Married with my idol

By fourteenjae

159K 15.1K 1.7K

"Kalau menikah, sudah pasti berjodoh 'kan?" - [SEQUEL OF STORY "MY BOYFRIEND, JEONG JAEHYUN"] fourteenjae-202... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 19
chapter 20
Announcement
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
chapter 27
chapter 28
chapter 29
chapter 30
chapter 31
chapter 32
chapter 33
chapter 34
chapter 35
chapter 36
chapter 37
chapter 38
chapter 39
chapter 40
chapter 41
chapter 42
chapter 43
chapter 44
chapter 45
chapter 46
chapter 47
chapter 48
chapter 49
chapter 50
chapter 51
chapter 52
chapter 53
chapter 54
chapter 55
chapter 56
chapter 57
chapter 58
chapter 59
chapter 60
chapter 61
chapter 62
chapter 63
chapter 64
chapter 65
chapter 66
chapter 67
chapter 68
chapter 69
chapter 70
chapter 71
chapter 72
chapter 73
chapter 74
chapter 75
chapter 76
chapter 77a
chapter 77b
chapter 78
chapter 79a
chapter 79b
chapter 80
chapter 81
chapter 82
chapter 83
chapter 84
chapter 85
chapter 86
chapter 87
chapter 88
chapter 89
chapter 91
chapter 92
chapter 93
chapter 94
chapter 95

chapter 90

957 124 23
By fourteenjae

jangan males untuk vote sebagai bentuk apresiasi kepada author ya.

"You are my happiness. And you always going to be the one for me." Ardhito Pramono – Fine Today

-

"HUWAAAA!!"

Jaehyun terkekeh walau nyeri masih terasa di sebagian tubuhnya. Dalam bangsal tidur di salah satu ruang rumah sakit Seoul, pergelangan kaki kanan dan tangan kiri Jeong Jaehyun musti memakai gips usai mengalami cedera ringan akibat menahan tubuh Han GoEun saat terjatuh dari tangga.

"It's fine, babe."

"Nooo!" rengek Han GoEun menangis.

Dua jam yang lalu, setelah Jaehyun berhasil menemukan ponselnya yang ternyata telah diamankan Ha Min Jun, ia pun bergegas memerintah pengawalnya untuk menyiapkan mobil secepat mungkin.

Masih dalam keadaan kalut dan bingung, Shin Yoo Jin justru menginterupsi untuk sekedar membicarakan jadwal persidangan selanjutnya. Jaehyun yang tidak bisa memahami pembicaraan sang manajer pun sontak melengos sambil berujar, "Bicarakan nanti saja. Aku harus menemui istriku."

"Memangnya istrimu dimana?" tanya Shin Yoo Jin berkacak pinggang tanpa mengekori kepergian Jaehyun.

Jaehyun menunjuk lantai atas sambil menoleh sekilas. "Kamar mandi atas."

"Teman-teman yang mendukungmu! Pers dipihakmu!! Semua orang berpaling dariku dan berdiri membelamu! Apalagi?!"

Kening Jaehyun berkerut mendengar nada tinggi dengan sirat kepanikan. Suara yang terdengar familiar itu membuat degup jantung Jaehyun mendadak berdetak cepat.

"Kim Sae Ron, tenang!"

Firasatnya benar. Perasaan tidak mengenakan itu segera terjawab saat Han GoEun bersuara cemas dan tegas. Lantas mendongak bersiap menaiki tangga saat mendapati Han GoEun sedang memegang pundak Kim Sae Ron di tepi tangga. Pembicaraan mereka tampak tidak bersahabat dan menegangkan.

Jaehyun bergegas menaiki tangga. Wajahnya memerah marah dengan detak jantung memompa tak beratur. Teramat marah karena wanita itu berhasil mendapat celah untuk mendekati sang istri.

"Kau punya bodyguard. Punya pegawai yang siap melayani. Semuanya ada padamu! Apalagi yang kau butuhkan dariku?! Kenapa kau begitu serakah?!!!"

"Haahhh!"

Tiba-tiba dalam penglihatan Jaehyun, semua terasa melambat. Ia dapat merasakan bahwa jantungnya seakan mencelos dan akalnya mendadak beku melihat tubuh Han GoEun melambung rendah usai terdorong oleh Kim Sae Ron.

Dan dalam sepersekian detik berikutnya, di pertengahan barisan anak tangga, walau Jaehyun berhasil menangkap tubuh Han GoEun namun keduanya tetap limbung tanpa sempat menyeimbangkan diri.

Jaehyun salah menempatkan posisi kaki hingga tak dapat menahan tumpuan. Menyebabkan pergelangan kaki kanannya mendarat tak tepat. Lalu detik berikutnya, Jaehyun segera mengorbankan diri untuk berada di bawah tubuh Han GoEun.

Hingga benturan itu tidak dapat dihindari.

Brak!!

Mata Han GoEun tertutup rapat usai melayang di udara dan terhempas tanpa merasa sakit. Debaran dadanya masih tak stabil namun ia masih cukup sadar untuk mengetahui kondisinya saat ini.

Ia sudah menimpa seseorang yang bersedia menggantikan diri terhantam lantai.

"Akhh!"

Han GoEun bergegas melepas rangkulan tangan seseorang tersebut dengan mata membelalak. Ia pun segera bergeser turun dari atas tubuh dan menatap panik sang suami yang meringis kesakitan.

"Jaehyun!" pekik Han GoEun panik.

Lelaki itu masih sanggup bangun walau raut kesakitannya tak dapat ditutupi. "Kamu tidak apa-apa?" tanyanya menangkup pipi Han GoEun. Lantas memindai seluruh tubuh tanpa peduli dengan dirinya sendiri.

"Sayang," panggil Han GoEun getir.

"Kenapa? Ada yang sakit? Perutmu bagaimana? Baby aman?"

Han GoEun menggeleng. Matanya terasa perih hingga kemudian berubah menjadi lelehan air mata yang membanjiri. "Kamu yang kesakitan! HUWAAA!"

Derap langkah ramai dan kasak-kusuk segera mengelilingi dan mendekat. Tiba-tiba Ha Min Jun dan Shin Yoo Jin muncul beserta pengawal keamanan lainnya.

"Kenapa bis—"

"Yoo Jinnim, tolong bawa Jaehyun ke rumah sakit, hueee!" titah Han GoEun sambil menangis. "Dia tertimpa tubuhku yang terjatuh dari tangga."

Ha Min Jun mengamati sekitar. Bisa-bisanya dia tidak memperhatikan keselamatan Tuan dan Nyonya nya. Begitu pula dengan Shin Yoo Jin yang mengusap air wajahnya merasa frustasi dan khawatir. Bagaimana bisa mereka berdua jatuh dari tangga?

Kemudian Ha Min Jun berjongkok menatap Jaehyun. "Tuan, kau bisa berdiri?"

Jaehyun menatap sang istri sebentar sebelum menggeleng pada Ha Min Jun. "Kaki kananku terkilir dan tangan kiriku mati rasa."

Mendengar itu, tangis Han GoEun semakin pecah. "Bagaimana ini?"

"Cari wanita itu," titah Jaehyun.

"Wanita itu? Maksudmu Kim Sae Ron lagi?" tanya Shin Yoo Jin terperangah.

"Bisa-bisanya kamu masih memerintah saat dirimu kesakitan, hah?!" amuk Han GoEun memukul bisep Jaehyun. Melihat ringisan sang suami, Han GoEun mengubah pukulan itu menjadi usapan lembut. "Maaf, sayang, maaf."

Kepanikan dan kecemasan Han GoEun tetap tidak berhenti walau sudah tiba di rumah sakit. Dengan perut sedikit membuncit, Han GoEun teramat sering menangisi kesakitan Jaehyun. Sibuk mencerca dokter dan perawat dengan bermacam-macam pertanyaan.

"Tangan suami saya patah?"

"Tidak—"

"Apakah cederanya parah? Kakinya juga sakit, apakah suami saya masih bisa menari?"

"Nyonya, penyembuhannya paling lama selama tiga minggu—"

"Lama sekaliiii!" pekiknya lalu kembali merengek. "Saya mau ketemu suami saya."

Hingga saat ini, Han GoEun tak mau keluar atau berjauhan dari Jaehyun. Ia tidak mau pergi dan menetap di ruang inap sang suami. Beberapa saat lalu, Han GoEun sudah sedikit tenang dan tidak lagi merengek ataupun bersedih hati.

Namun tiba-tiba setelah kedua orang tuanya menghubungi melalui telepon dan berjanji akan datang berkunjung, tangis Han GoEun kembali pecah.

"Orang tuaku tidak akan memarahimu, sayang, aku berani bersumpah." imbuh Jaehyun menenangkan.

Melihat bibir Han GoEun melengkung rendah membuat Jaehyun hendak menarik tubuh wanitanya dan meraup bibir itu sekarang juga. Tetapi tangan kirinya mengalami cedera ringan dan memakai gips hingga tak memungkinkan untuk bergerak leluasa.

"Babe," panggil Jaehyun. "Bisakah kamu mendekat?"

Masih dengan wajah penuh rengekan, Han GoEun menuruti permintaan sang suami. "Kenapa? Kamu butuh sesuatu?"

"Iya, makanya sini, mendekat." ulang Jaehyun kian melembut.

Han GoEun duduk di sisi bangsal. Mempersempit jarak agar kian dekat dengan Jaehyun yang sedang bersandar. "Kenap—mmh!"

Cukup dua detik bagi Han GoEun menyesuaikan diri dengan ciuman mengejutkan itu. Dengan penuh minat, Han GoEun pun membalas. Tangan kanannya yang tidak merasa sakit pun sudah melingkar di pinggang sang istri.

"Aku tidak apa-apa." ungkap Jaehyun melepas tautan. Ia beralih mengecup sisi wajah Han GoEun yang tetap menyirat khawatir. "Tidak perlu cemas, ini hanya cedera ringan."

Wanitanya menggeleng.

"Please, don't be sad, babe." ujar Jaehyun lagi. Suaranya kian pelan nyaris berbisik. "I'm fine. Aku justru tidak baik-baik saja kalau terjadi sesuatu padamu."

"Jaehyun,"

"Hug me,"

Tidak perlu membuang waktu, dengan penuh kehati-hatian, Han GoEun memeluk Jaehyun. Membiarkan lelakinya menyusup lebih dalam di ceruknya.

"Aku benar-benar lega, kamu dan baby tidak apa-apa. Jangan menangis, ya." pinta Jaehyun berbisik. "Han GoEun, aku bisa gila kalau kamu yang terjatuh tadi. Jadi biarlah aku yang menggantikanmu. Sisanya kamu hanya perlu membantuku."

Han GoEun mengangguk. Sekuat tenaga menahan diri untuk tidak lagi menangis dan merengek walau matanya terus mengerjap sedih. "Aku akan menjadi tangan kirimu ketika kamu ingin melakukan sesuatu. Dan menjadi kaki kananmu jika kamu ingin berpergian. Menjadi kedua tanganmu jika kamu hendak memakai pakaian. Menjadi penopangmu jika kamu kelelahan. Jadi, bersandarlah juga padaku, sayang."

Jaehyun curang. Sejak tadi dirinya memohon pada sang istri untuk tak lagi menangis. Namun kini, dirinya lah yang menitikkan air mata. Jantungnya tak berhenti berdetak kencang mendengar kalimat panjang sang istri.

Setidaknya kali ini, ia berhasil menyelamatkan Han GoEun. Berhasil mengorbankan diri demi sang istri tercinta. Merelakan kesakitan ada pada Jaehyun, jangan pada sang wanita. Dan baru kali ini, Jaehyun merasa kesakitannya setara dengan kelegaannya.


🍑🍑


Di sebuah Bar daerah Gangnam, tepat pada pukul sepuluh malam, Kim Sae Ron menangis dalam keadaan mabuk. Rambutnya terlihat kusut hingga menampakkan raut ekspresi menyeramkan akibat terlalu lama menangis.

Setelah lelah bersembunyi di sebuah hotel dan tidak dapat meredakan rasa bersalahnya, Kim Sae Ron kembali melarikan diri. Sengaja tidak mengaktifkan ponsel agar semua orang tidak dapat mencari. Sengaja membawa banyak uang tunai agar perusahaan tidak bisa melacak aktifitas kartu debitnya.

Dalam kebisingan bar, Kim Sae Ron terlalu kalut dengan semua hal yang menimpa pada dirinya. Terlepas dari rasa bencinya pada Han GoEun, kelakuannya tadi adalah murni ketidaksengajaan. Ia sungguh tidak bermaksud membuat wanita itu terjatuh dari tangga.

Ia juga tidak menyangka bahwa Jaehyun akan segera datang dan bersedia mengorbankan diri sebagai penopang tubuh Han GoEun walau tau bahwa dirinya akan kesakitan.

Bayangan ringisan wajah dan kecemasan kedua orang tadi terus berputar dalam pikiran Kim Sae Ron. Ia baru sadar bahwa selicik apapun usahanya untuk memisahkan, mereka justru semakin sering bersama dan lekat.

Kim Sae Ron kembali menenggak minuman alkoholnya. Entah sudah berapa gelas yang dia nikmati seorang diri. Tanpa teman, tanpa seorang pun yang berada di sisinya. Semua sudah pergi meninggalkan.

Air mata terus meleleh membanjiri pipi. Sepertinya besok, pasokan air matanya akan habis jika hari ini selalu menangis. Tetapi itu tak masalah. Tidak ada hal lain lagi yang perlu ditangisi selain kehancuran hidupnya sendiri.

Berulang kali wanita itu menghela nafas panjang di sela tangisnya yang tak kunjung berhenti. "Aku bersalah." gumamnya.

"Sangat bersalah."

Ia kembali menuang minuman ke dalam gelas kosongnya. Lantas berucap, "Aku tidak pernah menyangka bahwa mencintai akan sekelam ini."

Gelas penuh segera masuk memenuhi kerongkongan. Rautnya berubah sejenak saat aliran pahit itu menguasai. Sebelum berujar lagi, "Apakah setiap pernikahan selalu ada pihak yang harus merelakan? Kenapa ini sakit sekali."

Kim Sae Ron memukul dadanya berulang kali. "Sakit."

"Bagaimana ini? Aku sangat sakit." keluhnya menangis.

Dalam keramaian, tidak ada seorang pun yang mendekati. Duduk di sebuah sudut ruang membuat orang-orang yang melihatnya pun enggan untuk menghampiri.

Kim Sae Ron sudah terbuang dan terasing.

"Maaf," bisik Kim Sae Ron sambil merebahkan kepalanya di atas meja. "Maafkan aku."


🍑🍑


"Kau hanya cedera ringan, kenapa sampai rawat inap?" tanya Shin Yoo Jin bersedekap dada.

"Sshhtt!" hardik Jaehyun. Lantas membelai surai rambut Han GoEun yang terlelap di sisi ranjang rawat inapnya. "Hyung, kau tidak lihat bagaimana istriku khawatir dan menangis?"

Mata Shin Yoo Jin merotasi malas. "Ya, ya. Kau selalu bisa memerintah orang lain tanpa mau mendapat penolakan. Di depan istrimu, kau akan menjadi suami penurut."

Jaehyun mendelik acuh sebab kalimat barusan teramat benar. "I am."

"Tapi kau sudah bisa istirahat di rumah, kan?" tanya Shin Yoo Jin memastikan. "Setidaknya masih bisa melakukan kegiatan lain—"

"Kau harus mendiskusikan jadwalku dengan GoEun. Dia pasti tidak terima kalau aku segera masuk kerja." sela Jaehyun terkekeh.

Shin Yoo Jin mendadak menghela nafas panjang. "Kau memang sengaja agar bisa berlibur dengan istrimu, kan? Mengaku saja."

"Jika kau beranggapan seperti itu, aku jadi tidak bisa mengelak." balas Jaehyun terkikik pelan. "Beri aku beberapa hari saja sebagai formalitas pada istriku, hyung."

Dalam keremangan ruang inap, Shin Yoo Jin menghempaskan diri pada sebuah sofa panjang. Kemudian berujar, "Tiga hari saja. Kita harus segera merampungkan comeback dan jadwal tour."

"Deal." Jaehyun mengangguk. "Apalagi?"

"Apa?"

"Apalagi yang ingin kau bahas malam-malam begini?" tuntut Jaehyun.

Lawan bicaranya tak langsung menjawab. Ia mengusap air wajahnya lebih dulu sebelum kembali menatap Jaehyun. "Kim Sae Ron belum ditemukan."

Satu alis Jaehyun menukik tajam. "Hanya satu wanita saja tapi tidak bisa ditemukan?"

"Mobilnya terparkir di basement apartemennya tetapi dia tidak ada di sana." jelas Shin Yoo Jin menjabarkan. "Ponselnya tidak aktif. Pihak agensinya pun tidak dapat menghubungi Kim Sae Ron. Manajernya sampai harus menemui pihak keluarga tetapi juga tidak ada."

Jaehyun mendengus. "Dia benar-benar menyusahkan."

"Agensi sudah merilis pernyataan mengenai kondisimu. Keadaannya memang semakin runyam tetapi netizen berada di pihakmu. Itu sudah bagus." papar Shin Yoo Jin.

"Aku hanya ingin wanita itu tak lagi mengganggu istriku." balas Jaehyun. "Dia harus lebih banyak mendapat penderitaan. Sangat banyak dibanding yang dia torehkan pada istriku."

Shin Yoo Jin termangu. Lelaki yang sempat dia marahi pada tahun lalu karena terciduk menjalin kasih dengan seorang pemagang, kini telah menjadi sosok laki-laki bertanggung jawab. Seorang suami yang tidak akan membiarkan siapapun mengusik atau mengganggu sang istri tercinta.

"Aku tidak akan membuat kejadian itu terulang lagi, hyung." imbuh Jaehyun pelan. Pandangannya jatuh ke arah sang istri yang terlelap.

Sorot tajam itu berubah sendu. Ada percik ketakutan dan cemas yang membalut satu dalam pandangan matanya. Membersit bayang kejadian silam yang membuatnya seperti mayat hidup. Terlihat payah dan kasihan yang menyesakkan dada.

"Aku tidak bisa." ucap Jaehyun berbisik. "Tidak bisa, hyung."

Shin Yoo Jin beranjak. Ia mendekat untuk sekedar mengacak rambut Jaehyun yang terlihat muram. "Tidak akan." katanya.

"Sejauh ini, kau selalu menjaganya lebih dari cukup." tutur Shin Yoo Jin lagi. "Lihat dirimu. Kau sampai seperti ini, karena apa, jika bukan karena menjaga istrimu? Benar, kan?"

Jaehyun tersenyum getir. Rasa takut itu sedang melingkup cukup dalam di relung hatinya. Ia mendadak ragu terhadap kemampuan dirinya sendiri.

"Kau tidak akan kehilangan istrimu." tambah Shin Yoo Jin. "Dia—" Kemudian menunjuk Han GoEun melalui dagunya. "—wanita paling tangguh yang pernah kutemui di dunia ini. Takkan mudah menyingkirkannya. Kau tau itu, kan?"

Jaehyun kembali memandangi wajah Han GoEun. Mendamai dalam lelapnya malam tak membuat wanitanya kehilangan paras cantik. Dan mengingat semua hal yang pernah mereka alami, perkataan Shin Yoo Jin ada benarnya. Wanitanya tak mudah disingkirkan.

Menggunakan tangan tanannya, jemari Jaehyun mengelus manis wajah Han GoEun. "Wanita ini istriku."

"Ya, aku tau." Shin Yoo Jin tak dapat menahan diri untuk tidak mendengus sebal. "Dia sedang mengandung anakmu." tambahnya.

Jaehyun tersenyum simpul. "Benar."

"Menurutmu, dia wanita tercantik." tutur Shin Yoo Jin setengah mual menanggapi tingkah kebucinan ini.

"Tepat sekali." jawab Jaehyun tanpa berpikir. "Sangat cantik."

Shin Yoo Jin sedikit menyesal memulai topik mengenai kecintaan Jaehyun pada sang istri. Karena semua yang terucap akan membuatnya tergelitik geli. "Aku keluar."

"Ya, sana." balas Jaehyun tanpa menoleh. Bahkan bersiap merebahkan diri dengan teramat pelan tanpa ingin membuat Han GoEun terbangun.

Lelaki yang tak dianggap itu menatap sinis. Merasa terasingkan akibat Jaehyun yang terlalu buta mencintai Han GoEun. "Aku pergi." ucap Shin Yoo Jin di ambang pintu.

"Tutup lagi pintunya." ujar Jaehyun tetap tanpa menoleh.

Shin Yoo Jin sudah tak bisa menahan kesabarannya lagi hingga memilih keluar dengan senyum sedikit dipaksakan. "Tenang. Dia sedang sakit. Tenang, ini sudah malam." ucapnya menenangkan diri.

Selepas kepergian Shin Yoo Jin, dalam keadaan sudah terbaring, Jaehyun masih betah berlama-lama memadangi wajah Han GoEun. Larut dalam hembusan nafas sang istri yang bergerak teratur.

"Sayang," panggil Jaehyun berbisik.

Tak ada jawaban.

"Sayangku, Han GoEun," ulang Jaehyun lebih lengkap.

Tanpa disangka, perlahan mata Han GoEun terbuka sendu hingga keduanya bertemu pandang. Jelas saja Jaehyun sedikit tersentak kaget.

"Kamu belum tidur?"

"Sudah," jawab Han GoEun. "Tapi kamu memanggilku."

Kedua mata Jaehyun berkedip lambat menatap keteduhan lautan gelap mata Han GoEun. "Aku membangunkanmu, maaf."

"Aku senang kamu membangunkanku." papar Han GoEun mengoreksi. Tatapannya menunduk menatap tangan kiri Jaehyun yang berbalut gips. "Kamu tidur menyamping seperti ini tidak sakit?"

Jaehyun menggeleng. "Cedera ringan, sayang."

"Tapi tetap saja,"

"Aku tidak bisa melihatmu jika tidur terlentang." balas Jaehyun beralasan. Dan sukses membuat semburat merah menghinggapi wajah Han GoEun.

"Kamu tidak bisa melihatku saat tertidur, Jaehyun. Matamu akan tertutup juga."

"Setidaknya sebelum tidur, aku melihatmu, bukan langit-langit kamar." elak Jaehyun lebih cerdas. "Wajahmu lebih menarik untuk dinikmati."

Han GoEun terkekeh. "Gombalanmu semakin mulus."

"Itu benar."

"Iya, iya."

"Sayang!" hardik Jaehyun tak terima.

"Apa?"

Jaehyun merajuk menatap Han GoEun yang terus saja mengelak ucapan manisnya. "Aku tidak menggombal."

"Iya, aku percaya."

Bibir Jaehyun kian maju seiring dengan sipitnya mata kala menilik ucapan sang istri. "Kalau percaya, coba cium."

"Cium siapa? Kamu?"

"Tentu saja. Memangnya ada lagi yang ingin kamu cium selain aku?" sungut Jaehyun.

"Anak kita, kurasa."

Kekesalan Jaehyun mendadak hilang mendengar jawaban Han GoEun. Lalu segera menempatkan punggung tangannya ke atas perut sang istri. "Is he okay?"

"He?" Han GoEun tertawa. "Kamu percaya diri sekali kalau anak kita laki-laki."

Alis Jaehyun mendelik sambil terus mengelus perut. "Who knows, babe? Memangnya kamu mau laki-laki atau perempuan?"

"Hm, yang mana saja. Apapun jenis kelaminnya tetap menjadi anakku."

"Kita, sayang. Aku juga punya andil dalam pembuatannya." ralat Jaehyun cepat.

Mata Han GoEun melotot mendengar kata dalam kalimat terakhir Jaehyun barusan.

"Apa? Benar, kan?"

Han GoEun semakin tak mengindahkan pertanyaan Jaehyun. Wajahnya terlanjur merah mendengar kalimat yang tidak perlu lagi di bahas secara terang-terangan itu. Dan memilih untuk memejamkan mata.

"Sayang," panggil Jaehyun tersenyum jenaka.

"Hm,"

"Wajahmu merah."

"Jaehyun, tutup matamu dan istirahat." balas Han GoEun tanpa menangkat wajah.

"Tapi aku belum mendapat night kiss."

Mendengar protes itu sontak membuat Han GoEun kembali membuka mata. Lalu secara inisiatif memulai lebih dulu mendekatkan wajah. Dan memejamkan mata kala kedua bibir mereka menyatu lembut.

Dalam cumbu, Jaehyun baru menyadari bahwa dirinya menyesal telah gagal menyeimbangkan tubuh hingga tangan kirinya harus memakai gips. Alasannya karena sekarang ia tidak bisa bebas memeluk Han GoEun karena cedera yang dialaminya.

Walau cedera ringan, bukan berarti bisa bergerak seenaknya seperti biasa. Apalagi dalam keadaan tidur di ranjang sempit seperti ini. Salah gerak saja bisa membuatnya nyeri hingga meringis.

Jaehyun memajukan kepalanya untuk meraup lebih banyak bibir Han GoEun. Bahkan dengan rasa sakit yang menjalar pun Jaehyun masih mampu mengendalikan intensitas cumbuan ini.

"Kamu sebaiknya istirahat," ungkap Han GoEun melepas paksa ciuman itu.

"Damn." tukas Jaehyun dengan telinga memerah. "Han GoEun, aku tidak bisa menarikmu mendekat. Please, kiss me more."

Han GoEun melirik tangan kiri Jaehyun yang menggantung di sisi tubuh. Posisinya yang menghadap kanan membuat tangan kirinya bersemayam tak nyaman.

Karena itulah, Han GoEun sengaja merapatkan tubuh dan dengan penuh kehati-hatian menempatkan tangan kiri Jaehyun di pinggangnya. Setelah itu ia pun mendongak agar bertatap dengan sang lelaki.

"Sakit?"

"No, feel better." Jaehyun sedikit menunduk. "I want you."

"Remember, just a kiss, babe."

Senyum Jaehyun kian berseri. Ditambah dengan wajah keduanya yang semakin dekat menutup jarak. Sebelum berpagut kasih, Jaehyun pun membalas. "I get it, mrs."




🍑🍑🍑

belum ketebak juga tanda-tanda yang kumaksudnya nih? wkwkwk

Ayo follow akun wattpad authornya!
Instagram: @1497_tjae
Twitter: @fourteenjae
Tiktok: @fourteenjae
Karyakarsa: @fourteenjae

2020 - fourteenjae

Continue Reading

You'll Also Like

79.6K 8.1K 35
FIKSI
202K 4.7K 19
Warn: boypussy frontal words 18+ "Mau kuajari caranya masturbasi?"
72K 7.8K 84
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...
771K 57.4K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...