Aji dan Semestanya

By HuangNami

10.9K 1.4K 276

Kalian pasti sering mendengar mengenai "kisah cinta yang berawal dari rasa benci menjadi rasa cinta, yang di... More

PENGENALAN KARAKTER + PROLOG
01 {DAY 1}
02 {DAY 2}
03 {DAY 3}
04 {DAY 4}
05 {DAY 5}
06
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50 END

07

240 38 17
By HuangNami

Hello Guess!!!

Aji dan Semestanya udah sampai Chapter 7 nih
Jangan sampai lupa Vote nya, trus Komen uga, and Follow akun ini karna yg punya akun tuh gemesin kek Renjun, hehe jan lupa Share ke temen-temen kalian juga...

Baca ini sambil dengerin Traitor-Olivia Rodrigo keknya pas deh suasananya.

#eventmenulis
#50bersamamu
#moonseedpublisher
#ClueDay7
#Day7
#Alstroemeria

Alstroemeria adalah (peruvian lily) yaitu nama bunga itu sendiri.
Memiliki sebuah makna : kesetiaan, persabatan (arti bunga tersebut)

Liat series bl di hari Ahad
Happy Reading My Readers Wattpad (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

***

Setelah membawa sang adik sepupu, Noval ke UKK. Saat ini Nisfya dan Devan sedang berada di ruang area kantin UKK guna menjernihkan pikiran dan menenangkan diri mereka masing-masing.

Masih terlihat jelas perasaan gelisah di raut wajah Nisfya dengan menahan agar tubuh rampingnya tidak bergetar. Keadaan Nisfya tak luput dari pandangan Devan sedari tadi.

Merasa iba sebab tak tahu apa yang membuat objek di depannya kini merasa tak tenang, padahal suasana kantin UKK masih nampak sepi hanya ada mereka berdua dan satu orang wanita remaja di meja kantin pojok.

Mencoba menghangatkan suasana dingin di sekitar dirinya, Devan pun mulai membuka pembicaraan.

"Kak Nis, kakak minum dulu airnya biar lebih tenang." Tutur Devan sambil memberikan sebotol air mineral kemasan pada Nisfya.

"Makasih, Van uda bantuin Gue bawa Noval ke UKK." Ujar Nisfya mengulas senyuman.

"Masama, Kak. Sekarang Kak Nisfya makan ya, biar lebih tenang. Biar gue pesenin, kakak mau makan apa?"

"Makasih, Van. Gue ngga laper kok-"

"Gue tetep pesenin, biar kakak ngga sakit, nanti Noval sedih. Dah ya, Gue pesenin ayam geprek aja."

"Ya udah, thanks kalo gitu."

"Hm.."

Menunggu beberapa menit, akhirnya makanan yang di pesan pun sudah datang ke meja kantin mereka. Menyantap sajian dengan tenang hingga tandas, lalu kembali lagi pada suasana canggung.

"Gue mohon banget kakak berenti ngerasa cemas." Lirih Devan menatap iba ke arah Nisfya.

"Ngga bisa, Van."

"Kenapa? Apa yang buat Kakak ngerasa khawatir banget? Kak Nisfya boleh kok bilang ke Devan, biar bisa tenang."

"Kalo pun Gue bilang, belum tentu juga Lu bakal bisa tetep tenang, yang ada Lu juga malah ikut kepikiran."

"Kalo Kak Nisfya bilang kek gitu yang ada Gue makin penasaran, ngga apa, Gue janji Gue bakal tetep tenang dan kasih solusi ke Kak Nisfya." Tutur panjang Devan.

"Beneran? Tapi, gue mohon banget Lu jangan sampe bilang ini ke siapapun..." Lirih Nisfya sedikit ragu.

"Gue janji kak, Gue ngga bakal bilang ke siapapun. Jadi sekarang kakak bisa bilang semua yang bikin kakak ngerasa gelisah, ngga perlu sungkan, Gue bakal dengerin semuanya dengan baik."

"Makasih, Van."

"Iya, Kak. Jadi hal apa yang udah ganggu pikiran Kakak?"

"I-itu, Van... N-Noval..."

"Iya, kenapa Noval?"

"N-Noval... ternyata gay, Van. Dia gay! Dia uda ngaku ke kakak kalo dia gay!! K-kakak..." Ucap Nisfya tak bisa mengontrol air mata yang sudah turun membasahi wajahnya.

"N-Noval? Gay? I-itu.. Kakak ngga boong kan?" Gagap Devan hampir tak percaya.

"Gue ngga bohong, Van. Gue sendiri aja ngga percaya, adik sepupu yang udah Gue anggep sebagai adik kandung sendiri bisa punya harga diri serendah itu... Gue kecewa banget..." Tegas Nisfya dengan air mata yang mengalir semakin deras.

Gagap dan tak bisa berbicara lagi. Ingin sekali melontarkan kata-kata tak beradab, Devan pun masih punya kesadaran yang penuh bahwa orang yang kini sedang menangis sesegukan di hadapannya hanya butuh sandaran untuk membuat diri lebih tenang.

Mencoba menepis hal yang ingin dilakukan dengan memahami kembali maksud perkataan si Nisfya, Devan pun mencoba untuk mengatakan sesuatu meski sedikit ragu.

"Kak Nisfya, bisa dengerin Gue bentar?" Ujar Devan merasa gugup.

"Hm, ngomong aja."

"Kak Nisfya inget kan pas ngomong ke gue ama Lintang kalo kakak ngasih bunga Alstroemeria atau bunga Peruvyan Lily sebagai pelindungnya Noval?"

"Gue inget jelas, Van. T-tapi, setelah dia ngakuin hal itu... Rasanya pengen banget Gue ancurin Bunga itu... Kenapa?! Kenapa Noval?! Persahabatan kita jadi berantakan gini Van..." teriak Nisfya sembari menahan tangisnya meski sesegukan.

Bukan hanya Nisfya yang merasakan hal itu, mungkin jika hal seperti di atas terjadi pada orang terdekat kalian, mungkin kalian juga pasti merasa bahwa kepercayaan kalian dipermainkan. Bahkan Bunga Alstroemeria yang memiliki arti seindah itu masih tidak cukup untuk memperbaiki persahabatan dan kesetiaan yang ada. Nisfya sangat kecewa dengan Noval.

Di balik hubungan persahabatan yang di ambang kehancuran ini, ada Bunga Alstroemeria yang kelopaknya kini mulai gugur di pot tanaman yang berada di Jendela kamar Noval.

Bahkan, kalian bisa menjadi pribadi yang jauh dari perkiraan kalian sendiri jika memang sudah mengetahui hal tak lazim dari orang tersayang kalian. Sampai pada akhirnya, timbullah sebuah perasaan menyesal di hati diri masing-masing.

"Meski kakak bilang ragu, Gue yakin hati terdalam kakak masih ingin ngelindungi Noval sebagai adik kandung. Dan, Gue percaya itu. Kak Nisfya adalah contoh buat gue biar bisa jadi seorang kakak yang baik dan ngelindungin saudara kandung Gue." Ujar Devan menyakinkan Nisfya.

Setelah apa yang diucapkan oleh Devan dan mungkin benar, nampak Nisfya yang kembali dengan raut wajah seriusnya dengan kedua mata memerah namun tidak menghilangkan aura mendominasinya. Nisfya pun menatap tegas ke arah Devan.

"Gue cuma bisa bilang makasih banyak, karna Lu udah bikin mood Gue makin memuncak. Thanks juga udah kasih pencerahan ke Gue," ujar Nisfya serius.

"Yoi, gue juga udah anggep Lu sebagai Kakak Gue sendiri jadi kalo emang ada apa-apa tentang Noval, Lu sendiri, atau apalah itu, Gue cuma harap lu bisa ceritain semuanya ke Gue dan Gue usahain buat bisa kasih saran ke Lu." Sahut Devan menanggapi perkataan Nisfya.

"Yoi, nak. Thanks."

"Hm. Jadi sekarang Lu mau nemuin Noval apa ngga?" Tanya Devan mulai ragu.

"Gue ngga yakin, mungkin ngga dulu. Karna..."

"Ya udah, ngga perlu dipaksain juga. Biar gue sama Lintang aja yang jagain Noval buat Lu, tenangin diri Lu okey? Oh, jangan bilang Bunda, biarkan Noval yang ngaku sendiri. untuk sementara sampai lu bener-bener mau nemuin Noval. Gimana?" Devan mengelus punggung Nisfya bermaksud memberikan rasa tenang.

"Hm, gitu aja. Tapi, bilang ke Lintang buat ngga nyebarin hal itu ke siapapun. Cukup kita bertiga aja yang tau hal itu." Ujar Nisfya menegasi tawaran Devan.

"Hm, lagi pula Lintang juga pasti ngerti."

"Gue percaya kalian berdua. Kalo gitu gue pulang dulu, misal ntar Noval nanyain gue, kalian bilang aja kalo gue pulang karna badmood."

"Gue bakal sampein. Lu pulang tiati, ngga perlu dibuat beban pikiran."

"Gue ngga yakin. Dah gue pulang dulu."

Setelah lega membicarakan hal yang sedikit. lalu Devan pun beranjak pergi dari area kantin UKK. Menuju taman belakang kampus dan terlihat menghubungi seseorang di balik layar ponselnya.

"Manis?"

📞"Iya, Ada apa?"

"Kamu sekarang lagi di mana?"

📞"Biasa di kelas, lagi baca novel. Dosen ga masuk, padahal hari pertama, Kenapa?"

"Bisa dateng temuim aku di taman belakang Kampus?"

📞"Bisa, otw."

"Hm."

Meletakkan kembali ponselnya di dalam saku celananya, duduk di kursi taman di sana sembari menikmati semilir angin berhembus. Tak lama, terlihat seorang perempuan cantik dari arah lain.

"Devan."

"Lintang? Sini."

"Hm? Kenapa nih? Tumben manggil?" tanya Lintang pada Devan.

"Aku mau ngomong sesuatu tapi, jangan syok dulu ya."

"Ah, aku tau, tentang Noval ya?" Devan sedikit terkejut. Ternyata Lintang sudah terlebih dahulu mengetahuinya. Devan mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Iya, Noval... Aku ga nyangka ternyata, sahabat kita, yang paaaaaaaling kita sayang ternyata Gay, aku kecewa banget Lin... Aku ga nyangka banget.. aku-aku.." Devan tidak bisa berkata-kata lagi. Rasa kecewanya terlalu besar.

"Hm, aku juga ga nyangka ternyata Noval bisa kaya gitu." Mereka berdua berpelukan. Saling menyalurkan rasa kecewa yang teramat dalam pada sahabat mereka.

"Terus sekarang kita harus gimana?" setelah melepas pelukan, Lintang menanyakan hal yang benar-benar membuat bingung. Benar. Mereka harus bagaimana? Menjauhi Noval? Itu sepertinya tidak mungkin. Memarahi Noval? Sepertinya ide buruk. Noval benci dibentak.

"Kita ke UKK dulu deh, temenin Noval. Kasian, tadi cuma ada dokter jaga.. Kak Nis pulang." Lintang mengangguk. Mereka baru saja berdiri namun ponsel Lintang bergetar dan ternyata Noval menelpon dirinya.

Drrrtt... drrrtt...

"Bentar, ku angkat dulu."

"Iya."

Lintang sedikit menjauh untuk mencari sinyal. Panggilan terhubung namun tidak ada suara. Mereka berdua sama-sama terdiam.

📞"Tang?"

Gadis cantik Ailurophile itu hanya diam. Menunggu perkataan lain dari seberang telepon.

📞"Lu masih marah ya sama Gue? Maaf Tang... Gue juga ga mau kaya gini... Gue juga mau Normal kaya kalian... Gue ga mau... Gue emang sakit, Gue gila... Tapi tolong maafin Gue Tang..." suara Noval perlahan melirih dan beberapa saat kemudian terdengar isakkan kecil.

"Hm, Gue maafin, sekarang, Gue ke sana sama Devan. Tapi inget, Gue bakal beda sekarang." baru saja Lintang akan mematikan panggilan, suara Noval kembali terdengar.

📞"Gue sayang banget sama kalian berdua, Makasih ya." Panggilan segera ditutup oleh Lintang. Mereka berdua langsung saja menuju ruang UKK. Terlihat ruangan serba putih itu nampak sepi. Dokter Jaga sudah pulang dan akan diganti Dokter lain sesuai dengan Shift kerja. Sampai di sana, terlihat Noval yang terduduk di atas ranjang tidur UKK dengan raut wajah yang amat gelisah bercampur dengan peluh keringat mengalir di sudut keningnya.

"Udah baikan?" Tanya Lintang mulai memasuki ruang UKS.

"Udah."

"Napa lu? Kok gemeteran gitu?" Tanya Lintang dengan nada mengintrogasi.

"Dih, siapa juga yang gemeteran." Ujar Noval mengelak perkataan Lintang.

Sampai ketiganya terjebak di dalam situasi canggung seperti orang tak dikenal sehabis kepergok sesuatu.

"Napa lu liat-liat Gue?" Ketus Noval.

"Gue cuma ngeliat, Lu ga trima?! Oke, Gue mau pulang." Devan menarik tangan Lintang dan menyuruhnya duduk.

"Lintang, duduk dulu gih." Ucap Devan mencairkan suasana panas diantara dua sahabat.

"Sorry, Van."

"Iya. Lu juga, Val. Kenapa tadi minta maaf kalo ujungnya ribut sama dia?" Tanya Devan sedikit geram.

"G-gue... gue boleh ngga numpang nginep tiga hari aja di rumah kalian. Mau Devan atau Lintang gue ngga masalah, buat sementara aja..." Ujar Noval menundukkan kepalanya.

"Tumben amat lu ngomong gitu. Biasanya juga males keluar kamar apalagi keluar rumah mana rencana nginep juga, kesambet apa lu?" Ketus Lintang lalu mendapatkan deheman dari Devan dan membuatnya kembali terdiam.

"G-Gue... Kalian tau sendiri kan Gue lagi ada masalah sama Kak Ninis... jadi gue takut pulang ke rumah. Soalnya ortu dia lagi bisnis di luar kota, otomatis dia bakal tinggal di rumah Gue. Please, gue mohon... cuma tiga hari aja. Ya, ya?" Ujar Noval panjang lebar menyakinkan kedua sahabatnya.

"Oke, kita berdua ngga masalah. Tapi, lu harus bilang dulu ke Bunda lu setidaknya." Tutur Lintang menyahuti.

"K-kalo itu, biar Gue aja yang hubungin Bunda. Jadi... Gue nginep di rumahnya siapa?"

"Oke, lu boleh nginep di rumah Gue." Ujar Devan.

"Makasih Van... Gue tau Lu dah tau tentang Gue..." Noval menundukkan kepalanya. Ia merasa tak pantas berteman dengan mereka sekarang. Ada sedikit rasa sungkan di hatinya.

"Gue masih kecewa banget sama Lu, tapi karna Lu temen Gue, Gue maafin, tapi, Lu harus bisa berusaha jadi Normal." ujar Devan yang tidak diberi jawaban oleh Noval.












"Gue punya trauma sama Cewe."







_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Sedangkan Aji yang ditinggal Noval tadi siang kini ada di kamarnya sendiri. Menuliskan puisi-puisi indah tentang Semestanya.

'Gue nyaman sama Lu.'


***

To be Continue

Gimana My Readers Love?
Spill perasaan buat Chapter ini, dong? Hehe...

Peluk cium dari Author tersayang
Makasih banyak uda stay dan baca cerita ini Readers tersayang........

Gimana kabarnya nihhh???
Pasti baik dong, kalo sakit, cepet sembuh ya!!! Kawal terus kapal ini biar bisa berlayar kaya Titanic.

Jaga kesehatannyaaa!!!

See You Next Chapter more (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡






Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 107K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
4.5M 134K 88
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
1.8M 59.6K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
Destiny By omlet

Teen Fiction

4.3K 400 32
Tentang sebuah perasaan yang menolak pergi , walau tidak tau akhir nya dia akan balik mencintai atau membenci. Warning!⚠️ Ini lapak BL fujo dan fudan...