, cepat sekali berakhir?

Kalau murid lain, merasa segan masuk ke ruang BK. Kenanga melenggang santai selayaknya rumah sendiri. Yang dicari tidak ada, hanya guru BK lama. "Jadi, dia udah berhenti?"

"Pengecut emang cocoknya dengan pengecut." Sindiran ini ditujukan untuk Judith dan Julio. Kebetulan, mereka juga punya nama yang mirip.

"Nggak sekalian aja ngekos di sini?" Tidak harus mencari keliling sekolah, Nagata tahu di mana Kenanga.

"Ke kantin, yuk!" ajaknya.

Tangannya bergerak memperbaiki letak jepitan rambut di kepala gadis itu yang sedikit lagi jatuh. "Pakai jepitan gini tambah manis."

"Nggak usah muji!" Dipuji bukannya terbang malah jengkel. Kenanga memang berbeda.

"Galak!" Hidung Kenanga dicubit, sebelum Nagata kabur sembari tertawa kecil.

"Kambing bau!"

"Gue juga sayang sama lo, Nyet!"

"Najis!" Pernyataan cinta yang main-main itu, direspons Kenanga dengan gerakan mau muntah.

Kita tinggalkan dua sahabat yang perasaannya ambiguitas ini.

Noah sedang melamun ketika Bumi merapat dengan makan siang. Dia tahu sahabatnya banyak pikiran, sehingga sulit tidur dan tidak berselera makan.

"Makan dululah! Cacing-cacing di perut lo nanti nggak bisa melanjutkan keturunan." Omongannya sering ngaco. Begitulah Bumi.

"Kenyang. Lo aja." Padahal tubuhnya kurus. Mestinya Noah tidak melewatkan waktu makan. Kasihan terlalu banyak menanggung beban melebihi kapasitas sebagai anak.

"Gue nggak mau makan, Bum."

Melihat Noah tidak bersemangat begini, Bumi sedih. "Enam suap aja, ya?"

"Nggak mau."

Bumi memutar otak. Bagaimana pun caranya, dia akan memastikan perut Noah kenyang.

Dia pun sedang lapar, dihajar Kimia energinya terkuras. Namun, Noah yang terpenting saat ini.

"Kalau lo makan sepiring ini habis, gue lari keliling sekolah cuma pakai boxer dan BH!"

"Ayo Noah makan!"

"Buruan dimakan, Noah!"

"Makan! Makan! Makan!"

Teman-teman yang mendengar janji konyol Bumi, datang menyemangati Noah. Supaya kegaduhan segera berakhir, Noah akhirnya makan.

Baru kali ini dia menyantap makanan disaksikan oleh banyak pasang mata. Mulut-mulut berisik itu tiada henti menyemangati.

"Ayo, Noah! Makan lagi!"

Sedangkan Bumi panik. Terlambat untuk menarik ucapannya tadi.

"Sedikit lagi, Noah!"

Seakan dia sedang mengikuti turnamen penting dan harapan semua orang ada di pundaknya.

Tersisa satu sendok. Ini yang terakhir. Orang-orang menunggu Noah meneguk air untuk mendorong makanan masuk.

Ketika suapan terakhir itu datang ke mulut, semua menatap dengan berbinar. Pekik senang terdengar dari berbagai sudut.

Celaka! Sekarang semua menagih janji Bumi. Seorang teman muncul dengan bra yang dicuri dari jemuran salah satu rumah di dekat sekolah. Bra berwarna merah dengan renda-renda yang seksi.

Itu hari bersejarah yang tidak terlupakan bagi Bumi Bumantara. Berlari mengitari sekolah hanya menggunakan boxer dan bra. Dinistakan satu sekolah.

Namun, rasa malunya hilang, ketika melihat Noah di tengah kerumunan sedang tertawa lepas.

Nah, gitu Noah. Lo harus sering ketawa. Meski hidup ini jahat, ketawain aja.

Rinai mengamati aksi memalukan itu dari jarak cukup dekat, kemudian mengabadikannya dengan kamera.

Malam harinya, Kama menawarkan diri untuk memasak. Memang tidak seenak buatan Judith, tetapi lumayan di lidah dan aman untuk perut.

Bukan sesuatu yang spesial. Hanya nasi goreng. Karena lebih mudah untuk dikerjakan. Dia menyajikan di depan masing-masing, Judith, Noah, Bumi.

Tiba-tiba Bumi berteriak kaget. Punyanya ada kecoak. Kebetulan yang aneh.

Kama menusuk kecoak itu dengan pisau, sebelum sempat melarikan diri. "Pengganggu harus disingkirkan!"

Sesaat pancaran matanya terlihat mengerikan. Atau hanya perasaan Bumi saja?

"Om ganti, ya?" Kama membawa piring itu ke belakang.

Anak itu tahu. Kama membatin.

Sejak Bumi datang ke rumah, Kama menyadari Bumi terus mengawasi. Sebelumnya tidak begitu. Dia dicurigai. Anak itu tahu dan sedang mencari bukti.

_________________________________________

Gawat si Kama udah tahu!
Gimana nih selanjutnya?

Temukan di part berikut!

Terima kasih. Terima kasih.

Sampai jumpa lagi!

Sayang, sayang, sayang 🖤🖤🖤

_________________________________________

Silakan follow:

@puspita_pirsouw
@milanesta1133

_________________________________________

1%

18 Mei 2023






PUSPITA PIRSOUW

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 131K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2.7M 280K 65
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
2.6M 143K 63
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...