STEP BROTHER [17+]

By iLaDira69

2M 39.6K 1.7K

⚠️🔞 WARNING!! 🔞⚠️ MATURE CONTENT! 17+ Ada adegan dewasa dan bahasa kasar! Sinopsis : Phoenix tidak pernah m... More

Prolog
Part 1 - Sekolah
Part 2 - Atap Gedung
Part 3 - Panggilan Malam
Part 4 - Makan Malam
Part 5 - Kejutan
Part 6 - Pulang
Part 7 - Saudara
Part 8 - Rumah Fay
Part 9 - Toilet
Part 10 - Bubar
Part 11 - Kantin
Part 12 - Sweet Seventeen
Part 13 - Tuduhan
Part 14 - Gudang
Part 15 - Damai
Part 16 - Menghindar
Part 17 - Tugas Kelompok
Part 18 - Bath Up
Part 19 - Ponsel Baru
FLASH SALE STEP BROTHER
ULANG TAHUN
Part 20 - Belanja
Part 21 - Bogor
Part 22 - Kebun Teh
Part 23 - Les
Part 24 - Berkencan
Part 25 - Liburan
Part 26 - Pasar Malam
Part 27 - Double Date
Part 28 - Tatanan
Part 29 - BBQ
Part 30 - Hotel (1)
Part 30 - Hotel (2)
Part 31 - Nonton
Part 32 - Testpack
Part 33 - Benda Pipih (1)
Part 33 - Benda Pipih (2)
Part 34 - Peringatan
Part 35 - Positif
Part 36 - Keputusan
Part 40.1 - Pengakuan

Part 39 - Bidan

7.6K 365 29
By iLaDira69

"Masih panas banget."

Libra mengecek suhu tubuh Phoenix lalu menghela napas panjang. Phoenix mengalami demam berkepanjangan. Badan lemas tidak bertenaga, tidak nafsu makan, mual-mual dan pusing. Semua bercampur aduk, Libra sampai cuti kerja.

"Kamu makan ya, sayang?" bujuk Libra lembut. Mengusap-usap dahi Phoenix dengan perhatian.

"Nggak lapar, Ma." tolak Phoenix sambil meringkuk.

"Mama suapin. Ayo duduk bentar. Dua suap aja yuk?"

Phoenix menggeleng lemah dan memejamkan mata. Dia tidak nafsu makan apapun. Perutnya kosong, apapun yang dimakan pada akhirnya dimuntahkan lagi.

Libra menjadi ragu melepas Phoenix pergi jauh. Kalau gadis itu sakit seperti ini, tidak ada yang merawat sebaik dirinya.

Phoenix juga manja, mudah menangis. Bagi Libra, Phoenix adalah putri kecil yang rapuh. Khawatirnya Atlas kesal dan tidak mau memperhatikan adiknya tersebut.

"Ini, Ma."

"Makasih, sayang."

Phoenix mendengar suara Atlas di kamarnya. Segera membuka mata dan menemukan laki-laki itu tengah memandanginya.

"Masih panas?" Atlas menempelkan telapak tangannya di dahi Phoenix.

Gadis itu cemberut. Dia menginginkan Atlas sekarang. Dipeluk Atlas dalam dekapannya yang hangat.

"Nggak mau makan." tutur Libra sedikit frustasi.

"Makan dulu! Ayo bangun!" kalimat itu sedikit memaksa. Phoenix menggeleng tidak mau.

"Atlas beli soto mi tuh. Ayo makan dikit." Libra menambahkan lagi. "Kuahnya dicampur sama bubur."

Phoenix menimbang-nimbang. Membayangkan kuah soto yang hangat lezat bersama bubur masakan Libra. Perpaduan sempurna bila bersama nasi. Phoenix akhirnya tertarik, dia berusaha bangun dibantu Libra.

Atlas duduk di kursi belajar Phoenix. Dia sibuk main ponsel, menunggui gadis itu makan sebelum keluar dari sana.

Atlas tidak mungkin menunjukkan perhatian lebih untuk Phoenix di depan Libra. Begitu juga dengan Phoenix, tidak mungkin meminta Atlas duduk di sampingnya.

"Aaakk, dikit-dikit telan." Libra meletakkan mangkuk di samping Phoenix lalu menggulung rambut putrinya.

"Minum," pinta Phoenix lemah.

Libra segera mengangkat gelas ke mulut Phoenix. Membantu memegangi supaya tidak tumpah.

"Lagi,"

"Dua suap aja." Phoenix membuat kesepakatan.

"Dikit lagi,"

Phoenix malah menangis. Air matanya mengalir tanpa permisi. Libra meringis dan mengelap dengan telapak tangan, wajah dan air mata Phoenix hangat di tangannya.

"Udah kenyang." Phoenix menjauhkan wajahnya. Baru tiga suap sudah tidak sanggup lagi.

"Satu lagi, nanggung banget ini."

"Nggak mau," Phoenix mual. Menutup mulut lalu buru-buru turun dari ranjang menuju wastafel.

Phoenix mengeluarkan semua yang dia makan tadi. Libra makin khawatir, memijit-mijit tengkuk putrinya.

Phoenix berusaha makan supaya memiliki tenaga dan lekas sembuh. Dia juga berusaha agar tidak mengeluarkan isi perutnya.

Sayangnya, usaha Phoenix tidak berhasil. Phoenix tidak tenang dengan kondisinya seperti itu, Libra pasti memaksanya cek ke dokter.

"Atlas, tolong bantu Mama anterin Phoenix ke rumah klinik ya. Kayaknya Phoenix perlu di cek ke dokter."

Benar saja. Libra kembali berusaha membawa Phoenix cek ke dokter.

"Nggak usah, Ma." Phoenix menyela. Menggeleng tidak mau ke rumah sakit atau klinik. Phoenix khawatir rahasia mereka akan terbongkar.

Atlas pun sedikit menegang. Ditutupi ekspresi tenang sambil menunggui Libra dan Phoenix keluar dari kamar mandi.

"Kamu sampe muntah-muntah begini." Lontar Libra terdengar jelas karena pintu kamar mandi tidak ditutup.

"Phoenix mau istirahat aja." Phoenix bersikukuh.

Libra tidak memaksa. Dia menuntun Phoenix keluar dari kamar mandi. Gadis itu kembali berbaring setelah minum.

"Mama olesin ini dulu di perut kamu." Libra mengambil minyak angin.

Lagi-lagi Phoenix menolak. "Phoenix aja." Meminta dari Libra, Phoenix membaluri minyak angin tersebut ke perutnya.

Libra berpiki positif, putrinya malu dilihat Atlas. Tanpa tahu sebenarnya, Phoenix takut ketahuan Libra. Perutnya mengganjal dan menemukan tonjolan janin.

"Bentar lagi makan ya? Papa udah di jalan bawain makanan lagi buat kamu." ucap Libra tidak menyerah.

Phoenix mengangguk. Libra mengelus kepala Phoenix dan mengecup dahinya. Libra mengumpulkan piring kotor di atas baki.

Sebelum Libra keluar, Atlas sudah pergi duluan. Lagi-lagi dia menjaga agar tidak menimbulkan curiga.

Atlas menunggu Libra menutup pintu Phoenix dan turun ke lantai bawah. Setelah itu, dia mengirim pesan untuk Phoenix. Nanti malam Atlas akan datang lagi ke kamarnya. Menjaga gadis itu.

Phoenix cemberut, relungnya menghangat. Tidak sabar menunggu malam hari, saat Libra dan Jupiter tidur. Phoenix berusaha sehat agar tengah malam Libra tidak perlu ke kamarnya lagi.

Phoenix memejamkan mata, tidur damai meski perutnya kosong. Sementara Libra memasak menyiapkan makan malam.

Atlas juga turun ke lantai bawah. Tugasnya setiap hari adalah membersihkan lantai. Hanya mengoperasikan robot dan mengelap dinding serta hiasan sesekali. Setelah pekerjaannya selesai, Atlas melanjutkan menyiram tanaman di halaman belakang.

Jupiter pulang lebih awal. Dia menyapa Libra ramah. Memberi kecupan di bibir istrinya dengan mesra.

"Phoenix gimana, Ma? Udah mendingan?" Jupiter menyerahkan makanan yang dia bawa untuk Phoenix. Libra sangat senang dengan perhatian suaminya tersebut untuk Phoenix.

"Dia muntahin makanannya lagi, Pa." keluh Libra sedih. "Perutnya sampe sekarang masih kosong."

"Tenang, Ma. Papa udah nyuruh bidan datang ngecek. Nanti habis cek makan dikit langsung minum obat." Jupiter dan Libra mendengar suara bel pintu. "Nah, itu bidannya udah datang."

"Bidan mana, Pa? Bidan depan komplek?"

"Iya, tadi Papa mampir bentar."

Libra sangat lega mendengarnya. Dari tadi bahkan tidak kepikiran memanggil bidan ke rumah mereka.

"Mama cek dulu," Libra mengelus-elus dada Jupiter mesra.

Libra membuka pintu dan menyapa seorang wanita kisaran empat puluh tahunan. Mempersilakan masuk langsung ke kamar Phoenix.

"Ini, Bu kamar anaknya. Udah tiga hari badannya panas. Tapi hari ini dan kemarin muntah-muntah. Semua yang dia makan, dimuntahkan lagi." jelas Libra.

Phoenix bangun mendengar suara di sekitarnya. Dia kaget melihat seorang bidan di kamarnya. Ekor matanya mencari keberadaan Atlas, sungguh Phoenix sangat takut sekarang.

"Udah bangun," gumam bidan dengan ramah. "Hallo, ibu bidan cek dulu ya."

"Ma," Phoenix mencicit.

Mengecek suhu tubuh seperti yang dilakukan Libra tadi. Kemudian menempelkan termometer di bagian ketek. Juga mengeluarkan stetoskop dari kotak, jantung Phoenix berdebar sangat kencang.

"Ini udah makan obat?"

"Tadi minum obat dari apotek. Tapi belum ada perubahan."

Sembari mengecek kondisi Phoenix, menggeser stetoskop dari dada, lalu Phoenix dengan terpaksa menyingkap pakaian untuk dicek bagian perut.

Phoenix memperhatikan eskpresi bidan. Bidan itu memandangnya serius sehingga tatapan mereka bertemu. Phoenix lebih dulu memutuskan kontak mata, kemudian tersungging senyum manis di bibir bidan.

"Gimana, Bu?"

Phoenix sampai menahan napas. Jupiter datang dengan setelan kantor. Berdiri di samping istrinya yang duduk di pinggir ranjang.

"Begini, Bu, Pak." Bidan mulai bicara serius. "Gejala ini biasa untuk calon ibu muda."

"Hah? I-ibu muda?" Libra melebarkan mata. Dia menoleh pada Jupiter lalu kembali pada bidan. "Maksudnya, Bu gimana?" Libra sampai tertawa namun garing. Jupiter menggenggam tangannya erat, menyalurkan rasa campur aduk yang tiba-tiba menghantam.

"Putri ibu dan bapak sedang mengandung." jelas Bidan. Dia mengetahui ada yang ditutupi dari pandangan Phoenix tadi, tetapi bidan itu harus menyampaikan apa yang dia temukan. "Kandungannya masih muda. Kalau pagi-pagi sering morning sickness ya?"

Phoenix diam saja. Begitu juga dengan Libra dan Jupiter. Mencerna dengan hati-hati barangkali mereka salah dengar atau bidan tersebut salah mendiagnosis.

"Ya Tuhan!" Libra berbisik pelan.

"Sebaiknya dicek ke dokter kandungan, Bu untuk memastikan lagi. Khawatirnya kalau drop berhari-hari begini, kandungannya kenapa-kenapa."

"Iya, Bu. Terima kasi, Bu." Libra mengangguk dan tersenyum tipis. Menyimpan sementara waktu sesak dalam dada. Menunjukkan wajah seramah mungkin untuk bidan.

"Ada obat yang perlu kami tebus, Bu?" Jupiter menambahkan. Pun sama seperti Libra, Jupiter berusaha bersikap biasa saja.

"Ada, obat buat mual-mualnya." Bidan menulis resep karena dia tidak membawa stok obat yang dibutuhkan.

"Baik, Bu." Jupiter menerima resep tersebut.

"Semoga lekas sembuh ya? Sehat-sehat bayinya dan mamanya." Bidan mengelus perut Phoenix lembut. Setelah itu bidan pamit pulang.

Jupiter mengantar bidan sampai di depan rumah. Sementara Libra dan Phoenix diam di kamar.

Libra kaget sampai bingung harus memulai dari mana. Dia memandang Phoenix yang tidak berani mengangkat kepala. Gadis itu menangis tanpa suara, waktunya telah tiba.

"Phoenix, sayang ...," Libra memanggil lembut. Libra mendekat dan memeluk Phoenix. Air matanya juga meluruh, terlalu kecewa namun untuk marah pun tak kuasa. "Apa yang disampaikan ibu bidan tadi bener?"

Phoenix tidak mau menjawab. Melihat Libra pun tidak sanggup. Phoenix sangat takut, dia telah mengecewakan Libra.

"Siapa, hem? Kenapa nggak cerita sama mama?"

"Maafin Phoenix, Ma." Barulah tangis Phoenix pecah. "Phoenix minta maaf." Phoenix memeluk Libra sangat erat.

Jupiter kembali ke kamar Phoenix, sedih melihat istri dan putrinya menangis sambil berpelukan. Jupiter pun sangat kecewa, namun dia hanya diam. Mendekat dan duduk di pinggir ranjang.

"Kalau ada apa-apa, Phoenix cerita sama Mama. Kenapa sekarang nggak pernah cerita lagi?" tanya Libra pelan.

"Maaf, Ma." Phoenix hanya bisa meraung dan meminta maaf.

"Siapa yang melakukan ini, sayang? Cerita sama Mama. Kita temui orang tuanya."

Phoenix menggeleng. Tidak mau jujur siapa ayah bayinya.

"Phoenix nggak perlu takut." Jupiter menambahkan. "Ada papa yang akan selalu melindungi Phoenix."

"Kamu udah punya pacar? Kamu nggak percaya sama Mama lagi?"

Atlas mendengar suara berisik dari kamar Phoenix. Dia penasaran dan mendorong pintu. Kaget melihat ketiganya sedang bersitegang. Libra memeluk Phoenix, keduanya menangis tersedu-sedu.

Phoenix menggeleng tidak mau jujur. Atlas sadar jika orang tua mereka sudah tahu yang sesungguhnya.

"Temen sekolah?" Libra menebak-nebak.

***

Jakarta, 17 Mei 2023

Part ini ada yang di cut.

Selanjutnya baca di Karyakarsa ya.

Karena masih banyak yang bingung cara baca duluan di Karyakarsa. Di sini kalian bisa ikuti langkah-langkahnya.

Langkah-langkah baca duluan di Karyakarsa;

1. Cari Karyakarsa.com di crome atau download aplikasi di AppStore atau play store.

Anti ribet, bisa langsung klik link di bio gue.

2. Bikin akun pake email atau Facebook.

3. Cari username iLaDira69

4. Pilih part yang mau dibaca. Semua karya gue udah di kategorikan sesuai judul semua.

5. Kalo beli dari aplikasi kalian isi koin dulu. Tapi gue saranin kalian beli dari crome aja, ada beberapa metode pembayaran yang tersedia. Kalo dari aplikasi lebih mahal biaya adminnya.

6. Kalo masih bingung cara pembeliannya, kalian ikutin langkah-langkah yang udah gue upload di tiktok. Link ada di bio gue

7. Buat yang tinggal di luar negeri atau yang nggak punya e-wallet seperti gopay, dana, ShopeePay, atau M-banking dan lain-lain.

Kalian boleh kontak ke nomor gue. Beli manual nanti gue kasih voucher buka part setelah pembayaran.

Hubungi ke nomor ini : 0838 9161 7551

Novel ini sudah tersedia di Playbook, Karyakarsa, NBJ dan bisa beli manual (Transfer)

Continue Reading

You'll Also Like

372K 2.2K 18
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
2.5M 275K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
16.4M 655K 38
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
6.5M 331K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...