The Covenant

By VanadiumZoe

38.1K 8.7K 3K

Perjanjian tidak terduga yang ditawarkan Jimin pada Sera pada hari kencan buta, pada akhirnya membawa Jimin p... More

CATATAN PENULIS
INTRO_EGO
1
2
3
WILDFLOWER
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
AUTUMN NIGHT
1
2
3
4
5
6
8
9
10
11
FOR YOU
1
2
3
4
5
6
LOVE POEM
1
2
3
4
5
6
7
8
TEARS
1
2
3
4
5
DARKSIDE
1
2
3
4
5
6

7

542 142 54
By VanadiumZoe

👑 🐥 👑

🌷🌷🌷

Jimin tiba di kantor dua belas menit sebelum kliennya datang, dia dikejutkan oleh kedatangan Jungkook yang kali ini berpenampilan lebih manusiawi dari terakhir kali mereka bertemu.

Jungkook sudah bercukur, rambutnya dipangkas setengah dan dikuncir di tengah, mengenakan kacamata bulat bahan metal yang mengkilap. Dalam balutan kaos putih lengan panjang santai, penampilan Jungkook malah seperti pemuda baru lulus sekolah alih-alih detektif kriminal.

"Hei, Bro! Kangen banget nih, jadi kusamperin, deh." Jungkook terkikik geli saat Jimin menoyor kepalanya, sahabatnya itu jelas-jelas mengumpat sebelum duduk di seberang meja.

"Kuharap beritanya benar-benar penting," kata Jimin.

"Harusnya tawarin aku kopi dulu kek, atau cemilan kek. Atau apa kek, aku 'kan baru datang."

"Kelamaan, Anjing! Aku ada meeting jam sembilan."

"Ck!" Jungkook berdecak kesal, mengeluarkan amplop cokelat berisi foto-foto yang membuat Jimin mengernyit.

"Seingatku, kau hanya kuberi tugas menyelidiki Taehyung. Kenapa ada foto ayahku di sini?"

"Di hari Taehyung dan Sera berada di pantai Jeju, ayahmu bertemu dengan Cho Donghyun pada acara temu pengusaha. Termasuk Kim Jun Hyung dan Min Yoongi." Jungkook menjelaskan. "Aku tidak tahu ini penting atau tidak untukmu, buat jaga-jaga siapa tahu nanti dibutuhkan."

"Ayahku, paman Cho dan paman Kim, memang berteman sejak sekolah, termasuk almarhum ayahnya Yoongi," ucap Jimin, sambil memperhatikan foto-foto. "Mereka sering bertemu untuk sekedar menjaga hubungan pertemanan."

"Masalahnya ini bukan reuni sekolah, tapi acara formal dengan pengusaha lain. Apa pentingnya seorang aktor bergabung pada acara temu pengusaha membahas saham? Cho Donghyun tidak tercatat punya usaha apa pun yang bisa dikolerasikan dengan perusahaan mana pun."

Jimin tidak langsung menjawab, masih memperhatikan deretan orang-orang difoto. Setidaknya ada puluhan pengusaha juga pejabat pemerintah di foto, beberapa tercatat sebagai tersangka dalam kasus BruteMax yang sedang Jimin selidiki bersama Namjoon.

"Berita baiknya adalah, Taehyung pernah punya masalah serius dengan Cho Donghyun. Sejenis perselisihan antara aktor baru dan senior, bisa saja menjadi alasan utama Taehyung mem-bully Sera selama ini," ujar Jungkook.

"Jungkook, alasan seperti itu terlalu kekanakan. Tidak cukup kuat bagi Taehyung membalasnya pada Sera, dia bukan remaja yang melihat masalah hanya dari satu sisi saja."

"Memang benar. Kecuali ada tindakan ekstrim yang dilakukan Donghyun pada Taehyung, meski aku belum menemukan jejak apapun tentang itu. Mungkin kau bisa mengoreknya langsung dari Taehyung, semacam pancingan emosi.

"Kalian 'kan, mantan teman dekat," tukas Jungkook.

Suara ketukan di pintu menjeda obrolan keduanya, sosok Kirana yang muncul di ambang pintu membuat senyum Jungkook mekar secerah matahari pagi ini.

"Eh, Sayang. Bukannya masih ada sisa dua menit?"

"Dua menit untuk turun lift dan jalan dari sini ke ruang meeting, Tuan Jeon." Kirana memutar bola mata ke langit-langit, melihat sosok suaminya yang justru cuma tertawa geli.

Entah apa yang merasuki Jungkook pagi ini, sampai urat tertawanya putus dan menertawakan segala hal.

"Kita lanjutkan nanti, terima kasih untuk informasinya." Jimin keluar ruangan.

Di belakang Jungkook ikut-ikutan keluar hanya untuk memeluk Kirana, sampai Jimin kepingin muntah. Mereka bertiga berpisah di lantai lima. Jimin dan Kirana ke ruang meeting, Jungkook turun ke lobi, kembali ke kantornya di Departemen Kepolisian Metro.

🍁🍁🍁

Sera duduk di satu bangku di ruang santai gedung kantornya di jam makan siang, menenteng buku tentang hukum yang dia ambil di rak buku Jimin tadi pagi. Jimin punya koleksi buku yang sangat banyak di ruang kerjanya, dari buku tentang hukum, ensiklopedia, biografi tokoh-tokoh terkenal dan sederet novel best seller bertema berat yang membuat Sera sakit kepala.

Sera tidak tahu kapan Jimin punya waktu membaca buku-bukunya, sejauh yang dia lihat Jimin sangat sibuk dengan pekerjaan. Sera mengingat-ingat, selama dia tinggal bersama Jimin, pria itu cuma punya sedikit waktu luang.

Kalau ditelaah Cho Sera dan Park Jimin bagai bumi dan langit. Jimin suka baca buku, Sera suka rebahan. Jimin suka olahraga, Sera rebahan lagi sambil makan kripik kentang. Sera sudah tidur, Jimin masih kerja. Jimin suka bersih-bersih dan hidup rapi, Sera cuma nonton drama tivi. Jimin hobi berpikir, Sera otaknya nyaris kadaluarsa karena jarang dipakai.

Jimin punya kepercayaan diri, Sera insecure di garis paling bawah. Jimin suka ketenangan, Sera kepingin banyak bicara tiap kali berada di dekat orang yang dia percayai. Sera suka hal-hal lucu, manis dan romantis, Jimin tidak suka direpotkan hal-hal yang dia anggap buang waktu.

Sera jadi membayangkan, bagaimana nasib hidupnya selanjutnya setelah nanti menikah sama Jimin. Apa hidupnya akan sama saja seperti saat dia bersama Taehyung?

Bila dibandingkan, Taehyung lebih perhatian dari Jimin. Taehyung masih sering mendengarkan saat dia berbicara sesuatu, Jimin mengangap celotehnya tidak berguna. Hanya saja suasana hati Taehyung berubah-ubah, seolah-olah ada dua Taehyung. Sisanya sama saja; kedua pria itu suka memerintah dan tidak suka dibantah.

Oh, ada satu perbedaan; saat sedang marah, Taehyung akan membentak sampai lepas kendali. Sedangkan Jimin justru nadanya semakin rendah, seolah-olah Jimin akan membunuhnya tanpa suara. Mungkin, itu lah yang paling membedakan antara kedua pria itu.

Sera kembali konsentrasi pada buku yang dia pegang seraya melupakan pemiliknya, akhir-akhir ini otaknya sering memikirkan Jimin padahal pria itu lebih sering mengacuhkan ketimbang kasih perhatian. Bukunya tebal, baru lihat jumlah halamannya saja Sera sudah lelah duluan.

Hard copy, 720 halaman.

Sera menggeser gelas es amerikano di meja ke sisi kanan, sebelum membuka halaman tengah sesuai daftar isi, langsung ke intinya saja deh, pikir Sera. Hukum pidana kasus berencana.

Sesuai yang pernah Jimin ungkapkan sebelumnya, hukuman minimal 20 tahun dan maksimal seumur hidup. Hukuman mati legal di Korea Selatan, namun hukuman mati tidak lagi dilakukan sejak tahun 1997.

Pembunuhan terencana adalah kejahatan merampas nyawa manusia lain, atau membunuh, setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan atau untuk menghindari penangkapan. Pembunuhan terencana dalam hukum umumnya merupakan tipe pembunuhan yang paling serius, pelakunya dapat dijatuhi hukuman mati atau penjara seumur hidup.

Istilah "pembunuhan terencana" pertama kali dipakai dalam pengadilan pada tahun 1963, pada sidang Mark Richardson, yang dituduh membunuh istrinya. Pada sidang itu diketahui bahwa Richardson berencana membunuh istrinya selama tiga tahun, terbukti bersalah dan dipenjara seumur hidup.

Sera membaca dengan jantung berdebar, serentak bayangan tentang bagaimana dia menyusun rencana terhadap ayahnya tergelar di pandangan mata. Hari itu dia datang ke apartemen sang ayah yang ditinggali bersama Raina, namun sebelum sempat dia bergerak, ayahnya telah ditemukan meninggal dunia dengan cara sama persis seperti yang dia rencanakan.

"Cho Sera!"

Sera terkejut sampai tangannya yang bertumpu pada meja tersentak, menumpahkan kopi dan nyaris mengenai buku, andai sosok yang memanggilnya tidak segera mengambil alih.

"Duh, maaf ya, membuatmu terkejut." Sunoo buru-buru meraup tisu meja dan membantu Sera membersihkan air kopi, dia melirik buku tebal yang kini dipegang oleh tangan kirinya.

"Bacaanmu berat sekali," kata Sunoo, meneliti sampul buku sekali lagi, melirik Sera dari ujung matanya yang lancip saat gadis itu membuang tisu-tisu yang sudah kotor. 

"Ketularan calon suamimu, ya? Park Jimin pengacara terkenal itu tunanganmu, 'kan?"

Sera mengangguk tanpa berusaha menyangkal, semua orang sudah tahu sejak Elena memberi pengumuman di hari pertama dia kerja. Sunoo cuma basa-basi, hanya untuk memulai obrolan.

"Terima kasih," ucap Sera, mengambil buku dari tangan Sunoo.

"Aku juga suka baca buku, tapi tidak seberat bukumu juga. Paling novel meye-meye atau lucu-lucuan aja, semacam hiling ngak mau bikin pening." Sunoo tertawa, meski tidak ada yang lucu.

Dia melihat Sera lalu keduanya tertawa tanpa sebab. Sunoo meneliti Sera sebentar, monolidnya yang runcing memberi kesan terlampau sinis meski dia sedang tersenyum.

"Oh, good girl. Tidak semua orang bisa mengerti leluconku, tapi kau sangat baik dan pengertian. Ada yang bisa kubantu untuk pemotretan, kudengar model itu agak menyebalkan."

"Dari mana kau tahu?"

Sera menghela napas panjang, pemotretan Taehyung tinggal menunggu hari. Sera benar-benar takut akan tindak tanduk Taehyung nantinya, rasanya dia kepingin resign.

"Sudah jadi rahasia umum, Kim Tae Hyung menyebalkan di lokasi syuting. Kau tahu, dia sering terlibat masalah dengan lawan mainnya. Aku tahu info ini dari sasaeng, meski sebagian berita sudah di take down oleh agensinya."

"Sasaeng? Bukan info dari fansite?"

"Fansite kurang update, Sayang-kuh. Sasaeng yang terbaik, mereka bisa mengetahui dengan sangat akurat. Kudengar, manager baru Taehyung salah satu sasaeng yang selama ini mengikuti Taehyung kemana pun."

"Setahuku, Lee Chaeyeon salah satu master fansite Taehyung."

"Ya ampun. Kau tidak tahu, ada sasaeng yang pura-pura jadi fansite supaya terhindar dari cyber bullying. Sepertinya kau sangat lugu, ya." Sunoo melirik Sera dari atas ke bawah, bawah ke atas.

Sera tersenyum kaku, berharap Sunoo tidak tahu tentang rumor dirinya yang pernah kedapatan satu mobil dengan Taehyung meski Jimin sudah membereskannya. Sera tahu skandal Taehyung terlalu banyak, Hyukjae nyaris membelah diri tiap kali bersih-bersih atas prilaku Taehyung yang memang sulit diatur.

"Syukurlah kau tunangan chaebol, seluruh keluarga Jimin konglomerat, jadi skandalmu yang sempat muncul itu musnah tanpa sisa."

Sera jelas terguncang, tatanan kalimatnya hilang dan sekarang dia mulai gugup.

"Aku sempat lihat fotomu di mobil itu, tapi masuk akal kok, kau diantar Taehyung karena Jimin teman lamanya." Sunoo merendahkan suaranya. "To be honest, aku percaya kejadian itu cuma akal-akal Taehyung biar semakin terkenal. Supaya orang-orang tahu circle pertemannya sampai ke kalangan atas, you-know-lah susah sekali menembus kalangan Elysium itu."

Sunoo tertawa jumawa, Sera menarik napas lega. Penjelasan Sunoo terdengar masuk akal, Sera bahkan tidak pernah berpikir sampai kesana.

"Sunoo, terima kasih," ucap Sera, tulus. "Akan kuberitahu kalau aku butuh bantuanmu."

"Oke!" Sunoo mengedipkan mata kirinya, Sera ikutan berkedip lalu mereka terpingkal-pingkal.

"Omong-omong, Ms Elena minta jaket malachite. Bisa-bisanya mereka malah kirim emerald."

"Apa bedanya?" Sera mengernyit. "Sama-sama hijau, 'kan?"

"Ya ampun. Ms Elena bisa membunuhmu kalau kau tidak bisa membedakan malachite dan emerald, jangan-jangan kau juga tidak tahu bedanya cerulean dan sapphire?"

Sera menggeleng kaku.

"Duh, sebaiknya kau ikut kursus warna deh." Sunoo membalikkan badan, lalu menghadap Sera lagi. "Kuberitahu sajalah, tapi jangan lupa mengundangku ke pernikahanmu. Aku mau pamer ke followerku, kalau sekarang aku punya teman dari kalangan chaebol."

Sera mengganguk cepat, keduanya terkikik geli saat Sunoo merangkul lengan Sera di sepanjang lobi sampai naik ke ruang kerja. Obrolan akrab bersama Sunoo, membuat Sera menjeda pikiran tanpa sadar tentang kasus ayahnya. Dia jelas bukan pelaku, meski ayahnya meninggal dengan cara yang sesuai dengan idenya.

Sekarang Sera mulai berpikir; apa benar ayahnya meninggal karena serangan jantung? Atau lebih tepatnya, siapa yang telah membunuh ayahnya?

"Guys!" Suara berat Edmund Collin, Manager Pelaksana, menggema di selasar lantai 24.

Sera dan Sunoo menunda masuk ke ruang kerja, termasuk staf-staf lain yang ramai-rami ikut bergabung bersama keseruan Edmund.

"Kita diundang ke premier film Taehyung dan Luna, hari ini jam tiga sore. Berdandanlah seperti tidak ada hari esok, jangan membuatku malu."

Semua orang bersuka cita, masuk ruangan masing-masing dan mulai sibuk mempersiapkan diri. Hanya Sera saja tampak tidak siap, melipir ke meja kerjanya sembari menghela napas berat.

Sejujurnya Sera mulai lupa dengan acara premier itu, Jimin juga tidak pernah membahasnya lagi entah sejak kapan. Haruskah dia pergi tanpa Jimin? Toh, dia datang bersama staf kantor atas nama Heur Magazine.

Sayang, cincin ungu yang melingkari jari manis kiri mengingatkan status barunya bersama Jimin. Sera menekan nomor Jimin dari ponselnya tapi tidak diangkat, tekan 'Redial' sampai enam kali percobaan tapi hasilnya tetap nihil.

Sekali lagi deh. Sera bicara pada ponselnya dan mencoba menelepon Jimin untuk kali terakhir. Kalau tidak diangkat, aku akan membencimu seumur hidup, Sera bicara lagi pada ponselnya.

Ajaib, Jimin mengangkat panggilan teleponnya.

"Halo—?"

Jimin punya jenis suara husky yang memanjakan telinga, terdengar lebih berat di telepon. Sera tersenyum tanpa rencana.

"Kenapa?" tanya Jimin di seberang, sebab Sera tidak juga mulai bicara.

"Apa kau sedang sibuk?"

"Iya."

"Oh—" Suara Sera meredup sampai titik terbawah. "Maaf, kalau begitu aku tutup teleponnya."

"Hhmm...."

Sera meletakkan kepalanya di meja seraya mengabaikan ponsel yang lupa dia matikan, kesal atas sikap Jimin yang mengacuhkannya. Padahal sejak awal sikap Jimin memang sudah begitu, tapi sekarang rasanya terlalu mengecewakan.

🍁🍁🍁

Sementara di ruangan kerja di gedung Firma NamKook, Jimin memandangi ponselnya yang dia letakkan lagi ke meja tanpa menekan tombol merah, membiarkan Sera memutus sambungan. Dia tidak bermaksud menjawab sedingin itu, masalahnya dia tengah berada di tengah meeting dengan kliennya.

"Pacarmu?" tanya pria yang duduk di seberang Jimin, memperhatikan Jimin masih menatap ponsel sampai layarnya berubah gelap.

"Tunanganku," jawab Jimin, setelah sambungan terputus, memastikan Sera tidak telepon lagi.

"Kalau mau jeda sebentar tidak apa-apa, mungkin ada yang penting."

"Tidak ada, dia memang sering menelepon." Jimin kembali melihat lembaran kertas di meja.

"Kasus ini akan segera dipublikasikan, sudah ada beberapa nama yang ditangkap. Kejaksaan juga telah memasukkan nama Min Yoongi dalam daftar, aku yakin kasus ini segera selesai bila mereka bisa menangkap Yoongi lebih cepat."

Jimin tidak langsung menangapi, memperhatikan Seokjin tersenyum samar, lebih bersemangat membahas Yoongi ketimbang melindungi diri sendiri.

"Yoongi sengaja menjual VHope Bank sebelum pindah ke VKook Bank. Dia membeli kembali Bank itu dengan harga lebih murah, mengakuisisi 32%, insider trading. Kejahatan terorganisir dengan kontrak miliaran dolar, kau pasti tahu kasus-kasusnya yang lain. Satu-satunya alasan Yoongi sulit ditangkap karena hubungan baiknya dengan presiden, termasuk dengan ayahmu."

"Kau terdengar sedang menghakimi ayahku, padahal kau tengah meminta bantuan hukum pada anaknya."

"Aku hanya mengingatkan, siapa tahu Yoongi mendatangimu juga dengan bersembunyi di belakang nama Paman Jinjae."

"Seokjin, BruteMax tercatat melakukan transaksi miliaran dolar dengan VKook Bank. Aku perlu penjelasan tentang ini," tukas Jimin.

Sikap Seokjin kelewat santai, padahal BruteMax dituduh berkolusi dengan perusahan kontruksi dalam menggelembungkan nilai kontrak dan menyuap politisi, termasuk dengan Hyunjin.

"Investasi global, penyidik tidak menemukan kejanggalan dan aku memang tidak bersalah, Jim. Kau harus percaya pada klienmu, bukan?"

Jimin bergeming, masalahnya data-data yang dia kumpulkan sendiri tentang perusahan minyak tersebut berbanding terbalik. Kasus korupsi BruteMax lebih besar dari yang dia kira, tapi salah satu petingginya malah duduk santai tanpa merasa terbebani sedikit pun.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku, Seokjin?" Jimin menatap lurus Seokjin yang hanya tersenyum. "Aku mulai tidak yakin kau membutuhkan bantuan hukum dariku, atau kau sedang mencari sekutu untuk mempertahankan posisimu di BruteMax?"

Jimin bisa melihat seringai tipis di ujung bibir Seokjin, sebelum Direktur itu menegakkan punggung dengan begitu jumawa.

"Hubungan baik BruteMax dengan Hyunjin sangat menguntungkan, jangan sampai orang-orang seperti Yoongi mengacaukannya. Aku yakin, dia mencarimu juga untuk menangangi kasus ini."

"Ya, dia menghubungiku beberapa hari yang lalu."

"Dia tidak bisa menghentikan ayahku, mangkanya dia mencari Paman Jinjae dan menemuimu."

"Kita lihat saja nanti, apa yang dia inginkan dariku."

"Yang pasti aku tidak ingin jatuh dari penyelidikan kasus ini, aku hanya ingin semua koruptor yang merugikan perusahaan dan negara ditangkap. Selama prosesnya, aku butuh bantuanmu."

"Kulakukan yang terbaik."

"Aku mengandalkanmu," tukas Seokjin, sebelum pertemuan itu selesai.

Sepeninggalan Seokjin dari kantornya, Jimin menghela diri dan duduk bersandar di kursi kerja. Dia telah menerima laporan dari Namjoon tentang jumlah transaksi yang dibuat lebih besar di kontrak-kontrak BruteMax. Seokjin membeli mobil juga rumah mewah di Perancis. Istrinya sering kedapatan membeli tas jutaan dollar, terlalu aneh Seokjin tidak terlibat sedikit pun.

Posisi Jimin sebagai pewaris Hyunjin, sedikit banyak bisa memberi pelindung semu bagi Seokjin bila mereka berada di bawah payung yang sama. Hanya itu yang bisa Jimin simpulkan tentang Seokjin sejauh ini, bahwa; Hyunjin dan anak perusahaannya, bisa mengelabui kasus BruteMax dari penyelidikan kejaksaan.

Dering ponsel di meja, menunda pemikiran Jimin yang tumpang tindih. Dia menerima telepon dari seseorang yang ditunggu-tunggu, sebab waktu pertemuan diganti-ganti dari jadwal awal.

"Sepertinya pertemuan kita harus ditunda, forum selesai terlalu sore." Yoongi berujar cepat di seberang, di antara kesibukannya mengisi forum, memberi nasihat strategi dan pengembangan kegiatan perbankan.

"Kecuali kau masih punya waktu kisaran jam enam, di Parkheur Paradise Hotel," tukasnya.

"Tentu, aku tunggu. Ada hal yang juga ingin kubicarakan, tentang kasusmu dengan BruteMax."

"Wah, sepertinya aku kalah cepat." Terdengar tawa Yoongi di seberang. "Kutunggu jam enam di hotel pribadimu."

"Aku tidak pernah mewarisi Parkheur Paradise."

"Tapi kau pewaris utamanya, semua orang tahu itu. Jangan terlambat," tukas Yoongi, sebelum sambungan diputus sepihak.

Jimin menghela napas, melirik jam menunjuk angka empat lewat 35 menit. Dia selalu membuat Sera menunggu, jadi hari ini dia menjemput Sera lebih cepat. Sembari melepas jas—Jimin lebih senang bepergian tanpa pakaian formal, dia menghubungi nomor Sera tapi tidak diangkat.

Jimin tidak berusaha menelepon lagi, melajukan mobilnya menuju kantor Heur Magazine. Di pemberhentian lampu merah, ponselnya berdering. Nama Sera terpajang di layar ponsel.

"Halo!—Kau di mana?" tanya Jimin cepat, begitu dia menyadari suasana yang terlalu senyap di seberang sambungan.

"Di toilet."

"Sendirian?"

"Iya, memang mau dengan siapa?"

"Maksudku, tidak ada orang lain di toilet?"

"Tidak ada," jawab Sera. "Hhmm, aku mual jadi ke toilet. Mereka, hhmm maksudku, staf kantor semua sedang nonton."

"Ulangi lebih jelas." Jimin menyadari nada suaranya terlalu kaku, seperti di persidangan saat dia tengah memaksa saksi yang berbohong untuk mengaku.

"I-itu, aku, aku pergi."

"Pergi kemana, dengan siapa?" Jimin mengubah sedikit nada bicaranya menjadi lebih lembut, menyadari Sera terbata-bata di seberang.

"Dengan staf kantor, ada tujuh orang mewakili Heur Magazine di premier film Taehyung dan Luna. Aku minta maaf, aku sudah ingin memberitahumu tapi kau sedang sibuk tadi," tambah Sera cepat-cepat.

Jimin bergeming.

"Oppa, maaf, tapi aku tidak kenapa-napa. Aku bahkan tidak bertemu dengannya."

"Keluar dari gedung sekarang, aku sampai di sana 15 menit lagi."

"Ta-tapi—"

"Di pintu lobi utama ada petugas keamanan, tunggu disana. Kau mengerti?"

"Ok-oke."

Jimin melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, jengkel, Sera sulit sekali diatur. Otaknya sudah penuh memikirkan pekerjaan dan nyaris meledak, Sera justru ikut-ikutan menambah beban pikiran dengan mendatangi premier Taehyung dan Luna tanpa sepengetahuannya.

Dia telah membereskan foto-foto Sera dan Taehyung yang akan disebarkan lagi, membungkam sampai ke akarnya. Dia sudah tidak peduli dengan pengukuhan hubungannya dengan Sera di depan Luna, mantan pacar yang telah dia relakan sejak lama, menganggap kisahnya bersama Luna sebagai pembelajaran hidup.

Sementara Taehyung? Jimin tahu dia teramat salah kepada mantan teman baiknya itu dan dia mengakuinya dengan gamplang, bahwa; betapa brengseknya dia pada Taehyung di masa lalu. Akan tetapi tindakan yang pernah dilakukan Taehyung pada Sera lain urusan, mudah baginya menghancurkan karir Taehyung sampai lenyap tak tersisa sebagai pembalasan.

Namun, itu bukan dirinya. Dia hanya akan memberi peringatan, dia akan menjauhkan Sera dari Taehyung. Dia ingin Taehyung mengakhiri perselisihan, seperti apa yang tengah dia usahakan.

Akan tetapi, Sera malah mendekat lagi pada masalah yang tengah dia urus. Jimin jadi berpikir, sepertinya keputusan meminta gadis itu menjalin hubungan serius adalah keputusan paling salah yang pernah diambilnya.

Jimin butuh pendamping yang lebih dewasa, dia butuh istri yang lebih lugas dan cerdas untuk mengimbangi dirinya yang kelewat keras. Sayangnya, Cho Sera tidak memiliki satu poin pun dari syarat yang Jimin inginkan sebagai istrinya.

Kini, haruskah dia melepas cincin pertunangan dan membatalkan pernikahan?

Pikiran itu bagai gempuran teramat ricuh dalam benak selagi Jimin mempercepat laju mobil, atau barangkali, mempercepat waktu mengakhiri semua yang pernah ada di antara dia dan Sera.

[ ... ]

Continue Reading

You'll Also Like

THAT XX By Her

Fanfiction

297K 32K 27
Kesalahan terbesar Jung Chaeyeon adalah mencintai pria berengsek macam Jeon Jungkook si pria ter-kejam sedunia. #141 IN FANFICTION [050817]
Bittersweet By `

Short Story

74.2K 8.8K 15
I never thought that trapped in a lie was this sweet. ©2017, goldyoongs
31.8K 3.8K 10
Dibawah sinar rembulan pertengahan malam, di selimuti gemerlap malam tak berparas. Jeon Jungkook menemukan takdir pilu yang sama dengannya. Melebihi...
3.6K 1K 10
Diusia pernikahan yang hampir menginjak 5 tahun, Taehyung dan Bora belum berencana memiliki anak, tetapi kedudukan Taehyung sebagai pewaris menuntutn...