Alhamdullilah ya Allah antrean PO mowteaslim udah buanyakk, mohon ditunggu ya! Inshaallah besok ready🤗
_______
Playlist ⏯️ Full Senyum Sayang (Evan Loss)
"Tak upayake kabeh penjalukmu, tapi tulung, ngerteni kahananku."
_________
Lirikan Naqiya jatuh pada kedua sosok yang ia cintai itu. Entah lelah atau bagaimana, Bara tertidur persis di sebelah bayinya yang juga pulas.
(Foto ada di Karyakarsa/pdf di wa ya!)
Rasa tak tega tentu membuat Naqiya enggan membangunkan Bara untuk mengantarnya. Namun, saat langkah kakinya bergerak menjauh, suara parau Bara terdengar.
"Udah siap, Sayang?" Tanyanya sembari menyipitkan mata, memastikan istrinya telah rapi. Benar saja, Naqiya sudah rapi dengan hijab dan pakaiannya.
Bara menoleh ke samping dimana Gaza tertidur pulas dengan posisi berantakan. "Kok gini posisimu tidur?" Tanyanya sembari terkekeh. "Ma, coba liat gaya aku bobo," Ucapnya pada Naqiya menirukan suara bayi.
Sedari tadi Naqiya sudah menyadari hal itu. Namun, ia enggan berucap agar tak mengganggu tidur suaminya. "Iya emang gitu, Mas, kalo tidur di kasur kita suka ganti-ganti gaya."
"Mirip kamu kalo ini," Ledek Bara karena selama ini Gaza banyak menurun dari dirinya. "Kalo tidur posisinya suka sak karepe dewe."
(*Sesuka hati)
"Masa sih, Mas?" Tanya Naqiya tidak percaya. "Perasaan tidurku cantik-cantik aja deh."
Bara mengangguk setuju, "Kapan sih Mas bilang kamu nggak cantik?"
Naqiya yang salah tingkah menoel dada bidang sang suami sebelum berujar kembali. "Gombal terus," Gerutunya. "Aku berangkat sendiri aja ya, Mas? Gaza tidur gini, nggak tega banguninnya."
"Harus dianter," Ucap Bara tanpa koma. "Ayo, anak Papa bangun, kita anterin Mama."
"Mas!" Protes Naqiya dengan desisannya. "Kasian ish!"
Seakan telinganya ditutup rapat-rapat, Bara sama sekali tidak mengurungkan niatnya menggendong sang bayi perlahan ke dalam rengkuhan hangatnya. Bibir bayi itu bergerak seakan protes mengapa tidurnya harus diganggu gugat?
"Duh, maafin Papa ya, Sayang," Ucap Naqiya sembari buru-buru mengelus kening anaknya agar kembali tertidur. Posisinya di hadapan Bara hingga membuat pria itu leluasa memperhatikan kepanikan istrinya.
Hanya karena Gaza terbangun dari tidurnya saja, ibu muda itu panik sekali.
"Papanya dicium dulu, Ma, baru aku maafin," Timpal Bara mengikuti suara bayi yang seakan-akan dirinya adalah Gaza.
Tentu, ucapan Bara membuat Naqiya mendengus, "Modus," Gerutunya sebelum berbalik dan keluar kamar lebih dulu.
Selama di dalam mobil, Naqiya terus membalikkan tubuhnya hanya untuk mengecek Gaza. Apakah bayi itu sudah tertidur kembali atau belum setelah menerima sifat usil dari Ayahnya.
Menyadari kegelisahan sang istri, tangan Bara perlahan bergerak ke jok sebelah kemudi untuk menggenggam tangan istrinya yang terasa dingin. "Ndak papa," Ucap Bara menenangkan. "Tadi juga nggak bener-bener bangun kok."
Bukan.
Bukan karena tingkah usil Bara tadi yang membuat Naqiya menoleh berkali-kali untuk mengecek bayinya di carseat. Hatinya merasa sedih harus jauh dari bayi menggemaskan itu.
Wanita itu mengangguk sebelum menggenggam balik jemari besar suaminya dan menyandarkan kepalanya ke bahu kiri Bara. "Mas Bara beneran ngizinin syarat ini?" Tanyanya memastikan.
Bara mengangguk tegas, "Ada yang salah?"
"Aneh aja, kok aku minta izin ke henna party susah banget, tapi sekarang izin nggak pulang malah dibolehin."
Mendengar jawaban istrinya membuat Bara terkekeh. "Ya kamu jangan bandingin sama pesta itu," tuturnya. "Mas 'kan tau kamu ke mana, nginep dimana. Mas pun kenal orangnya."
"Anggep aja hadiah buat kamu yang udah ngurus Mas sama Gaza dengan baik," Tambahnya. "Sekarang kamu punya waktu buat me time sama temen-temenmu. Jadi, nikmatin itu ya."
Naqiya mengerjap sesaat setelah suara dentingan ponselnya terdengar. Pesan masuk dari Cantiya ia buka sebelum tangan bergerak untuk merekam suaranya.
Can Bule Jawa
nayyy jangan lupa bawa kertas kalkir! punyaku habis
(Aku kasih contoh ya kalo karyakarsa/pdfnya begini pake foto)
Matanya melebar luar biasa setelah membaca pesan singkat dari sahanatnya ini.
Kertas kalkir?!
Tugas?!
"Hah? Tugas apa, Can?" Tanyanya ketika melupakan tugas untuk besok.
Can Bule Jawa
tugas matkulnya pak bara kan😭
Tentu saja, tolehan horror seketika tertuju pada suaminya yang fokus menyetir. Niatnya menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan sahabatnya harus disisipi momen mengerjakan tugas dosen menyebalkan ini ya?
Bukan, Bara bukan memberikan tugas saat mengetahui istrinya izin tidak pulang. Tugas itu sudah seminggu yang lalu, tetapi memang menunda pekerjaan itu adiktif sekali bagi Naqiya.
Helaan napas terdengar membuat Bara menoleh pada istrinya yang gusar, "Kenapa, Sayang?" Tanyanya lembut.
Kepala ibu muda itu menggeleng pelan, "Nggak papa, Mas," Ucapnya. "Aku lupa belum ngerjain tugas, nanti kayanya mau ngerjain bareng sama Can."
"Tugas apa?" Tanyanya lagi. Mana ada dosen yang memberikan tugas mendadak saat weekend seperti dirinya dulu? Saat memergoki sang istri jalan bersama pria lain?
Naqiya menolak untuk menjawabnya. "Ada deh, Mas. Akunya kok yang kelupaan, untung tadi Can ngingetin aku."
Anggukan-anggukan Bara terlihat seakan dirinya mengerti, "Dikerjain besok aja, katanya mau manfaatin waktu sama Can."
"Enggak bisa orang deadline nya senin," Jawab Naqiya kelepasan memberikan sedikit clue pada sang suami. "Udah nggak usah dipikir, Mas. Nanti juga selesai kok kalo dikerjain bareng-bareng."
Baiklah, Bara tidak memaksanya. Mobil itu akhirnya meminjakkan keempat rodanya di atas aspal perumahan dimana hunian Cantiya berada. Sebelum menurunkan istrinya, Bara terlebih dahulu memutar arah.
"Kalo ada apa-apa kabari Mas duluan," Ucap Bara yang dalam hatinya tetap merasa khawatir. "Mau keluar, kemanapun Mas dikabari."
"Iya, siap," Timpal Naqiya bersedia dengan permintaan sang suami barusan.
Naqiya berjalan mendekat untuk mencium punggung tangan suaminya serta mengecup kening sang bayi yang lelap dalam tidurnya. "Mama nggak pulang dulu ya malam ini, Sayang," Bisiknya pada bayi itu.
Dirinya terdiam saat melihat ekspresi Gaza yang justru menariknya untuk selalu ada di dekatnya. "Mas," Panggil Naqiya sembari mendongak, "Kalo Gaza aku bawa aja gimana?" Tanyanya.
Tentu, Bara menggeleng, "Kamu 'kan mau me time sama temenmu. Sama aja kalo ada Gaza."
"Tapi aku nggak tega, Mas, nanti kalo malem rewel minta susu gimana? Kalo kangen aku gimana? Pas bangun nggak ngeliat Mamanya terus nangis gimana?" Kekhawatiran normal pada ibu baru itu tampak nyata di air wajah Naqiya.
Bara paham. Memang seharusnya Naqiya berada di rumah dan mengurus keluarganya. Namun, mengingat istrinya ini masih remaja dan latar belakang pernikahan mereka, Bara justru khawatir apabila istrinya memforsir diri berlebihan untuk mengabdi dalam rumah tangga ini.
Sehingga Bara membiarkan Naqiya menikmati waktunya sejenak dengan sahabatnya.
"Ndak, 'kan ada Papanya," Tutur Bara dengan lembut. "Udah malem, masuk sana, Sayang."
"Mas, aku nggak jadi nginep nggak papa deh," Putus Naqiya tiba-tiba. "Kita ganti syaratnya minggu lalu."
"Sssttt..." Tolak Bara pada usulan istrinya. Ia tahu, Naqiya menginginkan waktunya sendiri. "Udah, nikmatin waktumu dulu."
Dengan berat hati Naqiya mengangguk, memundurkan tubuhnya dan membiarkan Bara masuk mobil itu. Hatinya merasa sedih dan bersalah. Padahal Bara sendiri yang mengizinkannya.
"Ati-ati, Mas," Ucap Naqiya sembari melambaikan tangan ke arah Pajero sport hitam milik suaminya itu. Rasanya memang sedih karena malam ini ia tidak bisa bermalam bersama suami dan bayinya.
Namun, kesedihan itu berhasil ditutup dengan kebahagiaan. Naqiya akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya hari ini.
"Kenapa?" Tanya Cantiya saat sahabatnya menutup pintu kamar dengan ekspresi menyedihkan. Tangannya mengusap handuk di kepala yang basah usai keramas. "Baru pertama yeaaa, Bun, jauh dari anak ama suami," Ledeknya.
Ia belum memiliki keduanya, sehingga Cantiya tidak tahu beratnya meninggalkan mereka.
"Eh, Nay!" Pekik Cantiya tiba-tiba saat melihat notifikasi di ponselnya. "Ya Allah, Nay! Suamimu emang kiyowo abis!"
"Hah kenapa?" Tanyanya kebingungan. Perasaan Bara tidak menemui Cantiya sama sekali?
Cantiya berdehem sebelum membaca pesan yang dikirim oleh dosennya barusan. "Saya perpanjang deadline untuk tugas minggu lalu sampai hari Rabu, lebih dari itu maka saya anggap tidak mengumpulkan. Tertanda Bara!"
[ B A Y I D O S E N K U 2 ]
“Karena para istri adalah makhluk Allah yang lemah sehingga sepantasnya menjadi tempat curahan kasih sayang.” (Tuhfatul Ahwadzi).
Pembaca gausah ikutan full senyum deh🤣 mama nay dan mahasiswa pak bara aja yg full senyumnya 🙏😭
FRESH BARU UPDATE! CHAPTER YG ADA DI PROLOG
Karyakarsa = fridayukht
WhatsApp = 0896032104731