7P | MY JIE On Going

Από Startadream

500 127 327

[Sebelum baca wajib follow dulu‼️] Nacha Angelista Wardhana x Jio Elvansya. Ketika ceweknya cerewet, super ba... Περισσότερα

1. rese tapi suka
2. perkara seafood
3. pelukan sebelum tidur
4. Shankara
6. Jiel gak sakit
7. Multiple Myeloma

5. Gerald Althara

33 7 2
Από Startadream


.
.


Dugh

Bukan hanya menabrak, tapi cowok yang tidak tahu siapa itu juga menumpahkan es jeruk dari tangannya. Tumpah habis membasahi rok pendek sekolah Nacha. Namun bukannya marah, atau tersulut emosi. Nacha justru merapihkan rambutnya centil, tatapannya tak lepas dan tak berkedip menatap sosok cowok asing itu.

"S-sorry, sorry … tadi gue---"

"Nggak papa, kok, gak papa." Nacha menyela dengan nada selembut mungkin. Tangannya terulur untuk menjabat tangan cowok itu. "Oh iya … kenalin gue Nacha, tapi panggil aja Caca. Atau mau panggil sayang juga gak keberatan kok."

Zia, Nala dan Dara saling mempertemukan dua manik matanya masing-masing. Mereka sama sekali tidak malu melihat kelakuan sahabatnya ini dan malah sangat mendukung keras tindakan Nacha. Setidaknya ada usaha Nacha untuk merubah statusnya dan mengurangi perhaluan-nya.

Sejenak cowok itu menatap tangan Nacha yang dibalut kasa, sedetik kemudian mengulurkan tangan untuk berjabatan. "Gue Gerald."

"Namanya cakep. Kayak orangnya."

Gerald tersenyum. Ia berusaha melepaskan cengkeraman tangan yang sampai detik ini tak kunjung cewek itu lepaskan.

"Eh sorry." Nacha yang baru sadar, lantas melepaskan tautannya. "Btw lo murid baru, ya?"

"Iya, baru hari ini."

"Kalo gitu … mau school tour? Gue siap jadi guide lo kok, mau ke mana pun gak keberatan. Ke KUA juga boleh."

Gerald terkekeh kecil. "Kalo gitu boleh anterin gue ke kelas 12 IPS 1?"

"Gedung dua lantai dua. Dengan senang hati, ayo!"

Gerald melangkah pergi lebih dulu. Sementara Nacha menyusul dibelakangnya karena dia harus memberi isyarat pada ketiga sohibnya terlebih dahulu untuk menunggu.

"Apa lo liat-liat! Gerah ya?" ujaran ini Nacha lemparkan pada squad Jiel yang tak luput memperhatikannya.

Termasuk Cleo yang menyadari akan sesuatu lantas berujar, "tangan si Caca kok dibalut kasa? Tangan … lo … juga?" Ia mengarahkan tatapannya pada Jiel seperti mengintrogasi.

Sang empunya dengan sigap menyembunyikan lengannya ke bawah meja. "Gue jatuh kemarin," singkat Jiel, membuat semua pasang mata yang berada di meja itu saling melemparkan tatapan curiga.

****

"Sebentar, ya."

Nacha mengangguk, membiarkan Gerald masuk ke dalam kelasnya. 12 IPS 1. Kelas ini sebenarnya kelas Jevran. Cowok yang sampai sekarang menjadi crush nya. Ah tidak. Mungkin sebentar lagi akan berubah.

"Heh trouble maker, ngapain lo di sini?" tanya Dirga, sosok laki-laki paling menyebalkan bagi Nacha.

"Suka-suka gue, gue juga bayar di sekolah ini!"

Dirga yang memang penghuni kelas IPS 1 lantas berlalu pergi ke dalam. Sehari saja hidupnya tidak mengusik Nacha mungkin rasa-rasanya ada yang kurang. Ngomong-ngomong dia adalah salah satu anggota OSIS yang paling Nacha benci.

Berselang beberapa detik selepas kepergian Dirga, batang hidung Gerald sudah muncul dari ambang pintu, cowok itu berjalan menghampiri bersama jaket denim di genggaman.

"Ini kelas gue," katanya.

Nacha mengangguk serta mengulum bibirnya.

"Oh iya, ini. Sorry, ya, gue pakein." Gerald mengikatkan jaket tersebut di pinggang Nacha. Bermaksud untuk menutupi bagian kotor yang terkena tumpahan es jeruk tadi. "Rok lo basah. Dan itu karena gue."

"Nggak papa kali, santai aja. Ntar balikinnya gimana?" Nacha bertanya seusai Gerald menyelesaikan aktivitasnya.

"Terserah. Kapan-kapan aja."

"Kalo gak dibalikin gimana?"

"Gapapa, kalo lo suka sama jaketnya ambil aja. Anggap aja itu sebagai permintaan maaf gue."

"Lumayan. Buat kenang-kenangan."

Keduanya saling mengudarakan tawa.

"Yaudah kalo gitu gue balik kelas, ya."

"Mau gue anterin?"

"Gak perlu … gak bakal nyasar kok."

Gerald mengangguk paham. "Yaudah kalo gitu hati-hati."

"Bye …." Nacha melenggang pergi setelah melambaikan tangannya pada Gerald. Dengan senyuman yang merekah manis, sama sekali tidak cewek itu hapus. Menggambarkan dengan jelas bagaimana suasana hatinya sekarang. Senang, bahagia bukan kepalang.

"Ketumpahan jus, langsung dapet cowok. Emang berkah!" gumamnya pelan, sampai kemudian …

Grep

Dibelokkan koridor sebelum tangga. Seseorang tiba-tiba menariknya. Mendorong pelan tubuh Nacha sampai terpentok dinding. Tubuh jangkung itu mengunci pergerakan Nacha dengan menaruh kedua telapak tangannya di kedua sisi kepala cewek itu, berdiri menjulang di depannya bak raksasa, membuat Nacha yang tingginya hanya sebatas dada harus mendongak menatapnya.

"Apaan si lo?! Kayak setan aja tiba-tiba muncul!"

"Seneng?!"

Nacha semakin melebarkan garis simpul di bibirnya. Dia menganggap santai Jiel yang memberikan tatapan tajam. "Tau aja lo temennya lagi seneng."

Dua bola mata Jiel sekarang beralih ke bawah. Mengelih jaket yang sudah terikat rapih menyelimuti paha Nacha. "Ini apaan?!"

"Ini jaket, dari Gerald. Katanya buat gue sebagai permintaan maaf. Walaupun gue yang minta sih sebenernya. Kan lumayan buat kenang-kenangan."

"Buang sekarang!"

Dahinya dibuat berkerut samar, Nacha mendelik Jiel tak mengerti. "Apaan si gak jelas lo?!"

"Gue bakal beliin jaket model apapun buat lo. Terserah berapapun harganya gue beliin. Asal jangan simpen jaket ini."

"Lo cemburu, ya?" tanya Nacha pede, ia menaikkan kedua alisnya beberapa kali.

Jiel bergegas membuang mukanya. "Nggak juga!"

"Yaudah kalo nggak. Daripada sibuk ngurusin gue, mending lo deketin tuh si Shan. Jangan bucinin si Anna mulu!" Nacha hendak melangkah pergi, namun lengannya diraih Jiel tiba-tiba.

"Ck! Ntar ada yang liat gimana?!" Nacha menepis genggaman cowok itu.

"Kenapa sih?! Kenapa lo gak mau orang-orang tau kalau kita deket?!"

"Jio ganteeeng …." Nacha mendaratkan kedua tangannya di kedua sisi lengan Jiel. "Lo ngaca gak sih sama posisi lo di sekolah? Ntar kalo orang-orang pada tau kita temenan, mereka bakal mikir, cowok cakep, cool, pinter, seleb sekolah, temenan sama cewek gila, stres, sinting, kayak gue! Ntar yang ada gue bakal di buli satu sekolah dan temen-temen lo!"

"Jadi itu alasannya? Lo kok mikir kek gitu?! Soal lo di buli, gue bakal lindungin lo. Dan apapun yang temen gue pikirin, gue gak peduli, Ca!"

"Tapi gue peduli!"

"Nachaaa!!!!" teriakan Zia membuat Nacha spontan mendorong tubuh Jiel.

Cewek itu dengan cepat pergi menghampiri tiga sahabatnya yang datang menyusul. Sebelum siapapun salah satu dari mereka melihat sosok orang yang sedang berdiri beradu argumen dengannya.

Sejak awal Nacha memang tidak mau ada yang tahu perihal hubungannya dengan Jiel termasuk sahabatnya. Alasannya sesuai dengan apa yang ia katakan tadi pada Jiel.

"Gimana, gimana? Di kasih pelet, gak?" tanya Zia antusias.

"Gak perlu di pelet, udah kecantol. Liat … gue dikasih jaket punya dia."

"AAAAAAA," teriak Zia heboh. Beruntung koridor saat itu sedang sepi.

"Akhirnya, Tuhan … bestie gue gak bakal jomblo lagi," sahut Nala, ikut senang. "Eh … tadi lo ngobrol sama siapa di situ, Ca?"

Sang empunya, pun dengan kedua pasang mata lainnya mengikuti arah pandangan Nala.

"Iya, kayaknya bukan siapa tuh? Gel …, Ger---"

"Gerald!" --Nacha, Nala, Dara.

"Kayaknya bukan si Gerald deh. Soalnya tadi kok tinggi banget?" Nala terus menatap ke tempat posisi Nacha tadi. Bahkan dia hendak melangkahkan kakinya untuk mendekati pojok belokan sana. Berusaha mencaritahu siapa sosok yang dimaksudnya.

"Udah, udah. Mending sekarang kita balik kelas!" kata Dara, mengalihkan perhatian.

****

Sudah sekitar satu jam, wanita paruh baya cantik yang sedang sibuk berkutat dengan perkakas dapurnya di ganggu oleh anak laki-laki yang terus merengek sembari berselonjoran di atas lantai. Kepalanya dibuat pening, tapi ia juga tidak bisa melakukan apa-apa agar si bungsu ini diam.

"Mamaaaaaa!"

"Ma!"

"Ayoo Maaaa!"

"Berisik, Jiel, Mama lagi masak!"

"Aaaaaa … Mama ayooo, Maaaa …."

"Marahin Gerald … masa dia deketin cewek yang Jiel sukaa … Maaaa ayo marahinn … Nacha gak boleh suka sama Gerald!" Jiel kali ini memeluk kedua kaki Ghita.

Begitulah seorang Jiel jika berada di depan keluarganya. Dia hanya seorang anak laki-laki manja yang segala keinginannya harus dituruti, bukan laki-laki dingin atau cuek seperti yang biasa ia perlihatkan pada teman-temannya dan sebagian orang.

Sang empunya yang menjadi alasan Jiel bersikap seperti ini hanya terduduk memperhatikan seraya mengemili kacang bawang di kursi makan. Rasanya Gerald ingin sekali mengabadikan momen ini dan menyebarkannya ke media sosial.

"Mamaa!"

"Gerald! Ini adeknya di apain, sih?!"

Gerald terkekeh. "Ma. Gerald berani sumpah. Gerald sama sekali gak ada deketin Caca. Tadi di sekolah gak sengaja Gerald nabrak Caca. Terus dia emang kayaknya tipikal cewek hangat gitu, mudah berbaur, jadi kita cepet akrab," jelas Gerald.

"Bohong lo!"

"Terserah."

"Terus kenapa lo malah ngasih jaketnya ke Nacha?!"

"Gue cuma pinjemin. Terus Caca minta, jadi yaudah gue kasih."

"Maaaaaa … kenapa sih dia malah pindah sekolah nyaaaa!!"

"Ya tanya sana sama papa mu, jangan sama Mama."

"Aaaaa---"

"Ada apa sih ini? Kebiasaan lo gue-an terus. Kalian tuh saudara, kalau lupa!" Adhi yang baru saja pulang dari kantor, ikut mengambil posisi duduk di samping Gerald. Tatapan pria itu terus tertuju pada Jiel yang masih selonjoran di lantai bahkan sampai tiduran. Penuh tanya, heran, akan kelakuan anak bungsunya.

"Tau tuh, Mas. Dua anak bujang mu susah di bilangin. Jiel juga dari pulang sekolah terus ngerengek nyuruh Mamanya marahin kakaknya."

"Jiel ngambek, ceweknya deketin Gerald. Terus Papa juga … katanya kenapa Papa pindahin Gerald sekolah ke sana?" timpal Gerald, cowok itu masih sibuk mengunyah kacang bawang buatan tangan Ghita dengan nikmat.

"Jiel … kamu lupa apa kata dokter Inka? Kondisi kamu semakin lama akan semakin melemah. Apalagi, kan, kamu malah gak mau cek up. Gak mau diobati. Jadi biar kakakmu ada jagain di sekolah. Papa gak mau kalau terjadi sesuatu sama kamu."

"Jiel baik-baik aja, Paa. Jiel bisa jaga diri. Bukan anak kecil lagi, kok."

"Ngomongnya bukan anak kecil … sadar gak kamu kelakuan gitu kayak anak kecil? Masa udah punya gebetan tapi selonjoran di lantai, ngerengek kayak anak kecil minta dibeliin balon kamu tuh."

Jiel kemudian merubah posisinya.

"Eh, Jie. Tapi Nacha tuh cantik, ya?" goda Gerald. Membuat Jiel yang sudah berhenti merengek, kini kembali merengek tak terima.

"Aaaaa! Gak mau tau pokoknya! Awas aja lo ambil Nacha!"

"Gerald! Seneng banget isengin adeknya! Mama capek tau!" seru Ghita marah.

Sedetik kemudian Jiel bangkit berdiri. Menyambar kunci motornya di atas meja makan. Berniat pergi dari rumah dengan tubuh yang masih terbalut seragam berantakan. Memakai jaket abunya, dia melenggang begitu saja.

"Mau ke mana kamu?" Ghita sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Mau ketemu Nacha!"

Ketiga pasang mata di rumah ini seketika dibuat meringis tertawa akan sikap Jiel.

"Ganti baju dulu!" teriak Ghita lagi. Tapi Jiel tidak mau mendengarkan.

Biasanya setelah mengantar Nacha pulang, Jiel memilih untuk pulang ke rumah dan berganti pakaian terlebih dahulu. Setelahnya ia kembali ke apartemen Nacha untuk membawakan beberapa makanan dengan alasan ada urusan di rumah teman. Tapi sekarang anak itu sudah berani terang-terangan.



Bersambung…


Aku ingatkan lagi, visual cast sesuai imajinasi masing² aja yaa, terimakasiii🤍

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

101K 8.6K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
192K 29.8K 54
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
41K 4K 12
Haechan kedatangan tetangga baru, tidak terpikir olehnya akan ketempelan bayi seperti ini, insiden konyol yang terjadi malah membuatnya sedikit penas...
772K 78K 54
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...