Arjuna Senja√

Per teahmanis

852 202 12

⚠SUDAH DITERBITKAN.⚠ SELF PUBLISHING. Teringat saat kita duduk berdua di tepian sebuah tempat berkemah. Menul... Més

Prolog.
Arjuna Senja 1.
Arjuna Senja 2.
Ajuna Senja 3.
Arjuna Senja 4.
Arjuna Senja 5.
Arjuna Senja 6.
Arjuna Senja 7.
Arjuna Senja 8.
Arjuna Senja 9.
Arjuna Senja 10.
Langit Senja.
Camping
Asmaraloka
Sajia nasi liwet
Pesawat kertas
Lilin harapan
Amarah Elang
Arjuna Senja 13
Jay si patah hati💔
Arjuna Senja 15
Arjuna Senja 16
Part. 17
Part. 18
Part 19
Bukan update.
Part 20
Part 21
Arjuna Senja 22
Arjuna Senja 23
Part 24
Part 25.
Buat yang penasaran...
Arjuna Senja 26.
Arjuna Senja 27.
Arjuna Senja 28.
Arjuna Senja 29.
Arjuna Senja 30
Aradhana.
Arjuna Senja 32.
Extra part.
Ciuma pertama.

Arjuna Senja 11.

29 7 0
Per teahmanis


Arjuna Senja 11.

Hadiah istimewa.

Acara itu berlangsung dengan meriah, meninggalkan banyak kenangan indah yang diakhiri oleh satu ciuman dari Arjuna pada Senja di atas panggung.

Dua sejoli itu berpisah dari teman-temannya.

Arjuna memberikan waktu pada istrinya untuk berganti pakaian, jika sudah berpenampilan bebas, Senja Prameswari memang terlihat sangat berbeda. Anggun berkarakter, positif vibesnya begitu terpancar hingga mampu menenangkan jiwa.

"Ayo!" Arjuna menggandeng tangan Senja hingga ke parkiran dan menyalakan alrm mobilnya.

"A' Juna bawa mobil?"

Arjuna mengangguk, "Kan, Aa' udah bilang, mau langsung nyulik neng Senja," ujarnya dengan melemparkan seringai, hingga Senja menjadi merinding karenanya.

Sesuai dengan janjinya, Arjuna akan langsung membawa Senja ke tempat yang sudah ia siapkan.

"Sebenernya kita akan ke mana?" Senja sudah duduk di sebelah kursi Arjuna.

"Kita akan nonggoh!"
(Nonggoh--naik ke puncak, ke dataran yang lebih tinggi, ke daerah pegunungan)

Arjuna fokus pada kemudinya. Sepanjang perjalanan menuju ke tempat yang sudah dipersiapkan oleh Arjuna, Gadis itu tampak termenung seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Ada apa?" Tanya Arjuna secara lembut.

"A' Juna beneran mau bawa aku ke hotel, ya?"

"Iya, memangnya kenapa?" Arjuna menoleh seketika, kemudian kembali fokus pada jalan.

"Tapi, aku belum bawa buku nikah, nanti kalau digrebeg bagaimana coba?" Senja terlihat gelisah.

Arjuna tersenyum lalu mengusap kepala gadisnya itu secara perlahan. "Tenang saja sayang, a' Juna udah siapin segalanya, semalam waktu aa' ke rumah, aa' udah minta itu semua ke abah dan umi, sekaligus minta izin untuk bulan madu kita," ujarnya.

Senja sontak menoleh memandangi raut wajah Arjuna yang tengah berseri-seri. Jujur saja, ada rasa gelisah yang begitu kuat menghampirinya, gugup dan berdebar-debar.

"Kenapa?" Arjuna meliriknya.

"Nggak apa-apa." Senja mulai merasa tidak nyaman.

"Gugup, ya?" Arjuna menahan senyuman.

Pertanyaan itu sontak membuat Senja Prameswari tak bisa bsrkata-kata.

"Kali ini, neng Senja nggak bisa nolak! A' Juna juga nggak akan ngasih toleransi lagi, karena malam ini sudah saatnya untuk kita berdua--!" Arjuna tidak melanjutkan ucapannya dan menoleh pada Senja hingga memberinya seringai.

Senja semakin dibuatnya kaku, hawanya sudah mulai terasa berbeda, panas dingin secara bersamaan. Arjuna masih sesekali meliriknya dan semakin tidak tahan ingin tertawa.

Sesampainya di tempat tujuan, mereka tiba tepat malam hari setelah Isya. Mobil itu terparkir di hadapan satu Vila yang sudah disewa oleh Arjuna.

Arjuna bergegas keluar dari dalam mobil dan membawa barang-barangnya ke dalam penginapan. Vila yang unik, berjejer dengan mode dan bentuk yang sama. Di tempat yang asri di penuhi pepohonan, rumput dan pemandangan alam yang menyejukan mata.

"A' Juna, kita ada di mana?" Senja yang kebetulan sempat tertidur, kini merasa sedikit bingung.

"Astro Higland!" ujar Arjuna. Ia pun meminta Senja untuk segera turun dari dalam mobilnya.

"Ayo, turun sayang," ajak Arjuna sambil membuka pintu mobil untuk Senja.

Senja turun secara perlahan dan semakin tertegun melihat pemandangan di sekitar tempat itu. Cukup sepi, hingga terdengar suara jangkrik di sekitarnya, bahkan hawa dinginnya begitu kentara mampu menembus ke dalam jiwa.

Senja terkesiap ketika Arjuna mengecup pelipisnya. "Kita sudah sampai," ucapnya lalu menatap dengan intens.

Senja menatapnya namun hanya sesaat, setelah itu ia menundukan wajahnya, merasakan tubuhnya yang kini bergetar sulit diartikan, hingga dadanya berdegup lebih kencang. Arjuna merangkul pundaknya dan membawanya melangkah bersama untuk masuk ke dalam.

Sontak saja, Senja semakin meremang ketika melihat suasana di dalam kamar itu. Nuansa putih bahkan ada taburan bunga yang sudah dihias di atas kasurnya, serta sepasang Angsa yang dibentuk dari handuk.

"Bagaimana menurutmu, Sayang?" Arjuna semakin merapatkan rangkulannya, entah sejak kapan ucapan suaminya itu menjadi lebih mesra dan membuat candu.

"Apakah kita mau langsung berendam? Ada air hangatnya loh di dalam bath up?"

Senja memandang suaminya dengan tatapan nanar.

"Kenapa? Malu?" Arjuna sedikit meledeknya.

Senja tampak cemberut, Arjuna berdecak lalu melangkah mendahuluinya dan duduk di atas kasur.

"Neng Senja, sini!" pungkas Arjuna sambil mengulurkan kedua tangannya, tetapi Senja masih terpaku di sana.

"Neng Senja ... ke sini dong! Ini suaminya manggil-manggil, kok, nggak dijawab? Dosa loh!" Seru Arjuna.

Senja menghela napas secara perlahan dan mulai melangkah mendekati Arjuna, paras tampan itu mengulum senyuman, ia tahu betul bahwa istrinya kini tengah tidak menentu.

"Sini!" Arjuna bergegas meraih tubuh mungilnya, hingga Senja duduk di pangkuannya.

Agh!

"Kenapa lama sekali, hm?" Arjuna menatapnya dengan begitu dekat, mengusap surainya dan menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, lalu mengecup keningnya dengan tegas. "Gugup?" tanyanya pelan.

Senja menyahutunya dengan anggukan membuat Arjuna tersenyum dan memeluknya dengan erat.

"Nggak usah gugup, Aa' janji, Aa' akan pelan-pelan!" ucapnya.

Senja semakin berdebar seraya menatap manik suaminya yang begitu intense.
Arjuna tak berpaling dan hendak menciumnya.

"Aku mau mandi!" ucapnya yang kemudian turun dari pangkuannya.

"Apa mau mandi bareng?" tawar Arjuna, lalu mendekat ke hadapan.
Saat itu Juga Senja semakin tersipu malu dibuatnya.

"Kenapa? Nggak usah malu-malu sih, Aa', kan udah lihat segalanya dari neng Senja, waktu di kosan," ujar Arjuna yang kini sedikit membungkukan wajahnya.

Senja Prameswari termangu, rasanya ingin berteriak dan berlari ke dalam hutan yang ada di belakang tempat romantis itu, ingin bersembunnyi agar terhindar dari godaan Arjuna saat ini.

"A' Juna ih, please!" Senja mulai mengeluh.

"Iya-iya, a' Juna nggak akan gangguin neng Senja, a' Juna mau nunggu di sini sampai neng Senja keluar dari kamar mandi." ucap Arjuna yang memilih kembali ke tempat tidurnya. "A' Juna juga mau nyiapin sesuatu!" Ucapnya.

"Apa?" Senja mengernyit.

"A' Juna mau minum obat kuat," tuturnya.

Senja tercengang, mulutnya menganga dan matanya sontak membulat.

Arjuna mengulum senyuman, "neng Senja udah buruan mandi, atau nggak Aa' terkam nih sekarang! Mau?"

Senja lantas bergegas ke kamar mandi dari pada harus menerima ancaman Arjuna.

Senja sudah keluar dari kamar mandi dengan perasaan yang lebih nyaman. Rasanya begitu segar, keramas di malam hari menggunakan air hangat, membersihkan rambutnya dari sisa hair spray bekas penampilannya tadi siang.

Arjuna sedang memperhatikannya, sedari tadi ia hanya terlentang di atas kasur empuknya sambil menunggu istrinya. Senja masih mengenakan bathrobe berwarna putih dengan rambut basah yang tergerai.

"A' Juna nggak mandi?" tanya Senja melihat Arjuna masih santai.

"A' Juna udah ganteng, jadi nggak perlu mandi." Arjuna turun dari kasurnya dan bergegas meraih tubuh istrinya, membawanya kembali ke pangkuan.

Membasahi rambutnya adalah hal yang fatal, karena membuat Arjuna semakin tergugah hasratnya malam itu.

"Neng Senja cantik sekali," ucapnya sambil menatapi wajah polos istrinya.

"Emangnya setiap hari aku kurang cantik?" Senja kini menangkup wajah suaminya.

Arjuna menggeleng, "istriku selalu cantik, setiap waktu," tukasnya, lalu mendaratkan satu kecupan ke bibir Senja.

Senja terperanjat dan menatap Arjuna lebih intens, Arjuna mengusap pipi gembil istrinya lalu menciumnya secara adil.

"Akirnya, neng Senja udah lulus," ucapnya.

Senja mengangguk dengan mengukir senyuman tipis, maniknya terlihat begitu menenangkan hingga Arjuna seolah tenggelam di dalamnya.

Arjuna mulai meraba Senja secara perlahan dan hendak membuka bath robe yang dikenakan, tapi Senja seketika menahan tangan kekar suaminya itu.

Arjuna mereguk dahaga, napas beratnya kini lolos seketika, kemudian menatap wajah Senja yang tampak membuatnya semakin menantang. Tangan kekarnya mulai meremas kain bath robe itu.

"Jangan mengujiku lagi, Senja. Karena malam ini adalah milikku sepenuhnya,"

Senja berdebar mendengar kata tegas suaminya, kemudian memilih pasrah untuk menerima segala apa yang akan Arjuna perbuat padanya.

Arjuna mendekapnya dan menelusupkan wajah pada ceruk leher istrinya, mengecupnya, menciptakan berbagai rasa hingga Senja mengerjapkan mata. Tangan kekarnya tak bisa diam, menggerayang ke mana pun sesuka hatinya, membuka bath robe dan membuatnya tanpa busana. Tak tertutup sehelai benang pun hingga menjadi pemandangan indah di netranya.

Arjuna mengecup kening Senja dengan segenap jiwa raganya, "Neng Senja, tatap aku," pintanya dengan seduktif yang kini melepaskan seluruh baju yang dikenakan.

Senja tak dapat menolaknya meskipun panas dingin sudah menjalar di seluruh tubuh. Napasnya hampir terhenti, jantungnya seakan jatuh di rongga dada ketika Arjuna berdiri tegap di hadapannya, hingga tubuh telanjangnya terpampang nyata. Perut sixpack, paha kekar dan otot lengan serta pundak yang akan siap menyanggah tubuh Senja di peraduan.

Arjuna mulai menindih tubuh mungil istrinya seraya tak melepaskan pagutan pada bibirnya. Merebahkannya, mulai menelusupkan intinya diantara pangkal paha mulus milik Senja. Getarannya mulai kentara disertai lenguhan yang kian terdengar.

Terus menelusup mencoba menembus pertahanannya yang nyatanya masih selalu gagal. Senja mulai memekik menahan sedikit pedih di inti tubuhnya. Menyadari hal itu, Arjuna pun menghentikan tindakannya, menciumi wajah istrinya yang kini tampak memerah, terlihat genangan air mata di pelupuknya. Arjuna beralih memundurkan tubuhnya hingga wajahnya hampir tenggelam memandangi pusat tubuh istrinya yang kemerahan, menyuguhkan hasrat yang kian membuncah, kemudian menciumnya secara perlahan hingga mampu memberikan getaran yang hebat pada Senja.

Matanya mengerjap disertai napas yang tertahan oleh nikmat yang kini menjalar menghantarkan hawa panas sama seperti rasa yang pernah Arjuna berikan ketika di kosan.

Senja menjambak rambut tebal Arjuna yang tak henti memainkan lidahnya di sana. Suaranya tertahan desahan yang lolos berkali-kali menghiasi suasana yang semakin panas.

"A' Juna!" Senja merapalkan namanya untuk kesekian kali, merasakan pelepasan yang tengah berlangsung, yang sedang dihisap habis-habisan oleh Arjuna.

Merasa puas, Arjuna pun merangkak secara perlahan, mengecupi tubuh sang istri dan sesekali memberi gigitan kecil hingga Senja terperanjat bagaikan tersengat listrik di setiap tindakannya. Arjuna meraup bibir mungilnya yang penuh, untuk memulai tindakan lanjut dalam penyatuan.

Terkejut sudah pasti, ketika menerima sesuatu yang asing memasuki inti tubuh yang masih dara. Senja melirih menahan pedih yang tak terkira di saat kejatanan Arjuna menyeruak meski pelan namun pasti.

Arjuna memagut bibirnya hingga suara kesakitan itu terbungkam, tapi Senja masih merintih menahan pedih.

Senja Prameswari menangis, jemarinya tak henti-henti menjambak apapun yang ada disekitarnya, bahkan jika diperhatikan punggung Arjuna sepertinya habis dipenuhi oleh cakaran sampai ke pinggangnya.

Arjuna tak mempedulikan rasa sakit akibat kuku-kuku yang ditancapkan oleh Senja. Sesekali ia mencium bibir istrinya dengan gemas dan mengucapkan beberapa kata cinta yang dapat membuat suasana semakin menggebu.

Argh!

Arjuna mendesah, mencengkram pinggang ramping sang istri.

"Sayang?" Arjuna melenguh kenikmatan sembari mendekapnya dengan erat, sementara pinggulnya masih setia bergerak menghentakan segala kerinduannya selama ini.

Ough!

Senja meracau, lehernya meregang, meremas pundak dan rambut Arjuna yang kini turun menelusuri dada dan melahap silih berganti dua buah hawa yang ranum secara rakus. Senja menyambut pagutan bibir suaminya dengan mesra, terus memuja bagaimana Arjuna memberikan berjuta cinta dan merapalkan namanya, melupakan segala perih yang kini berganti dengan nikmat. Sungguh indah, tenggelam dalam rasa yang akan membawanya pada puncak peraduan.

Arjuna terengah, setelah menuntaskan segala hasratnya malam itu. Malam istimewa yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Mengucapkan banyak terima kasih pada sang istri yang telah memberinya sesuatu yang berharga hingga layak untuk dijaga selamanya.


Continua llegint

You'll Also Like

2.2M 129K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
4.2M 251K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
RAYDEN Per onel

Novel·la juvenil

3.6M 221K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
855K 73.9K 46
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...