FREYANA

By urlemona

23.6K 2.2K 258

Primrose Violet favoritku, Freyana. More

Prolog
Chapter 1. Keren
Chapter 2. Rencana Dinas
Chapter 3. Ayam
Chapter 4. Insiden
Chapter 5. Meminta Maaf
Chapter 7. Adik Ipar
Chapter 8. Orang Penting
Chapter 9. Ulang Tahun Rumah Sakit
test
Chapter 10. Ulang Tahun Rumah Sakit (2)
#PojokCerita (1)
Chapter 11. Kesal
Chapter 12. Keberangkatan Dinas
Chapter 13. Mirip
Chapter 14. Kangen
#PojokCerita (2)
Chapter 15. Liburan
Chapter 16. Bali
Chapter 17. Bali (2)
Chapter 18. Bali (3)
#PojokCerita (3)
Chapter 19. Mabuk
Chapter 20. Salah Paham
Chapter 21. Perang Dingin
Chapter 22. Sesuatu Terbuka
Chapter 23. Harus Jujur
Chapter 24. Curahan Hati
test
Chapter 25. Seorang Pasien
Chapter 26. Yang Kembali
Chapter 26. Figura Foto
Chapter 27. Bertemu

Chapter 6. Kecewa

719 67 2
By urlemona

Hujan deras mengguyur jalanan aspal hingga basah menyusuri kubangan kecil dekat selokan rumah sakit. Di depan pintu masuk, Fiony berdiri mencengkram jaketnya sendirian. Tatapan matanya yang sendu, mengarah ke langit yang menjatuhkan tetes demi tetes air hujan. Ia menggigit bibirnya. Entah apa yang sedang di pikirkannya saat ini, ia terlihat sedih.

"Lah, belum balik?", seseorang datang dan melihat tubuh gadis mungil itu masih terpaku di depan pintu.

"Hujan"

Jawab Fiony singkat. Ia menyembunyikan kekecewaannya. Masih dengan kepalanya yang setia menengok ke belakang, seperti sedang menunggu seseorang. Namun, ia tidak menemukan siapapun.

Jessi yang sudah siap dengan mantel hujannya memakai helm yang sedari tadi di bawanya. Fiony tersenyum kecil, ia membantu Jessi memakaikan helm.

"Coba kalo kamu searah, bisa pulang bareng aku", Fiony mengeluh.

"Alah percuma, toh tetep nungguin Freya 'kan? Lama. Mending pulang sekarang"

"Hehe, duluan deh"

"Lah, yakin gak mau bareng?"

"Ih orang kita gak searah juga"

"Nawarin aja sih, gak di anterin beneran"

Jessi terkekeh, perempuan dengan senyum khasnya itu berpamitan untuk pulang. Ia buru-buru menghindari macet di lampu merah nanti. Serta, dia punya adik yang sudah menunggunya sendirian di rumah.

Jessi adalah wanita tangguh, meskipun dia bisa membeli mobil mewah ia tetap setia memakai motor pemberian tantenya. Katanya, ia belum perlu memakai mobil padahal ia bisa menyetir. Toh, ia cuma tinggal berdua dengan adiknya sehingga memakai kendaraan roda dua masih ia sanggupi. Kekurangannya ya hujan seperti ini.

"Ck, tau gitu aku duluan dari tadi"

Fiony berdecih melihat pesan yang baru saja muncul di handphone-nya.

¤¤¤¤¤

From: Freyanaku

Ada rapat jam set 6, maaf ya. Kamu pulang sendiri, aku isiin gopay.

-

Haha, bagus sekali infonya. Aku kesal. Sangat kesal. Mungkin jika bisa diungkapkan aku akan marah. Dari pagi hingga sore ini aku tak mendapatkan kabar apapun darinya, dan keputusan mendadak ini membuatku tambah kecewa.

Aku memesan ojek online, tau begitu dari awal aku sudah pulang sendirian.

At least, bisa kasih kabar sejam sebelum jam pulang bersama. Tapi, membalas chatku sebelumnya bahkan tidak.

Aku tau, aku tau dia sangat sibuk hari ini. Mendekam di ruang dokter berjam-jam, melewatkan makan siang, hingga aku berniat mengantar makan pun tak sempat. Hah, bagaimanapun juga aku tetap pulang sendiri.

Driver-ku sudah sampai. Aku pulang tanpa basa-basi atau sekedar membalas pesan darinya tadi saja tidak. Aku sudah terlanjur kecewa dengan Freyana. Ini sudah kali kesekian, dan terakhir yang ku ingat ia tak mendengarkanku menceramahinya. Maka kali ini, aku tak akan bahas apapun. Sekaligus tak ingin berkomunikasi dengannya sama sekali.

"Mba, mba? Udah sampe mba"

Ya terimakasih hujan, badmood, malam, aku jadi banyak melamun sampai mempermalukan diri sendiri begini.

Aku mangut-mangut serta turun dari mobil kemudian memberi tip kepada supir yang telah mengantarku. Aku berjalan dari parkiran menuju lobi dengan perasaan sepi. Aku merasa diriku ini berlebihan, tapi di sisi lain aku tidak mengerti mengapa Freyana suka sekali mengabaikan hal-hal lumayan penting seperti itu?

"Ce Fiony sendirian? Dokter Freya mana?", tanya satpam di lobi yang kebetulan dekat dengan kami.

"Masih ada rapat pak Tedjo,  jadi pulang sendirian deh"

"Oalah, gak kehujanan 'kan ce? Deres banget itu di luar"

"Engga, bapak. Aman kok"

Pak Tedjo mengangguk ramah dan mempersilahkanku masuk ke apartemen. Aku melambaikan tangan ke arahnya saat ingin pergi naik lift untuk menuju ke kamarku. Bukannya senang ada yang memperhatikanku, aku malah jadi tambah galau. Sebutlah aku Fiony yang terlalu wanita untuk masalah seperti ini.

Aku membuka kunci pintu kamar, lalu memasukinya perlahan dengan salam. Melepas sepatu heels-ku yang menyakiti kaki karena berdiri sejam lebih menunggu dokter menyebalkan itu.

From: Freyanaku

Aku lembur, Piyo. Jam 10 baru selesai, kamu udah sampe?

-

Benar, aku tak akan membalasnya. Biar saja, aku sudah tidak peduli dengannya lagi. Pesan itu muncul sekitar jam 7 setelah aku mandi dan beberes ruangan. Aku tetap menyiapkan makan malam meski tau, lagi dan lagi kami tidak makan bersama.

Masak nasi goreng dari nasi sisa pagi tadi mungkin sudah cukup, toh Freyana juga pasti sudah makan saat rapat berlangsung.

Sesaat ketika aku masih sibuk di dapur, aku mendengar handphone-ku bergetar dari arah ruang tamu. Seperti ada yang sedang meneleponku tapi ku abaikan dan tetap fokus memasak.

15 menit setelahnya, telepon rumah berdering kencang dari ruang tamu pula. Aku malas mengangkatnya, maafkan aku yang sedang tak ingin berbicara dengan siapapun. Aku hanya menebak itu dari petugas kebersihan karena ini hari Sabtu. Hari biasanya mereka memberikan informasi untuk pengecekan dan pembersihan kamar untuk hari minggu.

Sudah memperkirakan begitu, jadi ku tinggal menikmati makan malam syahduku dengan nasi goreng telur dan naget kesukaan Freyana. Aku sisakan agak banyak karena takut ia tak menghabiskan nasinya nanti.

Selesai aku makan, handphone-ku bergetar terus menerus. Aku yang sedang menonton acara televisi akhirnya merasa terganggu dan tanpa melihat siapa yang menghubungiku itu langsung mematikan handphone.

"Lah malah iklan"

Momen terbaik tadi menjadi membosankan karena di jeda seperti ini. Sejujurnya, aku kesepian juga menunggu Freyana pulang. Tetapi--

"Piyo!?"

Suara pintu kamar terbuka dengan sangat keras dan menampakan sosok gadis berkacamata yang muncul di ambang pintu. Bajunya basah, rambutnya basah, semua yang ia bawa pun basah. Aku terkejut saat itu juga.

"Kamu nga-"

"Kenapa gak angkat telepon?"

Aku mengernyitkan dahi bingung. Melihat ke arah handphone lalu buru-buru menghidupkannya.

"Kenapa mati?", tanya Freyana lagi.

Aku menelan ludah panik.

"Kenapa gak bales chat? Kenapa gak angkat telepon? Kamu darimana aja sampe gak lihat hape?"

Aku menarik nafas, "Aku gak tau itu kamu, jangan marah dulu".

Aku takut, sebetulnya. Freyana marah sekarang. Aku beranjak dari sofa dan mengambil tasnya yang basah kuyup.

"Ganti baju dulu, nanti masuk angin", ucapku kepadanya dengan hati-hati.

Aku menutup pintu kamar sambil melihat Freyana yang terduduk dengan ekspresi muka yang masih menahan kekesalan. Aku membantunya melepas tali sepatu, namun segera ia menarikku untuk duduk di sampingnya. Ia melepas sepatunya sendiri.

Aku bingung.

Ia melepas kacamatanya lalu mengucek kedua matanya intens.

"Kupikir ada hal buruk terjadi.."

I feel bad. Aku tak terpikir sedikitpun telepon itu dari dia. Dan tak menyangka Freyana akan sekhawatir ini.

"Maaf, Fre"

"Kamu cuma nyantai daritadi, sengaja gak angkat teleponku?"

"Aku gak tau itu kamu, beneran"

"Kenapa gak di cek? Masa iya ada call gak di cek dulu langsung main matiin hape. Aneh. Kalo gak tau harusnya hape kamu gak mati"

Aku berusaha untuk tidak terbawa suasana. Aku menghela nafas kasar.

"Aku cape dari sore nunggu kamu yang ternyata rapat, mana pake lembur, aku males cek hape karena ku pikir.. ah. Aku mau tidur duluan"

Bersambung..

Continue Reading

You'll Also Like

17.1K 2.5K 12
Tidak ada yang menarik di Jakarta bagi Vampire, tapi mereka bisa hidup dengan tenang di sini tanpa ada seseorang yang mengetahui identitas asli merek...
798K 27.6K 67
#WATTYS 2019 [SUDAH COMPLETED] CERITA KEDUA SETELAH MY VOCATIONAL HIGH SCHOOL. -Jika memang benar cinta, kenapa harus sesakit ini?- ~GALDIRA "Mungk...
5.7K 627 17
Seorang murid pindahan dari Jakarta ke Bandung karena kerjaan orang tua nya, penasaran ceritanya? Silahkan di baca. Perkapalan gen 12 âȘŒâȘŒ
5.5K 532 7
Selalu berusaha memberikan cinta dan semangat untuk kalian semua.