Aji dan Semestanya

By HuangNami

9.6K 1.3K 276

Kalian pasti sering mendengar mengenai "kisah cinta yang berawal dari rasa benci menjadi rasa cinta, yang di... More

PENGENALAN KARAKTER + PROLOG
01 {DAY 1}
02 {DAY 2}
03 {DAY 3}
04 {DAY 4}
05 {DAY 5}
06
07
08
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50 END

09

210 34 1
By HuangNami

Hello Guess!!!

Aji dan Semestanya udah sampai Chapter 9 nih
Jangan sampai lupa Vote nya, trus Komen uga, and Follow akun ini karna yg punya akun tuh gemesin kek Renjun, hehe jan lupa Share ke temen-temen kalian juga...

#eventmenulis
#50bersamamu
#moonseedpublisher
#Clue day9
#Derana
tabah, menghadapi segala sesuatu.

_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Terlihat jelas seorang pemuda bertubuh tinggi yang menaiki sepeda motor ninja warna hitam miliknya dengan kepala yang tertutup oleh helm full face itu. Melaju dengan kecepatan tak normal guna menyusuri jalan raya yang untungnya tidak terlalu ramai pengendara.

Mengendarai motor masih dengan perasaan gelisah karena keberadaan seseorang yang ia coba temui, namun tak bertemu. Pemuda itu pun mulai memelankan laju motornya dan memberhentikan kendaraannya di tepi jalan raya.

Mencoba mengutak-atik benda pipih di genggaman tangannya yang entah sudah ke berapa kali hanya untuk menghubungi seseorang yang ia cari di balik layar ponsel itu.

Tak kunjung mendapat jawaban atas panggilan teleponnya, ia pun memperhatikan sekitar lalu kembali menaiki sepeda motornya dan melanjutkan perjalanan yang tertunda.

Saat di pertengahan menyusuri jalan, ia teringat akan suatu lokasi. Tanpa pikir panjang, dirinya pun melanjutkan perjalanannya masih tetap dengan laju berkendara yang lumayan cepat.

Tak butuh waktu lama, mungkin sekitar 10 menit berlalu. Saat itu pemuda itu, lebih tepatnya Aji, sudah berada di luar tepi pantai yang sangat ia kenal.

Ya, ralat bukan pantai melainkan sebuah laut yang terbentang luas ditemani gelombang-gelombang air kecil yang menari dengan indah mengikuti arah angin mengacu.

Mungkin untuk sebagian dari kalian yang tidak terlalu menyukai kondisi alam, itu berbanding terbalik bagi Aji yang sedari kecil alamlah yang sudah menjadi tempat bersandar untuk meluapkan emosi dan tekanan di dalam batin juga pikirannya.

Menatap kagum akan salah satu ciptaan Sang Kuasa yaitu sebuah laut yang terbatasi oleh batu-batu karang besar di beberapa sudut bibir laut atau yang sering kita sebut sebagai pesisir pantai.

Asik memandangi laut bersama kicauan burung merpati putih di atas permukaan laut, tanpa sadar pandangannya tertuju lekat pada seorang pemuda mungil yang nampak sedang berjongkok sambil melukis sesuatu di atas pasir putih pantai.

Tanpa pikir panjang, ia pun segera mengamankan motor ninjanya di tempat parkiran kecil khusus motor. Lalu bergegas jalan menuju objek yang sempat ia lihat tadi.

"Lu?"

"Eh? Loh? Aji?"

"Astaga, rupanya lu di sini. Gue muter-muter ke sana ke mari akhirnya ketemu juga lu." Seru Aji merasa lega karena ia sudah bertemu sama orang yang ia cari.

"Hehe, iya sorry. Gue cuma lagi pengen nenangin pikiran sambil nikmati semilir angin nih laut soalnya sejuk banget udaranya." Sahut orang itu ... maksudnya si Noval dengan cengiran khasnya.

"Tapi, gue udah nelpon lu berkali-kali. Trus gue nyariin lu juga udah hampir sejam. Ngga mungkin kan lu sejam lebih di sini aja mandangin laut? Mana sambil jongkok gini lagi," ujar Aji merasa aneh pada Noval.

"Oh, hehe."

"Malah tawa, abis dari mana aja lu? Ngga mungkin lu diculik om-om gila kan?" Seru Aji yang berhasil membuat Noval berdiri lalu melipat kedua tangannya di depan dada alias bersendekap dengan bibir yang mencibir lucu.

"Njir, amit-amit jabang bayi gue. Ngga lah, ya kali. Selera gue tuh lu— Eh? Maksud gue, selera gue tuh tinggi trus masih single ya kali punya orang gue rebut, bisa-bisa gue turu di sel besi ntar." Ketus Noval dengan nada cerewetnya.

"Iya deh iya, gue percaya. Trus kalo gitu sebelum ke sini lu abis dari mana? Tumben banget lu bolos?" Tanya Aji seperti mengintrogasi.

"Hehe, gue sebelum ke sini mampir bentar ke perpustakaan DISPUSIPDA buat pinjem beberapa kamus bahasa Inggris." Jawab Noval sambil menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal.

"Oh, perpustakaan pusat Bandung itu, ya kan?"

"Yoi, bener."

"Oh, oke oke."

"Lha, trus. Lu sendiri ngapain nyariin gue? Ngefans lu ama gue?" Ujar Noval dengan tingkat percaya diri yang tinggi.

"Dih, ngga lah. Toh, gue ke sini karna gue liat Kak Nisfya duduk di taman kampus sama wajah murung trus terkesan cemas. Eh, taunya, pas Kak Nisfya bilang kalo lu ngga masuk kuliah alias absen dan kebetulan gue juga pengen nanya sesuatu ke elu. Jadi gue yang nyariin lu karna Kak Nisfya masih ada kelas." Tutur Aji menjelaskan.

"Gitu ya, sorry udah buat lu kerepotan karna gue tadi sengaja bolos."

"Hm, ngga masalah. Yang penting kan dah ketemu."

"Hehe, jujur di sini seger banget ya?"

"Hum, segernya alami karna langsung kena percikan gelombang ombak kecil dari lautnya."

"Yoi, lu bener banget."

"Oh, btw lu tadi bilang 'cuma mau nenangin diri' kan? Emang lu ada masalah? Kalo ada sini cerita ke gue, gue bisa jadi sandaran buat lu kok. Itung-itung bisa kurangin beban pikiran, ntar gue kasih bantu saran, itupun kalo gue paham masalah lu." Ujar Aji memberi saran pada Noval.

Seketika keheningan pun terjadi setelah Aji menanyakan hal yang sedikit ... pada Noval. Terdengar riuh ombak saat bermain bersama gelombang-gelombang laut. Menghela napas panjang, Noval pun menatap ke arah wajah Aji.

"Untuk sekarang gue minta maaf karna belum bisa ceritain ke lu. Padahal lu udah percaya ama gue tapi, sorry gue belum bisa ceritain masalah gue sekarang. Mungkin ntar kalo gue udah siap, gue bakalan kasih tau ke lu semuanya tentang masalah apa yang berhasil bikin gue pusing beberapa hari ke belakang." Jelas Noval pada Aji lalu kembali menatap ke arah bentangan laut.

"Gitu ya. Ya udah, gue ngga masalah selagi lu masih ngga apa. Kalo emang butuh sandaran atau tempat curhat, gue usahain bisa jadi tempat sandaran terbaik buat lu dan jangan pernah sungkan buat minta bantuan ke gue." Ujar Aji menyakinkan Noval.

"Hem, thanks ya."

"Ya, sans aja."

"Oh, ya. Ji, lu percaya istilah orang-orang tentang Derana ngga?" Tanya Noval tiba-tiba.

"Derana ya? Jujur, kalo gue sih antara percaya dan ngga percaya. Karena apa? Karena gue juga pernah ngalamin suatu hal yang hampir bikin gue bimbang ama diri gue sendiri. Lha, lu sendiri gimana?"

"Gue, ya? Apa ya? Mungkin tepatnya gue juga punya jawaban kek lu deh. Kayak gue kalo bilang gini pasti ngga dan kalo gue bilang gitu juga pasti ngga. Jadi gue mau mastiin apa gue emang Derana apa ngga," seru Noval sedikit merasa ragu.

"Ya, intinya kita harus hadepin apa yang di depan kita. Ngga perlu terlalu dibuat pusing toh, asal kita berbuat baik, orang juga bakal balik baik ke kita, meskipun itu tergantung alam semesta."

"Yoi. Gue paham banget maksud lu, Ji. Thanks banget lu udah bisa jadi tempat istirahat gue meski sementara. Gue bersyukur bisa punya temen deket kek lu, soalnya kebanyakan mereka-mereka yang temenan ama gue cuma mau ngincer uang gue aja." Ucap Noval menjadi lesu.

"Hem, gue cuma bisa bilang makasih karna lu udah percaya ke gue."

"Ya, masama juga. Oh, ya. Ji, gue boleh ngga sekitar satu sampe tiga atau ngga lima hari lah gue nginep di rumah lu? Boleh, ya? Plisss..." Ujar Noval memelas saat meminta satu hal pada Aji.

"Nginep? Emang kenapa di rumah lu?"

"Ngga apa juga sih, cuma... gue mau nenangin diri aja. Plis ya? Boleh ya?"

"Iya, deh. Ngga apa, asal lu harus hubungin dulu pihak rumah lu biar ngga khawatir." tutur Aji tersenyum pada Noval.

"Oke. Beres itu."

"Balik yuk. Balik ke kampus maksudnya, soalnya tadi gue tuker kelas ama ketua kelas gue. Jadi gue ada kelas siang hari ini, kalo lu?"

"Sama, gue tadi sempet bolos sepenuhnya trus berubah pikiran, dan jadilah sebuah kelas siang hari menanti."

"Nah itu. Ya udah, mumpung juga masih jam segini, yuk buru balik ke kampus biar kita bisa makan sesuatu dulu sebelum menghadapi materi perkuliahan yang amat mempersulit pikiran kita." Ujar Aji mulai berjalan.

"Yoi, nak. Lu bener banget." Sahut Noval mulai mengikuti jejak jalan Aji.

Dan, mereka pun sampai di parkiran motor. Lalu bergerak kembali ke kampus guna menyusul kelas kuliah siang hari. Mengendarai motor dengan laju kecepatan yang lambat sambil ditemani oleh ocehan kecil dari si Noval.

⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Nisfya mendapat kabar dari Aji kalau Noval sudah ketemu. Ia menghela napas lega dan menaiki mobil Toyota Yaris warna hitam miliknya dan baru saja akan melaju meninggalkan kawasan parkiran kampus, seseorang tiba-tiba saja berdiri di depan mobilnya. Merentangkan kedua tangan seolah mencoba mencegah Nisfya pergi.

Gadis tomboy itu turun dan menghampiri seseorang tersebut.

"Lu gila ya? Berdiri depan mobil yang mau jalan? Ohhhh mau bunuh diri? Jangan disini." ujar Nisfya.

"Kak Nis, boleh minta nomer WhatsApp nya ga? Mutualan yukk."

"Gue ga sudi ngasih nomer hp gue buat Lu, Raja Febriano Pasha."

Setelahnya, Nisfya kembali memasuki mobil dan membunyikan klakson nya beberapa kali. Raka Febriano Pasha, teman Aji yang sudah dari awal ospek, menaruh hati pada kakak sepupu dari Noval itu.

"GUE YAKIN LU PASTI BAKAL LULUH SAMA GUE!! NISFYA ARTA MEIVYRA!!!" setelah berteriak seperti itu, Pasha menggelengkan kepalanya lalu pergi menuju parkiran motor. Menghampiri motor kesayangannya.

"Blackie, gue pastiin, boncengan lu bakal ada yang nempatin. Gue janji."

Disisi lain, Nisfya sedikit malu. Ia mendengar teriakan adik tingkat nya itu karna jendela mobilnya terbuka.

"Sialan."

***

To be Continue

Gimana My Readers Love?
Uda mulai deket ngga sih? Hehe...

Peluk cium dari Author tersayang
Makasih banyak uda stay dan baca cerita ini Readers tersayang

See You Next Chapter more (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

Continue Reading

You'll Also Like

58.9K 6.1K 38
[ BL Story ] Ada bulan ada matahari Ada siang ada juga malam Ada langit dan juga bumi Semuanya berpasang...
165K 10.4K 47
Cinta yang belum dia terima, dan hatimu yang tak bisa berhenti untuk merasa seakan jadi luka yang setiap saat melebar. Bukan kau terlalu mengharapkan...
1.9M 92.1K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
239K 32.6K 22
Satu tahun begitu mencekik hatinya. Meremas perasaan yang sedang bergejolak karena rasa cinta. Perpisahan dengan jarak dan waktu sebagai penghalangny...