ALDEN&ZEA (TERBIT)

By SyfaAcha

6M 395K 81.1K

This is the story of two authors ............... [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] BUKAN PLAGIAT!! ⚠PLAGIAT HARAP MEN... More

PROLOG
Chapter 1 : Anniversary
Chapter 2 : Promise
Chapter 3 : Zea and Markas
Chapter 4 : Perjodohan
Chapter 5 : Tawuran
Chapter 6 : Flashback
Chapter 7 : Pertemuan
CAST
Chapter 8 : H-1
Chapter 9 : Fiting Baju
Chapter 10 : Sah?
Chapter 11 : New Home
Chapter 12 : Jealous?
GC
Chapter 13 : Ditinggal Sendiri
Chapter 14 : Goresan Luka
Chapter 15 : Tangis Zea dan Alden yang Egois
Chapter 16 : Terbongkar
Chapter 17 : Trauma?
Chapter 18 : Skandal
Chapter 19 : Dikeluarkan?
Chapter 20 : Shackles of life
Chapter 21 : Rumah Sakit
Chapter 22 : Back School
Chapter 23 : Kembalinya Ara
Chapter 24 : Zea and Eira
Chapter 25 : Rayyan Algrafa
Chapter 26 : Rasa Sakit
Chapter 27: Sedikit Rasa?
Chapter 28: Tersebarnya Video
Chapter 29: Bunuh Diri?
Cahpter 30 : Resmi
Chapter 32: Memilih
Chapter 33: Kembali Memilih
Chapter 34: Marah?
Chapter 35: Eira dan Ara
Chapter 36: Putus
Chapter 37: Terungkap
Chapter 38: Alden, Zea dan Eira
Chapter 39: I'm not ok, but its oke
Chapter 40: IGD
Chapter 41: Cemburu
Chapter 42: Butuh Pelukan
Chapter 43: Bertemu di Cafe
Chapter 44: Sebuah Kenangan
Chapter 45: Kembali Berkorban dan Semua Terbongkar
Info:
Chapter 46: Mulai Renggang
Chapter 47: Pelampiasan dan Club
Chapter 48: Kata Maaf
Chapter 49: Mama
Chapter 50: Bully
Chapter 51 : Zea dan Hujan
INFO PREE-ORDER ALDENZEA
Chapter 53: Detik Detik Eira
Chapter 54. Telah Pulang
Chapter 55 : Tidak Seorang Pun Yang Percaya
Chapter 56 : Nyatanya Zea Tetap Pembunuh
Chapter 57 : Zea sudah menyerah
Chapter 58 : Surat Cerai
Chapter 59 : Pamit
Chapter 60 : SELESAI (Ending)

Chapter 31: Luka Yang Tak Pernah Reda

90.8K 7.1K 1.9K
By SyfaAcha

JANGAN JADI SIDERS. BUDAYAKAN VOTE AND COMENT.

SELAMAT MEMBACA!

Ini nama akun ig nya author
@acha4_4
Jangan lupa follow ya. Karna nanti ada pemberitahuan disana. Dan juga banyak Spoiler disana. Jangan sampe ketinggalan info okey.

~o0o~

Sedari tadi seorang cewek hanya berdiri menatap kosong pintu putih itu. Terlalu takut untuk masuk bertemu kedua orang tuanya.

Zea memejamkan matanya sebentar kemudian menarik nafasnya pelan dan membuangnya kasar. Zea menyiapkan dirinya untuk masuk kedalam.

Perlahan kaki cewek itu mulai melangkah, memegang knop pintu dan membukanya.

Plakk..

Baru saja dirinya berhasil masuk, tamparan tiba-tiba itu mendarat tepat di pipinya. Zea hanya memejamkan matanya merasakan nyeri begitu terasa pada pipinya.

"ANAK SIALAN! KAMU ITU HANYA BISA MEMPERMALUKAN KELUARGA INI SAJA!" pekik Reno terdengar seisi ruangan itu. Rina yang berdiri di samping Reno menatap tajam putrinya itu. Menatap jijik wajah sang putri yang begitu menyesal ia lahirkan kedunia ini.

"Saya menyesal telah melahirkan kamu!" Rina begitu malu ketika semua temennya membicarakan Zea. Membicarakan permasalahan tentang Video itu.

"Gara-gara kamu anak sialan! Saya di ejek sama temen-temen saya!" lanjutnya.

"Maaf.." lirih Zea. Hanya itu yang mampu cewek itu ucapkan. Dirinya tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang.

Plak..

"Saya tidak butuh maaf kamu itu!" Reno mendekat ke arah putrinya itu dan langsung menarik rambut Zea kasar. Menarik Zea hingga cewek itu terpaksa mengikuti pria itu. Zea meringis pelan tatkala perih di kulit kepalanya semakin terasa.

"Ampun pah.. Ampun.."

Reno seakan menulikan telinganya. Emosi pria itu tidak terkontrol. Pria itu menarik paksa Zea hingga kini mereka berada di samping kolam renang rumah itu.

Rina hanya mengikuti sang suami dengan sesekali tersenyum puas melihat Zea kesakitan seperti itu.

Awan sudah mulai gelap yang artinya sebenatar lagi hujan akan turun. Sepertinya alam pun tau jika dirinya sekarang sedang rapuh.

"Terima hukuman kamu anak tidak tau di untung!" pria itu dengan cepat menenggelamkan wajah Zea ke dalam kolam itu. Menahan kepala cewek itu beberapa detik dan kemudian menariknya kembali.

Belum sempat Zea menetralkan deru nafasnya, lagi dan lagi pria itu menenggelamkan kepala cewek itu beberapa detik.

"Tidak cukup kamu mempermalukan saya dengan foto itu hah! Tidak cukup! Dan sekarang di tambah dengan Video kamu yang bugil itu! Dimana harga diri kamu, Zea!" Reno kembali menarik kepala Zea. Menarik rambut cewek itu hingga Zea terpaksa mendongak menatapnya.

Jangan tanyakan lagi seberapa banyak Zea menangis haris ini. Jika rumah adalah tempat untuk kita berpulang, maka itu tidak berlaku untuk Zea. Rumah seperti neraka bagi nya.

"Seharusnya kamu tidak usah lahir."

"Zea juga gak berharap lahir di keluarga ini! Keluarga yang penuh drama kayak kalian! Orang tua macam apa kalian yang menyiksa putri kalian sendiri dan malah melindungi putri orang lain!" pekik Zea tepat di wajah Reno. Reno menggeram marah mendengar ucapan Zea.

Rina sama halnya. Wanita itu mengepalkan tangannya menahan emosi. Anak itu sudah berani sekarang. Rina mendekat kearah Zea dan menendang kuat kepala cewek itu hingga Zea terjatuh ke dalam kolam.

Reno dibuat kaget dengan perlakuan istrinya itu. Reno yang berjongkok tadi sekarang merubah posisinya menjadi berdiri. Menatap sang istri yang tersenyum smrik melihat Zea tenggelam.

"Kamu apa-apaan hah!" bentak Reno. Rina yang di bentak pun mengerutkan keningnya bingung. Tumben sekali suaminya itu membentaknya.

"Kalau kepala anak sialan itu terluka bagaimana, hah?! Kamu mau kalau Alden tau perbuatan kita lagi! Bisa bisa kita bangkrut!" pekik Reno menatap tajam istrinya itu.

"ZEA!!" Ara yang baru saja pulang dari les itu dibuat kaget dengan Zea yang basah kuyup dalam kolam. Ara berlari cepat ke kolam renang itu dan langsung menyeburkan dirinya.  Tidak peduli jika dirinya sekarang sudah basah kuyup, yang ia khawatirkan sekarang adalah adik tirinya itu.

"Zee lo gak papa?" tanya Ara memegang kedua bahu Zea. Jika kalian berpikir Zea tidak bisa berenang, kalian salah besar. Cewek itu sekarang dengan kasarnya menepis tangan Ara menjauh dari bahunya dan berjalan keluar kolam.

"Zee?"

"Zea?"

Tidak ada jawaban dari cewek itu. Reno yang melihat Ara di perlakukan seperti itu menarik rambut Zea kembali setelah gadis itu berhasil keluar kolam.

Zea mantap kedua manik mata sang papa itu. Tidak ada lagi rasa takut, ia bener bener muak sekarang.

"Seperti itu cara kamu menghormati kakak kamu Zea!! Itu kakak kamu! Mana sopan santun kamu, hah!" bentak Reno. Tarikan pada rambut Zea semakin kencang membuat cewek itu sesekali meringis kesakitan.

"Pah, udah," Ara tidak suka dengan keadaan sekarang. Cewek itu hanya ingin keluarga ini damai, bukan seperti sekarang.

Zea tersenyum smirk ketika melihat seberapa sayang Reno terharap putri tirinya itu. "Dia bukan kakak Zea. Bahkan kita beda orang tua!"

"Tapi dia tetap kakak kamu!" sambung Rina.

"Lebih tepatnya kakak tiri, yang sudah menghancurkan keluarga ini," ucap Zea.

"ZEA!!"

"APA!!" pekik Zea pada Reno yang hendak melayangkan tamparan padanya, namun tangan Reno terhenti di udara ketika Reno mendengar suara cewek itu yang meninggi.

"TAMPAR PAH TAMPAR! BUNUH ZEA SEKALIAN PAH! ZEA CAPEK PAH CAPEK! ZEA JUGA GAK MAU HIDUP KAYAK GINI!" lagi dan lagi air matanya kembali turun tanpa permisi.

"KAPAN SIH KALIAN NGANGGEP ZEA ANAK KALIAN?! KAPAN! ZEA JUGA PENGEN KAYAK ANAK-ANAK LAIN YANG DI SAYANG SAMA KEDUA ORANG TUANYA!"

Reno dan Rina diam seribu bahasa, saat mendengar amukan Zea. Mereka hanya menatap Zea yang histeris.

"ZEA JUGA MANUSIA YANG BISA NGERASAIN LELAH! SAKIT SEMUA BISA ZEA RASAIN! ZEA ITU ANAK KALIAN SEDANGKAN DIA!" pekik Zea menunjuk kasar wajah Ara yang berada di sana.

"DIA HANYA ANAK TIRI DISINI! DIA YANG UDAH NGANCURIN HIDUP ZEA! SEHARUS NYA LO ITU GAK ADA DI SINI!" cewek itu menangis sejadi-jadinya. Hatinya begitu sakit tatkala semua kenangan dan kejadian buruk kembali berputar di otaknya.

PRANGG..

Zea melempar kursi yang berada di dekat kolam itu ke arah samping, hingga menimbulkan bunyi pecahan kaca.

Semua orang yang disana terkejut ketika suara pecahan terdengar nyaring.

Zea mendekat ke arah Ara. "LO SENENG KAN LIAT GUE GINI! LO SENENG KAN? Selamat lo berhasil ngerebut orang tua gue!"

"Gue hancur sekarang gue hancur! Orang tua gue lebih sayang sama lo, anjing!"

"Zee," Ara tidak tau apa yang harus ia lakukan. Zea tidak pernah ingin menganggap dirinya sebagai saudara.

"Ingat lo cuma anak tiri disini! Lo cuma anak tiri!" ucap Zea.

Zea kembali menatap kedua orang tuanya yang hanya berdiri diam. "DAN KALIAN BERDUA!" cewek itu menunjuk kasar kedua orang tuanya.

"KALIAN TIDAK PANTES DI SEBUT SEBAGAI ORANG TUA!" pekik Zea.

Reno sedari tadi mengepalkan tangan nya emosi. Dirinya begitu emosi ketika melihat Zea semakin berani. Dirinya tidak iba sedikit pun melihat putrinya itu menangis.

Reno mendekat ke arah Zea, dengan cepat pria itu mencekik leher Zea hingga cewek itu mundur beberapa langkah yang alhasil tubuhnya terbentur dinding.

"Awh!"

"Ngomong lagi cepat!" Reno semakin mencekik leher Zea dengan tangan kekarnya. Hal itu mampu membuat pasokan udara Zea tercekat.

"P-Pah, Z-Zea gak bisa napas.."

Reno semakin mengeratkan tangannya pada leher Zea. Wajah Zea bener-bener merah karna tercekik.

"Saya tidak peduli! Saya tidak peduli! Mati saja kamu anak sialan!"

Ara yang melihat itu dengan cepat berlari memegang lengan Reno berniat agar papa nya itu berhenti.

"Pah udah, Zea kesakitan pah."

Sedangkan Rina hanya tersenyum puas melihat anak nya itu tersiksa. Ini adalah drama paling keren menurutnya.

"Pah, kenapa papah jadi kasar gini sama Zea?"

Reno menepis kasar tangan Ara dari lengannya hingga gadis itu terjatuh. Rina yang melihat itu langsung mendekat ke arah Ara.

"Kamu gak papa sayang?" tanya Rina yang langsung mendapat gelengan kepala dari Ara. Ara kembali berdiri dan mengelus lengan papanya itu.

"Pah udah. Zea gak bisa nafas itu pah. Cukup pah," ucap Ara lembut. Reno yang mendengar suara lembut anaknya itu melonggarkan cekikan pada leher Zea.

"Uhuk.. Uhuk.." Zea menetralkan deru nafasnya. Cewek itu memegang lehernya.

"Pah Ara gak suka papa gini. Ini bukan papah," Ara langsung memeluk papanya itu menenangkan sang papa agar emosinya mereda.

"Maaf sayang," Reno mengelus lembut Rambur Ara.

Zea yang melihat itu tidak bisa ber kata-kata lagi. Cewek itu dengan cepat melangkahkan kakinya pergi dari sana. Memang benar jika keluarga ini tidak menginginkan dirinya.

'Bener, gue gak pernah di inginkan,' batin Zea.

Cewek itu menghapus air matanya hingga tak bersisa walaupun nyatanya air matanya lagi dan lagi turun begitu saja.

Ara yang melihat Zea pergi hanya tersenyum tipis. Setidaknya adik nya itu tidak menerima kekerasan lagi.

~o0o~

Setelah mengantar Eira kerumah dengan selamat. Alden langsung pulang kerumah tanpa berniat kembali ke markas.

Cowok itu langsung ke kamarnya berniat mengecek gimana keadaan istrinya sekarang. Cowok itu membuka pelan knop pintu itu.

"Zee."

"Zea?"

Karna tidak ada mendapat jawaban dan tidak melihat Zea disana. Cowok itu berjalan ke arah kamar mandi dan membukanya. Tidak, cowok itu tidak menemukan Zea disana.

Rasa khawatir terlihat jelas di wajahnya. Cowok itu berlari cepat keluar mencari Zea ke seluruh penjuru rumah.

Alden semakin gelisah saat dirinya tidak menemukan cewek itu. Cowok itu mencoba untuk menelpon Zea tapi cewek itu tidak mengangkatnya membuat dirinya semakin panik.

"Bunda," sekarang dirinya menelpon bunda, mungkin Zea sekarang berada disana. Alden mencari nama bundanya dan langsung menelpon. Setelah beberapa detik akhirnya bundanya mengangkat panggilan.

"Bun? Zea ada di sana gak?"

"Kok nanya bunda. Zea kan sama kamu," ujar Sarah sari sebrang sana.

Cowok itu semakin gelisah saat mendengar ucapan sang bunda.

"Ya udah bun. Nanti Alden telpon lagi."

"Zea gak ada sama kamu?" tanya Sarah yang juga mulai panik.

"Ada bun. Tadi Alden telpon gak di angkat-angkat. Mungkin Zea nya udah tidur." ucap Alden berbohong.

"Emang kamu dimana?"

"Di markas,bun. Ya udah Alden pulang dulu."

Tut.

'Ze, lo kemana sih?' batinnya.

~o0o~

"Gak papa"

"Ini gak papa."

"Lo harus kuat." Zea menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Air matanya masih keluar dengan deras. Cairan bening itu terus keluar tanpa permisi.

"Hujan," cewek itu menatap ke atas. Dirinya harus bagaimana sekarang. Dirinya takut akan petir.

Duarr..

Zea menutup kedua telinganya ketika suara petir begitu nyaring masuk ke indra pendengarannya. Suara petir yang semakin keras membuat dirinya memeluk kedua lututnya. Membenamkan wajahnya disana.

Kini Zea sedang berada di jalan sepi. Tidak ada seorang pun disana, bahkan kendaraan satupun tidak ada yang lewat.

Duarr..

"BUNDA!" hanya itu sekarang yang ada di kepalanya. Sekarang yang ia butuhkan adalah Sarah dan Dimas. Hanya mereka lah yang mengerti dirinya.

"Bunda, ayah. Tolong Zea," lirih cewek itu masih dengan wajah di atas lutut nya.

Rasa dingin di tubuhnya tidak lagi ia pedulikan. Ia sekarang bener-bener takut. Hujan semakin deras dan petir kian terdengar.

Dari arah sedikit jauh seorang cowok melihat cewek yang sedang berada di pinggir jalan. Cowok itu tidak melihat jelas siapa itu karna dirinya yang sedang mengemudi.

Alden mendekat kearah cewek itu. Sekatika bola matanya membulat sempurna melihat siapa cewek itu. Cowok itu langsung membuka pintu mobil dan mendekat kearah Zea.

"Zea," cowok itu langsung memeluk erat tubuh Zea. Dirinya yang basah kuyup karna hujan tidak cowok itu pedulikan. Dirinya lega ketika orang yang ia cari dari tadi akhirnya ia temukan.

"Zea, ini gue. Buka mata lo."

Zea yang mendengar suara Alden, dengan cepat membuka matanya, mendongak dengan pelan melihat cowok itu.

Zea sedikit lega saat melihat siapa itu. "Alden."

"Iya, ini gue. Lo gak papa?" tanya Alden. Cewek itu kembali menangis.

"Den, suara petirnya."

"Iya, kita pulang sekarang ya," ucap Alden, cowok itu dengan cepat membantu Zea berdiri. Namun aksinya terhenti ketika ponselnya berbunyi.

"Bentar, Ze." Alden membuka ponselnya. Alden membulatkan matanya ketika melihat siapa yang baru saja menelponnya. Dirinya lupa jika keksihnya itu juga takut petir.

Tanpa pikir lama cowok itu mengangkat telpon Eira.

"Sayang," suara isak tangis Eira mampu membuat Alden panik.

"Hei, jangan nangis."

"Alden suara petirnya. Aku takut."

"Hei tenang ya, jangan nangis."

"Kamu ke sini. Aku ta-"

Sambungan telpon tiba-tiba terputus. Alden menatap ponselnya. Ternyata ponselnya kehabisan baterai. Ah sial ponselnya mati di waktu yang tidak tepat.

Cowok itu semakin bimbang ketika melihat Zea menutup kupingnya takut akan suara petir. Cewek itu memejamkan matanya dengan tangan menutup kedua telinganya.

'Gue harus gimana sekarang?' batinnya.

~o0o~

HALO SEMUA NYA! MAAF BANGET KARNA BARU UP YA. INI ACHA BARU HABIS LOMBA SOALNYA. MAKASIH BUAT KALIAN YANG SETIA NUNGGU AKU UP.🥰🫶☺️

GIMANA PART INI? SERU GAK?

HAYO TEBAK, ALDEN BAKALAN PILIH SIAPA, ZEA ATAU EIRA?

KARNA ACHA BARU UP JADI ACHA UP DOUBLE.

Jangan lupa follow akun ig nya mereka okey.

@stracks.gank
@alden.leonwsl
@zerga_nalgav
@arka.rvano
@alvi_nprtm
@eira.jvnka
@zearra.quency
@edgar.brln.snjya

Jangan lupa follow ya. Mereka sering live loh. Jangan sampai kalian ketinggalan. Kalian bisa langsung tanya-tanya sama mereka oke.

SEE YOU🥰🤍🖤

Continue Reading

You'll Also Like

836K 60.3K 34
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
2.5M 144K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
145K 8.1K 36
"Piano itu menggema dan bernada. Kalau kita, Gema dan Nada yang saling mencinta." • • • Awalnya, Gema nggak pernah tertarik akan hal-hal yang berbau...
575K 57.3K 22
[KEIVAZRO SERIES III, BISA DIBACA TERPISAH DENGAN YANG LAINNYA YA!!] INI CERITA AWAL MULA SEBELUM TERBENTUKNYA (HARDES) Mohon dibaca teliti biar ngga...