Aji dan Semestanya

By HuangNami

9.7K 1.3K 276

Kalian pasti sering mendengar mengenai "kisah cinta yang berawal dari rasa benci menjadi rasa cinta, yang di... More

PENGENALAN KARAKTER + PROLOG
01 {DAY 1}
02 {DAY 2}
03 {DAY 3}
04 {DAY 4}
05 {DAY 5}
06
07
08
09
10
11
12
13
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50 END

14

184 28 0
By HuangNami

Hello Guess!!!

Aji dan Semestanya udah sampai Chapter 14 nih
Jangan sampai lupa Vote nya, trus Komen uga, and Follow akun ini karna yg punya akun tuh gemesin kek Renjun, hehe jan lupa Share ke temen-temen kalian juga...

#eventmenulis
#50bersamamu
#moonseedpublisher
#ClueDay14
#Day14
#Renjana

Renjana berasal dari bahasa Sansekerta, yakni ranjana yang memiliki arti hasrat (yang menyala), menyenangkan, sangat menarik, dan juga gembira.

Liat series bl di hari Ahad
Happy Reading My Readers Wattpad (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Menggendong tubuh mungil Noval untuk dibawanya ke sebuah taman bunga mini yang berada di belakang toko buku di sana.

Meletakkannya tubuh Noval pada kursi panjang taman yang tersedia dan menutupi tubuh mungil itu dengan jaket yang Aji kenakan.

Membelai wajah manis Noval sekejap lalu pergi guna membela air mineral untuk menenangkan orang tersayangnya. Sesampainya di mini market terdekat, segera Aji mengambil dua botol air mineral, dua roti coklat kesukaan Noval, dan satu botol kecil minyak aromaterapi lalu bergegas membayar belanjaan itu dan kembali ke taman di mana Noval ia letakkan.

Masih dengan posisi yang sama, Aji dengan perlahan mendekat ke arah Noval yang masih menutup mata. Mencoba membangunkan si Noval dengan perlahan sembari mendekatkan minyak aromaterapi itu ke pernapasan Noval, berharap sang pujaan kembali bangun dari pingsannya.

"Ugh?"

Mendengar lirih dari Noval, dengan sigap Aji mencoba menegakkan tubuh Noval untuk bersandar pada sandaran kursi taman. Menatap lekat ke arah wajah manis sang pujaan dengan tatapan cemas.

"Masih pusing?" Tanya Aji saat memperhatikan Noval sedikit linglung.

"Dikit," sahut Noval sambil memegang sudut keningnya.

"Hadap gue."

"Ngapa—"

Tanpa berontak, Noval pun terdiam saat tangan hangat Aji memijit sudut keningnya dengan sedikit minya aromaterapi guna meringankan rasa pusing yang ada.

"Mendingan?"

"Hm, thanks."

Setelah itu, suasana di antara mereka berdua kembali canggung. Atmosfer diri masing-masing pun seketika berubah menjadi dingin.

"Laper?" Tanya Aji saat mendengar suara perut berbunyi dari orang di sampingnya.

"Hm, dikit." Sahut Noval menundukkan kepalanya merasa malu karena bunyi perutnya yang tidak pada waktunya.

"Ya udah, nih makan. Gue tadi beli minyak aromaterapi sama sekalian beli nih roti ama air minum." Tawar Aji memberikan sekantung plastik berisi roti dan air mineral.

"Thanks, lu juga makan gih." Tutur Noval sedikit merubah suasana dingin di antaranya dirinya dan Aji.

"Gue masih kenyang, lu aja yang habisin. Biar mendingan tubuh lu." Ujar Aji sembari mengelus rambut hitam lebat Noval. Reflek ia.

"Oh, o-oke." Sahut Noval lalu segera menyantap roti coklat dalam genggamannya.

"L-lu ... ga marah lagi, 'kan?" Tanya Aji sedikit lemah takut menyinggung orang yang ia ajak bicara.

"Marah? Kapan gue marah ama lu?" Tanya balik Noval masih dengan acara makannya.

"Y-ya, gue cuma mastiin aja. Lu kalo lagi marah nyereminnya ngelebihin penari KKN njir," ujar Aji yang berhasil membuat Noval menatap sinis ke arahnya.

"Apa? Lu tadi bilang apa? Nyeremin—"

"E-eh? Ga, ga. Maksud gue tuh, kalo misal lu marah pasti kayak bayi minta jajan." Seru Aji sebelum sang pujaan kembali cemberut.

"Serah."

"Lah, marah nih?"

"Dih, siapa juga yang marah?"

"Iya deng iya. Ga marah tapi, cemberut."

"Dih, lu kali."

"Udah-udah, lanjut makan rotinya."

Duduk bersama dengan orang terdekat yang sudah dianggap lebih dari sekadar teman. Suasana sedingin dan secanggung apapun itu pasti akan pudar seiring berjalannya waktu. Canda gurau hasil kalimat sederhana dari mereka berdua yang mungkin terdengar biasa di pendengaran kalian, justru itu menjadi penghangat sekaligus penjalin hubungan diantara mereka berdua.

Teringat akan sesuatu, kalau mereka masih berada di taman dekat toko buku. Aji dan Noval pun berseru saat teringat hal yang mereka rencanakan.

"Buku referensi!!" Ujar mereka berdua secara bersama lalu menundukkan kepala masing-masing merasa sedikit malu.

"L-lu ... nyari buku referensi a-apa?" Tanya Noval sedikit gagap.

"G-gue sih, nyari buku referensi tentang sastra Indonesia. Lu?"

"Gue nyari buku referensi tentang alam semesta,"

"Oh, kalo gitu biar gue temenin nyari buku itu juga. Kebetulan gue udah pernah dateng ke toko buku ini beberapa waktu lalu, mau?" Tawar Aji mulai berdiri dari duduknya.

"Boleh. Yuk."

Entah malaikat apa yang merasuki diri mereka berdua sampai-sampai dengan mudahnya mereka kembali akur lalu berjalan bersama masuk ke dalam toko buku di sana.

Berjalan ke arah rak-rak buku yang menyediakan khusus buku referensi dan novel-novel pilihan. Dengan cepat, Noval pun mendapatkan buku referensi yang sesuai maksudnya.

Aji yang melihat binar senang dari wajah Noval pun hanya bisa tersenyum teduh. Bagaimana tidak tersenyum, jika orang yang berhasil membuatnya jatuh hati bisa merasa bahagia hanya karena hal kecil sederhana seperti sebuah buku.

"Gue ambil dua buku ini. Bagus banget kayaknya," ujar Noval tersenyum lebar sambil menunjukkan buku yang ia pegang pada Aji.

"Oke. Sekarang ikut gue di bagian rak buku khusus sastra,"

"Oke."

_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Selesai memilih buku dan membayarnya, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke rumah Aji. Namun, sebelumnya, Noval mengusulkan untuk membeli makanan untuk Mama Aji.

"Mamah lu suka makanan apa?" tanya Noval dari boncengan. Aji memang tidak mengizinkan Noval untuk menggunakan motor beberapa hari ini.

"Aduh, gue ga tau... Gimana ya? Soalnya gue juga, baru deket sama Mamah akhir-akhir ini." jawab Aji dengan nada lirih di kalimat akhir.

"Eumm... Gimana kalo, Brownies Amanda?" usul Noval.

"Hm, boleh aja.. pasti Mamah suka." Aji mengendarai motornya menuju

Sesekali, Aji mengerjai Noval dengan mempercepat dan memperlambat laju motornya secara mendadak. Reaksi yang ditunjukan Noval cukup lucu. Aji tertawa tanpa suara di balik helm nya.

Sampai di tempat penjual Brownies, Noval turun untuk memesan, sedangkan Aji tetap di atas motornya. Menghubungi Mama nya untuk memastikan Mama nya ada di rumah atau tidak.

"Halo, Mah, Mamah di rumah?" tanya Aji.

"Iya, kan tadi sebelum kamu berangkat liat Mamah di rumah.. emang kenapa?"

"Gapapa sih, cuma tanya aja, hehe, kalo Papah? Di rumah?"

"Papah baruuuu aja pulang tadi, katanya kantor di liburin hari ini, Papah capek jadi seluruh karyawannya disuruh istirahat."

Setelah mengobrol sebentar, Aji menutup panggilan dan mengalihkan perhatian pada pintu toko yang terbuka dan menampilkan pujaan hatinya. Noval langsung berlari ke arah Aji.

"Kenapa? Kok lari?"

"Huaaa, maluuu!!!!"

"Aduh! Kenapa sih?" Aji mengaduh sakit saat Noval berteriak malu sembari memukuli dirinya.

"Ihhh, gue... Aaarrghh malu bangsat!!" Aji memandang heran Noval yang menutup wajahnya dan berjongkok.

"Dah, yuk, pulang, Mamah dah nunggu di rumah." Noval bangun, walau masih menutupi wajahnya.

"Ada apa sih?"

"DIEM!!"

***

Nisfya kini dalam perjalanan ke rumah Aji. Ia kalut, takut dan gelisah.

Kalut akan bayangannya

Takut akan kenyataan

Gelisah akan keadaan nantinya

Semua Renjana yang ia rasakan begitu kuat.
Jantungnya berdetak 2 kali lebih cepat karna khawatir.

Bahkan, mobil yang ia kendarai beberapa kali menerobos lampu merah. Pikirannya kacau dan hatinya tidak tenang. Baru akan menambah kecepatan, tiba-tiba, seorang pria dengan motornya berhenti dan menghadang Nisfya.

Gadis cantik itu memberhentikan mobil secara mendadak dan membuat dahinya berciuman dengan setirnya. Nisfya turun dari mobil dengan perasaan marah. Oh, ayolah, dirinya sedang kalut dan orang bodoh ini dengan seenaknya berhenti di tengah jalan.

"Lu! Cepetan minggir!! Gue buru-buru!" Pria itu malah memberi gestur tanda stop dan dirinya turun dari motor. Melepas helm full face dan memasang wajah mengejek pada Nisfya.

"Mau kemana sih kak? Kayak penting banget urusannya." ujar Pasha. Ya, ada yang masih mengingat teman Aji satu ini? Pria humoris yang tertarik dengan Nisfya.

"Lu lagi?! Bisa ga jangan ganggu gue hari iniiiii aja. Pliss, ini penting banget!!!" Pasha mengangkat salah satu alisnya lalu tersenyum miring.

'tawarannya lumayan, berarti gue bisa deketin dia kapanpun dong selain hari ini?' batin Pasha.

"Oke, tapi besok, abis kelas, gue mau kencan sama lu." Nisfya dengan terpaksa mengangguk. Setelah itu, Pasha pun menaiki motornya dan melaju pergi. Sedangkan Nisfya kembali ke mobilnya dan melanjutkan perjalanan menuju rumah Aji.

"Semoga ga kayak yang ada di pikiran gue... Noval.. kakak mohon, sembuh ya."

***

"Anjirr, gue kira bakal dimarahin ama bapak lu!"

"Haha, lagian, lu nya kek anak kecil yang takut ondel-ondel, ya bapak gue ga tahan buat ngerjain lah." Aji mentertawakan ekspresi Noval saat bertemu dengan Papa nya.

"Btw, gue mau liat puisi-puisi buatan lu dong. Penasaran gue."

Aji mengangguk. Ia mengambil buku bersampul kain berwarna hitam dengan tulisan 'Aji's poem' yang berwarna emas.

Noval membaca halaman pertama para kumpulan Balada itu.

Aku bertemu denganmu di sana...
Namun kau menetap di sini.. di hatiku tepatnya...
Renjana terasa di relung hati..
Menguatkan perasaan geli di sekujur tubuh..
Hampa yang dulu kurasakan menghilang dan berganti rasa senang dan candu akan sosok dirimu..
Ku akui dirimu kini menjadi semesta bagiku,
Bukan untuk kini dan hari ini saja, namun sampai kita menua bersama..

Untukmu, semesta ku, terima kasih telah hadir.
Menjadikan diriku pribadi yang memiliki tujuan hidup.

Ya, tujuanku, bersamamu, selamanya, sampai detak terakhir jantungku.

Hanya puisi biasa. Ya, hanya puisi biasa. Namun, kenapa Noval merasa sesak dalam hatinya? Kenapa ia terasa menyesal? Kenapa ia, merasa ini sama seperti dirinya?

Tanpa terasa, air mata keluar dengan deras dari kedua mata indahnya. Aji tak menyadari hal itu karna dirinya sibuk membereskan ranjangnya.

"Ji, maafin gue ya... Maaf... Maaf... Maaf." Aji terdiam. Menolehkan kepalanya ke arah Noval yang duduk di kursi meja belajarnya. Seketika, Aji membelalak kaget. Melihat wajah Noval yang basah penuh air mata.

"Hei... Lu kenapa?" saat Aji mendekat, Noval langsung menenggelamkan wajahnya di perut Aji.

"Akhir-akhir ini... Lu terlalu keseringan nangis Val.. udah ya... Jangan nangis lagi, ntar mukanya yang jelek malah tambah jelek.. udah ya cup cup cup."

"Hngg."

Aji ingin tertawa sebenarnya. Wajah Noval cukup lucu saat menangis.

"Aji, Noval.. ada tamu.. katanya namanya Nisfya."

***

TO BE CONTINUE

Gimana kabar kalian hari ini????

Gimana chapter ini???
Seru??

Wkwk, sering hujan nih akhir-akhir ini... Kadang panas juga, jadi pake kaus pendek tapi ttp bawa jaket aja yaa, sedia payung sebelum hujan!

Jaga kesehatan ya kalian semuaaa!!!

Love you a'll!!!

See you in the next chapter (⁠✯⁠ᴗ⁠✯⁠)


Continue Reading

You'll Also Like

4.9K 1.1K 25
Takdir. Setiap insan manusia di muka bumi ini tentu memiliki takdir mereka sendiri. Apakah takdir mereka baik atau tidak, semua tergantung dari diri...
3.1K 249 200
[COMPLETED] BOOK LYRIC 9
820K 53.2K 78
cerita ini tentang perjalan cinta gua di SMA. Perjalan cinta gua yang aneh. Gua suka dengan seorang lelaki. Ya, gua seorang gay. Ini emang aneh dan g...
106K 9.5K 30
Tentang sebuah rasa yang sulit diungkapkan. Juga tentang kerinduan yang tak kunjung tersampaikan. Copyright Β© 2020