Raden Saka

By matvhace

4K 1.7K 851

[ Dalam Proses Revisi ] ๐–๐ข๐ญ๐ข๐ง๐  ๐ญ๐ซ๐ž๐ฌ๐ง๐จ ๐ฃ๐š๐ฅ๐š๐ซ๐š๐ง ๐ฌ๐š๐ค๐š ๐ค๐ฎ๐ฅ๐ข๐ง๐จ Kutipan di atas merupa... More

Prolog.
LEAD CAST
เน‘'โ€ข. Gadis Biola
เน‘'โ€ข. Pulang dari Belanda
เน‘'โ€ข. Di Bawah Beringin
เน‘'โ€ข. Sombong
เน‘'โ€ข. Berdua dengannya
เน‘'โ€ข. Bulan Purnama
เน‘'โ€ข. Janu Kesal
เน‘'โ€ข. Bersemi
เน‘'โ€ข. Witing Tresno
เน‘'โ€ข. Keraguan
เน‘'โ€ข. Sayap Pelindung
เน‘'โ€ข. Rama dan Sinta
เน‘'โ€ข. Layar Tancap
HI RADSAVERS !
เน‘'โ€ข. Malioboro
เน‘'โ€ข. Anak Baru
เน‘'โ€ข. Ulang Tahun Rossa
เน‘'โ€ข. Bukit
เน‘'โ€ข. Mawar Putih
เน‘'โ€ข. Protektif
เน‘'โ€ข. Londo
เน‘'โ€ข. La Vie en Rose
เน‘'โ€ข. Parangtritis
เน‘'โ€ข. Payung

เน‘'โ€ข. Orang Ketiga

56 3 0
By matvhace

WARNING
Sebelum membaca dimohon untuk menekan tombol bintang dan jangan lupa memberi komentar positif juga !

------


Menjelang siang di pantai itu ditambah desiran ombak serta angin sepoi sepoi menerpa dua insan yang tengah memadu kasih.

"Aku mencintaimu."

Sontak Abel langsung melebur jiwa serta raganya.

Bagaimana bisa Saka bersikap seromantis itu?

"S-saka, kamu....."

"Mau cium lagi?"

Abel langsung mendorong pelan wajah Saka dengan satu tangan dan laki laki itu tersenyum puas.

"Dasar budak cinta."

"Memangnya tak boleh?"

Gadis ini terdiam dan menatap lamat dua manik mata kekasihnya itu.

"Boleh, boleh boleh."

Saka tersenyum kembali dan mendekap Abel dengan erat.

Kenyamanan dirasakan Abel saat berada di pelukan Saka lalu sudah aman kalau Saka sudah di sisinya.

"Matahari sudah akan naik, lebih baik kita segera pulang" ucap Abel.

"Sebentar, aku ingin seperti ini dulu."

"Saka?"

"Iya cantik?"

"Tolong bersamaku lebih lama."

"Aku tak janji."

"Kenapa?" heran Abel karena Saka malah berucap begitu.

"Karena sewaktu waktu bisa ku ingkari."

"Lalu, bagaimana? kamu akan pergi?"

"Aku akan berusaha untuk selalu di sampingmu."

Dalam lubuk hati Abel yang paling dalam dia teramat menyayangi laki laki itu pula.

Serta tak ingin dia jauh darinya.

Beberapa menit kemudian mereka berdua segera kembali ke mobil dan menuju ke rumah Abel.

Saat di perjalanan Saka melihat gadis di sebelahnya sudah memejamkan mata.

Ketika berada di lampu merah dia ambil selimut di kursi belakang dan menutupi badan Abel.

Selimut yang selalu dibawa kemanapun tiap pergi jikalau Saka juga mengajak Rossa jalan jalan.

Dengan lembut Saka mengecup kening Abel dan mengelus surai rambutnya yang tersibak ke depan.

Akhirnya mereka tiba di rumah dan Ratmi melihat kedatangan itu saat menjemur pakaian di luar.

"Eh, nak Saka."

Saka langsung menyalami ibu Abel dan membuka pintu mobilnya.

"Bel, kita sudah sampai."

Perempuan itu perlahan membuka mata dan melihat di sekeliling.

"Kita di-mana?"

"Depan rumahmu."

Abel langsung terperanjak dan juga melihat ibunya tengah menunggu sambil menggelengkan kepala serta tersenyum.

Gadis itu pun turun dari mobil dan menata pakaiannya yang lusuh.

"Terima kasih banyak untuk hari ini."

"Segera istirahat, aku pamit."

"Saka?"

Laki laki itu kembali berbalik menghadap kekasihnya.

Bak disambar petir di siang bolong, Saka terkejut ketika Abel mendadak mencium pipinya.

"Aku juga mencintaimu."

Pipi Saka seketika memerah tatkala orang yang sangat dia cintai itu turut membalas isi hatinya.

"Sudah ya? kamu ini lucu sekali."

Abel tersenyum lebar lalu melambaikan tangan ke arahnya.

Setelah Saka pergi Abel memasuki rumah beserta sang ibu.

"Sebentar lagi ibu punya mantu."

*mantu dalam bahasa jawa yang artinya menantu.

"Buu?"

"Apa? kan benar to?"

Abel lalu mengeluarkan barang barang dari dalam tas terkhusus biola.

Dia mengecek kondisi alat musik itu satu persatu dan mencari letak kerusakannya.

"Ada apa bel? rusak lagi?"

"Sepertinya bu."

"Loh? kamu coba lihat dulu."

Setelah sekian lama Abel baru sadar kalau salah satu senar biola ada yang putus.

Mungkin Vianne sengaja menggunting senarnya agar nada dan irama yang dihasilkan jadi rumpang.

"Oh, jadi ini" batin Abel.

"Gimana nduk?"

"Senarnya putus."

"Walah, ya sudah segera perbaiki nanti."

Abel pun bingung harus meminta tolong pada siapa, kali ini dia tak mau merepotkan ibunya lagi setelah sekian banyak hal yang disebabkan olehnya.

"Bu, aku ke rumah Janu dulu."

Pikirannya tertuju pada teman laki lakinya itu, Abel lantas memakai sandalnya dan pergi ke rumah Janu.

Dia menyusuri jalan setapak yang berbatasan dengan sawah.

Tak lama kemudian Abel tiba dan mengucapkan permisi sebelum masuk.

"Loh, Abel?" ucap Janu menyambutnya.

"Aku mengganggumu tidak?"

"Tidak, masuklah."

Setelah dipersilahkan oleh tuan rumah gadis itu duduk terlebih dahulu di kursi ruang tamu.

Rumah sederhana tapi lumayan luas, warna coklat mendominasi temboknya, serta terpajang beberapa foto keluarga serta foto Janu sendiri.

"Ada perlu apa mendadak ke sini?"

"A-ah ini, biolaku."

"Rusak lagi? astaga kok bisa?" heran laki laki itu.

"Ceritanya panjang jan."

"Baik baik, aku bantu ya?"

Setelah mendengar tujuan kedatangan Abel, Janu pergi ke belakang rumah untuk mengambil perkakas yang mungkin bisa digunakan untuk perbaikan biola tersebut.

"Mana? aku lihat dulu" pinta Janu lalu Abel memberikan benda itu.

"Ohh, senarnya putus to."

"Iya."

Janu menoleh ke arah raut wajah gadis yang tiba tiba memudar itu.

"Ada apa bel?"

"A-ah, tidak ada jan."

"Kamu nampak sedih, sungguh tak apa?"

"Aku sebenarnya ingin cerita tapi hatiku yang berat."

Janu lantas tersenyum dan mengelus salah satu pundak Abel dengan tangannya, gadis itu memang susah ditebak.

"Tak apa, aku tak akan memaksamu."

Abel tersenyum tipis lalu ikut bergabung di bawah dengan sahabatnya itu.

Dia sengaja mengotak atik perkakas dan turut berpikir bagaimana cara memperbaiki senar itu agar kembali bagus seperti semula.

"Beli senar lagi jan?" usul Abel.

"Tentu, di kota."

"Ikut, tapi aku izin ibuku dulu."

"Hari mulai sore, tak usah ya?" saran Janu, dia memikirkan keadaan gadis itu.

"Tapi..."

"Serahkan pada Janu" ucapnya dengan lagak percaya diri lalu Abel tertawa melihatnya.

"Iyoo, aku tinggal dulu."

Abel mempercayakan biolanya pada Janu lalu kembali pulang.

Sementara itu Saka tiba di rumah dan sudah disambut oleh sang papa yang tengah duduk santai sambil menyeduh kopi.

"Dari mana?"

"Menemui teman."

Saka meneruskan langkah ke kamarnya dan tak melanjutkan pembicaraan lagi dengan Herald.

Dia melepas kaos serta mengambil handuk untuk mandi, bagi Saka mandi sore adalah rutinitas yang juga jadi favoritnya.

Seusai bersih diri Saka pergi ke arah dapur untuk minum air putih.

"Saka?"

Itu adalah Eliza yang menghampiri Saka sambil membawa baju-baju yang baru saja ia angkat dari jemuran.

"Iya ma?"

"Mama sedang cari tahu soal beasiswa kedokteran di Amsterdam."

"Lalu?"

"Jika kamu tertarik, nanti mama beri tahu."

"Boleh ma, kebetulan aku sangat perlu."

Eliza tersenyum lebar dan mengusap rambut putranya yang masih setengah basah.

"Belajar yang rajin."

Saka mengangguk pelan dan kembali ke kamarnya.

"Kak Saka!" teriak Rossa dari lantai atas.

Laki laki ini lantas segera naik dan menemui adiknya itu.

"Kak, bantu aku dong."

"Bantu apa?"

"Kerjakan tugas, hehe."

"Sini."

Saka mengajak Rossa kembali ke meja belajarnya dan mereka pun menghabiskan waktu di sana.

Keesokan harinya Abel kembali menimba ilmu di sekolah dan pagi itu dia sudah dibuat pusing karena Ajeng sedang marah marah.

"Vivi yang merusak biolamu, benar?!" omel Ajeng.

"Sudah ah, aku tak mau bahas."

"Tidak bisa bel, kita harus beri pelajaran."

"Buat apa? nanti kita sama saja dengannya" balas Rachel.

"Setuju!" tambah Dian.

Ajeng berdecak kesal lalu ikut duduk di antara mereka.

"Biolaku sudah diperbaiki" jelas Abel pada ketiga temannya.

"Bagus kalau begitu."

Di sela perbincangan keempat gadis itu tiba tiba Aksena datang dengan menuntun sepeda.

Laki laki itu menatap Abel begitupun sebaliknya.

"Bel, bisa kita belajar sama sama?"

Abel teringat ucapan Aksena tempo hari yang lalu dimana dia juga menawarkan untuk belajar bersama.

"Boleh, kapan?"

"Saat istirahat atau pulang sekolah."

"Pulang sekolah saja ya?"

Aksena mengangguk sambil tersenyum tipis lalu melanjutkan perjalanan ke dalam sekolah.

"Bel, tak takut kalau Saka marah?" ucap Rachel memberi peringatan.

"Aksena juga temanku dan kalau Saka bertanya akan kujelaskan baik baik."

"Baiklah kalau begitu."

Mereka lantas beranjak dari bangku taman dan ikut ke kelas.

"Saka!" teriak Angga saat memergoki laki laki itu tengah mengambil tasnya dari dalam mobil.

"Kau bisa ada disini?" heran Saka.

"Aku baru saja memarkirkan sepedaku."

Saka mengangguk tipis lalu Angga membawa temannya ke kelas dan di tengah jalan mereka juga cukup beruntung karena berpapasan dengan Nando.

Di dalam kelas Abel mulai mengeluarkan buku dan ditatanya dengan rapi di atas meja.

Saat itu Ajeng tengah bercermin untuk membenahi rambut lalu menghadap ke arah Abel.

"Ngomong ngomong, teman kita satu ini banyak penggemarnya ya."

"Maksudmu jeng?" balas Dian di sebelah Ajeng akhirnya ikut menyimak.

"Tadi, buktinya."

"Aku dan Aksena hanya berteman" bantah Abel.

Gadis itu tak mau menyakiti hati siapapun, terutama Saka yang sangat mencintai dirinya serta tahu garis batas dalam bergaul dengan Aksena.

Pagi itu kelas dimulai dengan pelajaran Biologi tentang struktur sel dan semua menyimak penjelasan guru di depan.

Pertambahan tinggi badan seseorang itu salah satu faktor karena sel di dalam tubuh mengalami peningkatan. Tanpa sadar sebenarnya sel akan melakukan pembelahan dan terus bekerja untuk memperbaiki sel-sel yang rusak. 

Secara umum, struktur sel itu ada dua yaitu struktur sel prokariot dan sel eukariot. Sel prokariot ini tidak memiliki nukleus, sedangkan sel eukariot memiliki nukleus.

"Hel, boleh pinjam tipe x mu?"

"Tentu."

Abel memperbaiki tulisannya yang sempat salah dan kembali ditulis dengan benar sesuai yang ada di papan tulis.

Aksena yang berada di deret kedua bangku urutan ketiga dari depan sempat melirik ke arah Abel.

Dia memperhatikan gadis itu nampak serius belajar.

Tak sadar tergurat senyuman tipis di wajah Aksena.

"Sen, ada apa?" sentak Jaka, teman sebangkunya yang menggantikan Hendrik karena permintaan Jaka sendiri.

"A-ah itu, tak ada."

"Lihat siapa sih?"

"Tak ada jak."

"Oh, pasti gadis itu."

Aksena lantas membuang muka agar tak ketahuan gelagatnya oleh Jaka.

Sementara itu Saka yang berada di belakang juga sedang memperhatikan kekasihnya.

Beberapa jam berlalu dan bel istirahat makan siang sudah berbunyi dengan lantang.

"Bel, ayo makan siang denganku" ajak Saka yang tiba tiba datang ke tempat duduk keempat gadis ini.

"Ekhemm" sahut Ajeng sambil seolah tengah dilanda sakit tenggorokan.

"S-sekarang?" balas Abel menatap Saka.

Saka mengiyakan dan Abel pun beranjak dari bangku lalu mengikuti langkah laki laki itu pergi.

"Tumben kamu" ucap Abel membuka obrolan.

"Sengaja, aku ingin."

Pemberhentian mereka tepat berada di sebuah gazebo yang berhadapan langsung dengan taman serta sangkar burung yang berukuran cukup besar.

Di dalam sangkar itu terdapat dua ekor burung kakatua berwarna putih.

"Bawa bekal apa?" tanya Saka.

"Nasi dan sayur sop, kamu?"

"Nasi kuning."

"Sepertinya enak" balas Abel sambil melirik sedikit ke arah kotak makan Saka.

"Mau coba sedikit?"

Saka lalu mengambil satu sendok dan disodorkannya ke mulut Abel.

"Tak usah, kan aku sudah bawa sendiri."

"Coba sedikit."

Abel perlahan menyantap nasi kuning itu dan disusul oleh senyuman manis Saka.

"Itu buatan mamaku, bagaimana bel?"

"Wah, enak enak" puji Abel setelah menelan habis nasi di mulutnya.

Sebaliknya, Abel juga menyuapi kekasihnya itu dengan sayur sop buatan ibunya dan ternyata enak.

"Hati hati rambutmu."

Saka menyibakkan rambut Abel yang berantakan dan hampir saja masuk ke dalam makanan.

"Maaf, lain kali apakah harus ku ikat?"

"Kamu lebih cantik jika digerai."

Ucapan singkat dan jelas dari seorang Raden Saka Veenlander kembali membuat pipi Abel merona.

Dia sungguh manis dan juga pandai menaklukan hatinya.

Di sisi lain Aksena dan Jaka sedang berjalan berdua menuju ke basecamp anak-anak panahan karena Sena sudah mantap ingin ikut.

"Permisi" ucap laki laki itu dengan sopan.

"Iya kak, mencari siapa ya?"

"Saya mau mendaftar panahan."

"A-ah tentu, tolong isi formulir dulu."

Aksena lantas mengambil formulir itu dan memutuskan untuk mengisinya saat di rumah.

"Sampai kapan formulir ini bisa dikumpulkan?" tanya Sena lagi.

"Besok ya kak, paling lambat."

Aksena mengangguk dan pamit meninggalkan tempat itu bersama Jaka.

"Wah, semoga membawa hal baik."

"Terima kasih jak."

Saat asyik berjalan Aksena tak sengaja melihat dua orang tengah duduk bersama di depan sangkar burung.

Abel dan Saka.

Mereka berdua nampak bungah jika dilihat dari ekspresinya.

*bungah artinya rasa sangat senang

"Mereka sebenarnya ada apa?" batin Aksena.

"Sen?"

"A-ah iya, ayo jak."

"Burung itu lucu ya?" ucap Abel sambil tersenyum menghadap Saka.

"Lebih lucu gadis di sebelahku."

"Saka!"

"Apa, hm?" balas laki laki itu lalu menggenggam tangan Abel erat.

"Aku malu, jangan menggodaku."

Saka lantas tersenyum miring dan semakin mendekat ke arah perempuan itu.

"Kamu tahu, tiga wanita paling beruntung di dunia ini?"

"Hah? siapa memang?" heran Abel masih belum paham dengan ucapan Saka.

"Mama Eliza, Rossa, dan kamu."

Abel sontak terdiam sejenak sambil menatap dalam mata laki laki yang baru saja mengucapkan sepatah kalimat yang terdengar sangat tulus tersebut.

Dia masuk dalam tiga daftar perempuan yang berharga dalam hidupnya.

"B-begitu ya?"

"Kenapa? kamu tidak suka?"

"Suka, sangat suka."

Keduanya saling melempar senyuman dan tiba tiba bel tanda masuk pun berbunyi.

Saka berdiri terlebih dahulu lalu menggandeng Abel bersamanya.

Saat mereka mendekati pintu masuk Saka langsung melepas tautan itu pelan agar yang lain tidak curiga.

"Bel!" teriak Ajeng sudah memanggilnya.

"Kalian tadi ngapain saja?" ucap Rachel penasaran.

"Ayo cerita, ayo cerita!"

"Ehe, kami hanya makan bersama."

"Aduhh, kalian lucu sekali."

"Hust, jangan keras keras!" peringat Abel pada ketiga temannya yang ikut heboh.

Pelajaran selanjutnya adalah bahasa jawa, lebih tepatnya muatan lokal.

Mereka saat ini belajar tentang aksara jawa.

Aksara Jawa atau Carakan adalah aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa.

Aksara Jawa juga dikenal dengan sebutan lain, yakni Hanacaraka yang merujuk pada deretan aksara itu sendiri.

Namun, seiring berkembangnya zaman, aksara Jawa juga digunakan untuk menulis beberapa bahasa daerah lainnya, seperti Sunda, Madura, Sasak, Melayu, dan bahasa historis seperti Sansekerta dan Kawi.

"Sudah paham semuanya?" ucap Pak Heru memastikan.

"Sudah pak!"

"Bel, nanti ajari aku pasangan ya?"

Pasangan Aksara Jawa adalah simbol-simbol yang berguna untuk mematikan atau menghilangkan huruf vokal pada aksara dasar Hanacaraka. 

Aksara Jawa pada dasarnya memiliki vokal berupa /a/. Namun dalam penyusunan kalimat biasanya akan ditemui susunan kata yang mengharuskan agar huruf vokalnya dihilangkan. 

Di sinilah peran pasangan Aksara Jawa, yaitu untuk menghilangkan atau mematikan huruf vokal pada aksara dasar. Karena jumlah aksara ada 20, maka pasangan Aksara Jawa pun juga berjumlah 20. Artinya, masing-masing aksara memiliki pasangannya sendiri.

"Tentu, aku juga masih mempelajari sedikit."

"Ndo, coba baca aksara jawa yang aku tulis."

Angga menyodorkan lembar yang berisi tulisannya tersebut pada teman di sebelahnya.

"Apa ini ngga? aku belum terlalu bisa."

"Iku mocone, witing tresno jalaran saka kulino."
( itu bacanya, witing tresno jalaran saka kulino )

Maksudnya adalah awal dari sebuah cinta itu berasal dari suatu kebiasaan, yang berarti karena perasaan yang muncul karena sering menghabiskan waktu bersama lalu akhirnya dekat.

"Oh, aku tahu."

"Tahu apa?" tanya Angga.

"Kalimat ini cocok untuk Saka."

Angga nyaris tertawa dan kembali menghadap bukunya.

Setelah pelajaran Pak Heru berakhir kebetulan kelas 11 MIPA 1 sedang jam kosong karena guru seni budaya berhalangan hadir.

Abel pamit pada ketiga temannya untuk pergi ke perpustakaan karena ada kepentingan di sana.

Setibanya di tujuan Abel langsung bergabung dengan siswa yang lain dan mengikuti serangkaian acara hingga akhir.

Abel memutuskan untuk tetap di sana dan melihat lihat buku, siapa tahu ada keluaran terbaru.

"Hai Abel!"

Rupanya Wanda juga ikut perkumpulan tersebut.

"Loh, kamu nda?"

"Iyaa, Abel sedang apa?"

"Hanya lihat lihat buku saja."

Setelah pertemuan singkat itu Wanda mengajak Abel untuk membaca buku bersama dan tak lama kemudian bel pulang sekolah sudah terdengar.

Abel kembali ke kelas bersama gadis itu dan ternyata ketiga temannya sudah pulang terlebih dahulu.

Bergeser ke tempat yang lain dimana Saka tengah buru buru ke ruang guru.

Setibanya di sana dia melihat Eliza sudah duduk bersanding dengan wali kelasnya.

"Nak Saka, ayo masuk."

Tujuan kedatangan mama Saka ke sekolah adalah perihal info yang nantinya bisa digunakan sebagai bekal Saka melanjutkan kuliah kedokteran di luar negeri.

"Terkait beasiswa, kami belum bisa memastikan tapi sekolah pasti mengadakan tiap tahun."

"Putra saya ingin kuliah di Amsterdam dan dia sangat butuh itu."

"Tapi, tak semua siswa bisa mendapatkannya ibu."

Saka yang mendengar semua penjelasan itu kembali memutar otak.

Dia harus mewujudkan impiannya agar bisa menempuh pendidikan di negeri kincir angin tersebut.

"Bel?"

Aksena datang untuk menagih janjinya belajar bersama Abel.

"Sebentar ya, aku menata buku dulu."

"Kita belajar di ruang baca, bagaimana?"

"Tentu, ayo."

Abel pun menenteng tasnya dan berjalan di samping Aksena.

Tak lama kemudian mereka tiba di sana dan langit mulai berubah warna menjadi abu abu gelap yang menandakan akan turun hujan.

"Tolong, jangan turun dulu" celetuk Abel sambil menghadap ke langit.

"Kenapa?"

"Aku tak bisa pulang nanti."

"Tak bawa jas hujan ya?"

Abel mengangguk lalu duduk di selasar ruang baca dan diikuti oleh Aksena.

Continue Reading

You'll Also Like

Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.5M 232K 39
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
4.2M 319K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY โ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ข "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
1.8M 130K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
578K 44.9K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...