Pagi yang cerah seperti hari hari biasanya, dan entah bagaimana sepagi ini setelah bangun tidur Jev semakin manja dengan keluarganya
Sena berjalan menuju Jev yang sedang bercermin dengan memasang dasi
"Sayang sini Ena bantuin" Tawar Sena dengan memegang kedua pundak sempit Jev
"Ena ini susah" Ujar Jev, ia lalu menyerahkan dasi kepada Sena
Sena memasangkan dasinya dengan lihai karna sudah terbiasa mandiri
"Sayang, nanti Jev berangkat sama Lily yaa, Sena ada kerjaan" Jev memiringkan kepalanya seolah olah tak mengerti dengan perkataan Sena
"Ena nggak sekolah? " Tanya Jev, Sena hanya tersenyum menjawab pertanyaan dari Jev tercintanya
"Nah sudah, sekarang ayo sarapan" Ajak Sena, ia menarik lembut tangan Jev namun Jev hanya diam saja
Sena berbalik melihat Jev yang melihat dirinya "endong Ena" Ujar Jev, ternyata ia minta di gendong
Sena dengan senang hati menggendong tubuh ringan Jev ala koala
🍀🍀🍀
Banyaknya siswa siswi masuk ke dalam lingkungan tempat menuntut ilmu
Disinilah Jev berada, ia melihat Ali yang sedang berjalan menuju gerbang dengan headphone di tangannya
"Ali" Panggil Jev dengan keras
"Astaga Jev, kenapa kau terlihat begitu pendek? " Tanya Ali, memang akhir akhir ini Jev terlihat sangat pendek
"Jev tidak tau" Ujar Jev, Ali hanya mengangguk lalu mereka bertiga jalan beriringan menuju kelas
Di kelasnya sudah ada alat untuk mengukur tinggi badan (nggak tau namanya)
Jev berjalan menuju alat tersebut lalu berdiri di bawahnya, Lily yang paham maksud Jev pun menghampirinya lalu mengukur Jev
"Jev kau semakin pendek" Ucap Lily, Jev yang mendengar itu sontak memiringkan kepalanya bingung dengan perkataan Lily
"Apa kau tidak minum susumu? " Tanya Lily, "jev selalu minum susu Ily" Ujar Jev, Lily mengangguk untuk menjawab pernyataan Jev
Bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu, banyak murid berlarian pergi dari lingkungan tempat mereka menimba ilmu tersebut
Jev sendiri sedang berjalan bersama Lily, Ali dan Ely, mereka akan pergi ke mansion Afriliando untuk melaksanakan kerja kelompok yang di tugaskan oleh guru prakarya
Mereka di tugaskan untuk membuat bangunan, terserah bangunan apa saja, namun bangunan tersebut terbuat dari kardus yang di susun, jadi paham?
Dalam perjalanan Jev tertidur pulas karna ia kelelahan, tadi habis jam olahraga jadinya capek
Sesampainya di mansion, Lily menyuruh Dimas menggendong Jev masuk ke dalam kamar
Mereka masuk beriringan, saat sampai di ruang tamu mereka di kagetkan dengan kedatangan seorang perempuan yang sederhana namun cantik
Cara bicaranya juga sangat lembut dengan senyuman yang manis
Gibran menyadari kedatangan Jev dan antek anteknya "kalian, kenalkan dia Liya, teman daddy" Ujar Gibran dengan muka datarnya yang tak berubah
Jev menggeliat tak nyaman dalam tidurnya, ia terbangun karna alasan suara daddy nya yang tegas dan sedikit keras, membuatnya tak nyaman
Jev mengerjapkan matanya beberapa saat, mulutnya melengkung ke bawah dengan hidung yang merah "hiks daddy" Tangisnya pecah
Gibran kaget ketika dia mendengar tangisan Jev, "shut sayang daddy di sini" Ia berjalan mendekati Jev lalu membopongnya "kalian masuklah" Ujar Gibran menyuruh Lily, Ali dan Ely
Mereka bertiga mengangguk lalu pergi dari ruang tamu menuju ruang khusus untuk Jev dan temannya mengerjakan tugas, memang sudah di sediakan dari dulu
"Hiks mau hiks sama tante Liya huwaaaaa" Tangis Jev kembali pecah dengan keras
"Cup cup sini sayang sama tante yaa" Liya pun menggendong Jev ala koala lalu mengelus punggung Jev
Kenapa Liya bisa bopong Jev?? Ya karna Jev ringan dan Liya dulunya senang gym jadi mudah baginya
Liya menimang nimang Jev, berharap Jev bisa cepet turu, namun suara keras membuat Jev kaget jadi nggak bisa turu
"Jev ini oma sayang" Dia Rima oma Jev, atau ibu dari Gibran begitu kira kira
"Omaaaa" Jev memeluk tubuh tinggi omanya, walau sudah tua tapi tetep kaya anak muda
"Eh Liya di sini kamu" Ucap Rima dengan senyum mengembang "iya bu, tadi pengen main aja" Balas Liya dengan senyum juga
Btw teman Jev udah pulang yaaa
"Oma sama siapa" Ujar Jev saat melihat di belakang omanya ada satu maid dan satu anak kecil cewek
"Ohh dia bi Ira sama anaknya Elis, bi Ira yang akan memenuhi kebutuhan Jev" Jev hanya mengangguk sebagai jawaban
Mereka akhirnya makan malam dan bercerita bersama, namun Rima harus pulang karna suaminya sendirian
.
Saat ini Jev sedang di ruang bermain bersama Elis, mereka bermain biasa saja seperti anak pada umumnya, namun itu tadi sekarang Jev sedang meneteskan air matanya
Flashback on
Mereka sedang bermain bersama, sampai Jev tidak sengaja merubuhkan bangunan dari balok yang susah payah sudah di buat oleh Elis
Elis marah, tentu saja ia marah, walau kekanakan tapi dia sudah berusaha membuat ini dan susah payah
"Lo kenapa sihh, ada masalah apa lo ama gw, gw susah payah buat ini malah lo hancurin" Marah Elis dengan keras
"Maafin Jev, Jev enggak sengaja kak" Jawabnya dengan kepala menunduk
"Akhhhhhhh lo sih" Jev menangis dalam diam dengan tangan memainkan bajunya
Flashback of
Elis mengambil pisau yang ada di piring dekatnya, pisau itu tadi habis buat motong buah jadinya di situ
"Sini lidah lo" Ujar Elis menarik tangan Jev yang menggeleng hebat
"Enggak mau hikss, jangan hiks" Jev menangis sudah, ia masih saja menggeleng
"Alah bacot udah sinii" Bentak Elis, Jev tidak tau apa yang akan Elis lakukan dengan pisau dan lidahnya, ia pun menjulurkan lidahnya dengan air mata yang mengalir deras di pipinya
Elis tersenyum senang dengan apa yang Jev lakukan, maklumi Jev yang polos ini
Elis mengarahkan pisaunya tepat di lidah Jev, dan 1,2,3
"AAAKKKHHHH" Jerit Jev keras kala pisau itu menggores lidahnya
Dia menangis sejadi jadinya, bodyguard yang berjaga di luar ruangan pun masuk dengan tergesa gesa
Gibran datang dengan nafas yang tidak teratur dan keringan bercucuran
"Sayang" Panggil Gibran dengan wajah yang memerah menahan amarah, ia melihat anak bungsu kesayangannya sedang menjulurkan lidahnya dengan darah segar yang mengalir dan pisau yang berlumuran darah
"A-i, a-k-i-k" (Daddy sakit) Jev menangis walau susah namun karna rasa perih yang menjalar di mulutnya
Gibran mengangkat tubuh Jev lalu mengelus punggung bergetar Jev yang masih terisak
Tanpa banyak bicara Gibran pergi dari ruangan tersebut menuju rumah sakit punyanya, anak anak yang lain sudah tau mereka juga ikut namun Ana, Lily, dan Liya pergi besok, di suruh Gibran
.
Mereka berlari membawa brankar yang berisi tubuh kecil yang sedang tertutup matanya, dokter dan suster tidak lupa dengan tubuh kecil yang masih menutup mata itu masuk kedalam ruang IGD
"Maaf kalian boleh tunggu di sini" Ujar suster tersebut lalu menutup pintu rapat rapat
Sudah 1 jam Jev di periksa namun dokter belum juga keluar dari ruangan tersebut
"Daddy ini gimana, dokternya belum keluar" Panik Jas sembari berdiri dari duduknya
"Sabar son, sebentar lagi juga pasti keluar" Ujar Gibran, dan benar saja, dokter yang menangani Jev keluar sembari mencopot sarung tangannya
"Gimana keadaan anak saya dok? " Tanya Gibran tidak santainya
"Anak anda terluka lumayan parah, dia mendapatkan empat jahitan di lidahnya, untung saja luka goresannya di pinggir jadi dia bisa makan dengan biasa, usahakan jika makan jangan terlalu lembek dan sedikit sedikit walaupun lama, jangan mengarahkan sendok di tepat yang luka, anda bisa menjenguknya saat sudah di bawa ke ruang inap" Ujar dokter dengan wajah yang berkeringat
"VVIP" Dokter hanya mengangguk untuk menjawab pernyataan Gibran yang mutlak tersebut
Jev masih terbaring lemas di brankarnya dengan mata yang tertutup rapat membuat semua orang berhasil, kata dokter sebentar lagi akan bangun
"Engh" Lenguh Jev saat terbangun dari tidurnya yang lelap karna suntikan
"H-ik a-i ait" (Hiks daddy sakit) tangisnya dengan suara yang tidak jelas untuk di dengar
"Iya sayang sakit yaa, sini peluk daddy" Gibran berjalan menuju Jev yang sudah merentangkan tangan
Gibran mengelus punggung sempit Jev dengan lembut, abang abangnya Jev pergi ke kantin untuk makan
Gibran juga sudah mengabari Sena, Sena sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit dengan mobil yang kencang, ia sangat khawatir tadi saat Gibran mengabari kalau Jev harus di jahit
Wokwok
Makin kesana makin kesini
Gw sih nggak berharap di kasih vote
Tapi kalo mau vote silahkan, nggak mau ya udah