Arjuna Senja√

By teahmanis

852 202 12

⚠SUDAH DITERBITKAN.⚠ SELF PUBLISHING. Teringat saat kita duduk berdua di tepian sebuah tempat berkemah. Menul... More

Prolog.
Arjuna Senja 1.
Arjuna Senja 2.
Arjuna Senja 4.
Arjuna Senja 5.
Arjuna Senja 6.
Arjuna Senja 7.
Arjuna Senja 8.
Arjuna Senja 9.
Arjuna Senja 10.
Arjuna Senja 11.
Langit Senja.
Camping
Asmaraloka
Sajia nasi liwet
Pesawat kertas
Lilin harapan
Amarah Elang
Arjuna Senja 13
Jay si patah hati💔
Arjuna Senja 15
Arjuna Senja 16
Part. 17
Part. 18
Part 19
Bukan update.
Part 20
Part 21
Arjuna Senja 22
Arjuna Senja 23
Part 24
Part 25.
Buat yang penasaran...
Arjuna Senja 26.
Arjuna Senja 27.
Arjuna Senja 28.
Arjuna Senja 29.
Arjuna Senja 30
Aradhana.
Arjuna Senja 32.
Extra part.
Ciuma pertama.

Ajuna Senja 3.

30 6 0
By teahmanis



Arjuna Senja 3.

Pernikahan.

Pov 3.

*******

Arjuna tengah mempersiapkan diri untuk segala kebutuhannya besok di pelaminan. Akhirnya setelah menunggu kurang lebih dua tahun lamanya, ia akan menikahi Senja Prameswari, gadis yang sudah membuatnya jatuh hati hanya dengan mendengar ceritanya saja, bahkan sebelum melihat wajahnya.

Sesuai tradisi di kampung, jika seseorang akan menikah, maka rumahnya pasti akan kedatangan para tamu. Selain sanak saudara, seluruh keluarga besar dan para tetangga pun akan ikut berkumpul untuk mengisi moment bahagia itu.

Teman-teman Arjuna juga mulai berdatangan, ada Saga, Jona, Lingga dan Aerlangga, mereka ikut berkumpul bersama para tamu lainnya khususnya untuk menemani Arjuna. Tanpa Elang dan Jay. Kakak beradik itu sudah berada di rumah Senja sejak beberapa hari yang lalu. Maklum, karena mereka kerabatnya dan akan menjadi pihak dari mempelai wanita.

Mereka yang notabennya anak-anak muda, kemudian berpindah ke samping halaman rumah yang lebih sepi agar lebih leluasa. Seperti biasanya, setiap kali mereka berkumpul, pasti tidak ketinggalan dengan yang namanya gitar.

Arjuna dan Saga pun memetik senar gitarnya masing-masing dan mereka mulai bernyanyi sesuai irama.

Walaupun mereka disibukan oleh kegiatan masing-masing, namun grup band yang mereka bangun masih tetap berjalan hingga sekarang, meski tak seaktif dulu.

Menyanyikan lagu pengantin baru. Mereka sesekali tertawa karena sengaja meledek Arjuna. Namun Arjuna hanya membalasnya dengan senyuman.

Saga menghentikan petikan pada senar gitarnya, yang kemudian ia berikan pada Aerlangga.

"Juna." 

Arjuna menoleh seketika.

Saga mengajak Arjuna untuk bicara empat mata.

"Juna, apakah kamu sudah yakin dengan pernikahanmu besok?"

Tiba-tiba saja pertanyaan itu terlontar dari mulut Sagara.

Arjuna lantas tertegun memandangnya.

"Aku mau nanya deh sama kamu. Kamu beneran cinta nggak sih sama neng Senja?" Tutur Saga sambil menunggu jawaban dari Arjuna.

Untuk sesaat, Arjuna tampak terpaku. Akan ada beberapa pertanyaan seperti itu yang kerap kali terdengar apabila seseorang akan melaksanakan pernikahan. Mungkin saja bertujuan sebagai ujian ataupun sebaliknya agar lebih memantapkan hati.

Arjuna mengangguk. "Hm, aku sudah jatuh cinta pada Senja, sejak pertama kali mendengar namanya, ketika Jay menceritakannya padaku!" Ujarnya.

Saga lantas menghela napasnya secara perlahan. "Syukurlah, semoga pernikahan kalian bahagia!" Ucapnya.

Arjuna tersenyum bahagia. "Haturnuhun...!" serunya. (Terima kasih) serunya.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu bertanya seperti itu?" Tutur Arjuna yang lalu menggernyit.

"Nggak kenapa-kenapa, memangnya kenapa? Aku cuma tanya saja!" Sahut Saga.

Arjuna sedang memperhatikannya. "Hei, luh nggak akan bikin masalah, kan?"

Saga lantas menatapnya dengan intens. "Masalah apa?" Ia pun bengong.

"Besok ada acara dangdut. Awas ya luh kalau bikin onar? Biasanya luh sering bikin keributan. Awas, aja kalau bikin malu!" Tukas Arjuna.

"Buset... ngapain juga sih aku bikin ribut? Kalau neng Senja tadinya pacar aku, baru deh aku bakalan ngeributin di acara besok!" Ujar Saga secara gamblang.

"Idih, najis! Pacar ceunah..." Arjuna meledeknya.

Saga berdecak. "Kenapa sih? Cemburu, ya?"

"Idih... pede, luh!" Arjuna pun mendorong bahunya. Namun Saga hanya tersenyum simpul.

"Ngomong-ngomong, neng Senja mantannya siapa aja sih? Ada berapa orang? Besok kalau ada mantannya neng Senja, tenang saja, aku yang akan menghadang mereka!" Ujar Saga.

"Apaan sih? Mantan-mantan. Orang neng Senja belum pernah pacaran! Yeh... !" Arjuna memprotesnya.

"Serius luh, Juna?" Saga bengong melihatnya.

Arjuna mengernyit.

"Yaelah... kenapa luh nggak pernah bilang sih? Kalau begitu aing bisa macarin neng Senja, kan?"

"Heh! Apaan sih, luh? Jangan macam-macam, ya! Aing gampar, luh, Baru tahu rasa!" Arjuna kembali mendorong bahu Saga.

"Ayo aja, kita adu skill, aing pakai Cimande saja, luh pake tuh Merpati putih, kita duel, siapa kira-kira yang akan menang?" Ujar pemilik gummy smile itu, yang lantas tertawa sampai terbahak-bahak. Ketika ingin menguji pencak silat yang mereka kuasai.

"Koplok, luh!" Arjuna pun berlalu dari hadapannya.

💝💝💝

Sudah menjadi hal yang lumrah bagi warga di kampung, untuk menikahkan anak gadisnya di usia belia, meskipun usia Senja masih 18 tahun, yang untungnya pihak desa setempat sudah memberikan izin pernikahan pada Senja Pramesawari, tetapi masih belum bisa mendapatkan buku nikah atau catatan resmi dari pemerintah karena usianya belum genap 19 tahun.

Tenda hajatan sudah menutupi pekarangan rumah, pelaminan sudah terpampang nyata, dihiasi oleh beberapa macam bunga di dekat singgasana. Nuansa putih begitu kentara menjadi pelengkap ketenangnya jiwa. Penuh keharuan dan suka cita.

Kebaya pengantin, riasan sederhana namun tampak begitu anggun, membuat Senja Prameswari terlihat bak putri Raja.

"Neng Senja cantik sekali...!" Ibunya Jay yang bernama Kartiwi, yang sering dipaggil bunda sedang memuji keponakannya itu.

Senja hanya tersenyum dan sesekali menyeka air matanya yang mulai merembas membasahi pipi.

"Eh, udah dong jangan nangis terus!" bunda Kartiwi membantu menyeka air mata Senja.

Jay dan Elang menghampiri keduanya. Elang tampak tercengang ketika melihat penampilan Senja. Ia pun mendekat dan menyentuh bahunya.

"Neng Senja cantik banget... Elang jadi pangling, benar nggak a' ?" Elang pun menoleh pada Jay.

Jay mengangguk seraya tersenyum simpul lalu merangkul pundak Senja hingga tangannya bertumpu di atas tangan Elang, dan memandang penampilannya di hadapan cermin yang berdiri kokoh di sana.

"Neng Senja, Aku ucapkan semoga neng Senja selalu bahagia dan menjadi keluarga sakinah, mawadah, warohmah!" Ujarnya.

"Aamiin..." mereka pun dengan serentak mengaminkan ucapan itu, ucapan yang akan menjadi doa terindah bagi pernikahan Senja dan Arjuna.

Rombongan mempelai pria sudah tiba, Arjuna dan kedua orang tuanya kini sudah bersiap di hadapan janur kuning untuk mengikuti sambutan.

Arjuna terlihat sangat tampan dengan pakaian pengantin yang memang sudah disesuaikan model dan warna senada dengan milik Senja.

Jay Pramudya dan Elang lebih dulu menyambut teman-temannya yang ikut bersama rombongan, mereka saling menyapa dan kerap kali tertawa serta saling memuji penampilan masing-masing yang terlihat berpakaian batik semi formal.

"Jay, Neng di mana?" Arjuna bertanya sembari menoleh ke sana ke mari.

"Sedang bersiap, make up-nya sedang dibenerin, soalnya Neng Senja sempet nangis terus dari tadi," ujar Jay.

"Iya, A' bener," seloroh Elang menimpali perbincangan itu.

Arjuna pun tampak gelisah dibuatnya, memikirkan tentang perasaan calon istrinya yang menangis dan belum ia ketahui alasannya.

"Jangan khawatir, itu sudah biasa terjadi. Namanya mau menikah, pasti ada rasa sedih dan terharu, 'kan?" tukas Jay menepuk pundak Arjuna saat menyadari mimik calon pengantin itu.

Arjuna mengangguk, ia lantas tersenyum dengan helaan napas yang lolos beberapa kali. Jay benar, bahwa suka cita sudah menjadi bumbu dari setiap moment tertentu. Apalagi, ini adalah moment spesial bagi dirinya dan Senja yang sebentar lagi akan mengikat janji suci seia sekata, sampai akhir hayat.

Rombongan Lengser beserta penari Galura sedang tampil guna menyambut dan menghibur para tamu. Lengser pun menggandeng Arjuna setelah menyelesaikan beberapa guyonan yang biasa ditampilkan di acara pernikahan.

Pak penghulu sudah menunggu di altar pernikahan, begitupun dengan para saksi dan tamu undangan yang sudah tak sabar ingin menyaksikan momentum sakral tersebut.

Tibalah, kini giliran Lengser yang akan menjemput Senja Prameswari menuju pelaminan.

Dengan balutan kebaya pengantin, riasan bunga melati tertata rapih memenuhi sanggul menjadi ciri khas dari harumnya seorang pengantin.
Gadis manis itu pun kini melangkah dengan penuh hati-hati, dibersamai Lengser, Jay dan juga Elang yang berada di kanan kirinya serta diikuti oleh beberapa teman Senja yang berjalan di belakang. Sementara kedua orang tua dan juga kedua kakaknya yakni Shailendra Parameswara dan Sigit Parameswara, sudah menunggu di altar pelaminan.

Semua mata tertuju pada mempelai wanita, Arjuna tersenyum dengan begitu manis ketika menyambut kehadiran Senja yang sebentar lagi akan resmi menyandang status sebagai istrinya.

Senja kini duduk di sebelah Arjuna, dan keduanya saling memandang penuh kebahagiaan.

Penghulu akan memulai acaranya, hingga para tamu undangan sontak terdiam dalam keadaan tenang. Perlahan prosesi berjalan, lantunan Ijab Kabul selesai dikumandangkan.


"Sah!"

Semua saksi pun sontak bertepuk tangan mendengar keputusan saksi dan penghulu.

"Alhamdulillah!"

Mengucap syukur atas terselenggaranya acara tersebut dengan lancar. Hari itu, Arjuna dan Senja menjadi raja dan ratu sehari. Mereka tampak bahagia duduk di singgasana, menerima banyak hadiah serta do'a yang tak terhingga untuk bekal perjalanan rumah tangganya.

Senyuman keduanya tak jua pudar, momen itu telah banyak diabadikan oleh beberapa foto yang nantinya akan menjadi kenangan indah bagi keduanya.

Menikmati dangdutan sebagai pelengkap suasana, teman-teman Arjuna juga beberapa teman Senja kini ikut memeriahkan pesta. Acara itu berlangsung dengan lancar dan penuh dengan keseruan, mereka menari bersama diiringi penyanyi dangdut yang menghibur di atas panggung.

Hingga malam, acara dilanjutkan dengan penampilan Senja dan Elang. Keduanya sudah seperti anak kembar, ingin ikut andil untuk memeriahkan pesta dengan menyuguhkan tarian seni Sunda yaitu Jaipongan. Menunjukan kemahiran dalam menari seiring ketukan membuat gerakannya begitu menarik untuk dinikmati oleh para tamu undangan yang menonton.

Beberapa pihak keluarga memberikan saweran berupa uang pada keduanya, sehingga tarian itu semakin meriah.

Diakhiri oleh tepuk tangan, Elang dan Senja telah menyelesaikan penampilannya. Elang turun lebih dulu, diikuti oleh Senja di belakangnya. Namun, ketika Senja hendak turun, Arjuna bergegas mendekat dan menyambutnya di tangga, kemudian menggendong tubuh istrinya ala bridal style. Sontak saja, beberapa orang yang melihatnya tertawa dan merasa khawatir apabila Arjuna tidak dapat menahan berat tubuh Senja yang sedikit berisi.

Pengantin baru itu lantas tertawa bersama, Senja berpegang teguh pada suaminya dan menelusupkan wajahnya pada ceruk leher Arjuna karena merasa malu.

Shailendra dan Sigit kini bergegas mendekati keduanya, untuk menjaga dari hal yang tidak diinginkan.

"Aa' awas hati-hati, jangan dijatuhin," ujar ibu Arjuna yang kini mendekat ke samping putranya itu.

"Berat nggak A'?" tanya Sigit disertai sikapnya yang protective.

"Ringan A', Juna bisa gendong Neng Senja setiap hari," sahut Arjuna sambil mengulum senyuman dan mereka pun kembali tertawa.

Begitu juga dengan Elang yang masih berada di hadapan keduanya, hanya bisa tertawa dan sesekali menoleh pada orang tuanya.

Sementara beberapa teman yang lain, berlomba-lomba mengambil foto demi mengabadikan moment langka tersebut, karena keduanya memang jarang sekali menunjukan interaksi manis yang intens.

Setelah acara selesai, Arjuna tak lantas pergi ke kamar untuk istirahat. Pemuda yang kini sudah berstatus sebagai suami dari Senja, memilih untuk bergabung bersama teman-temannya. Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol dan sesekali menikmati minuman yang cukup memabukan hingga esok pagi.

Berbeda dengan Senja yang sudah memutuskan untuk beristirahat dan tidur dengan lelap di kamarnya, karena lelah setelah seharian menjalani prosesi pernikahan.

Arjuna beserta teman-temannya kini berkumpul dalam satu kamar, mereka pun tidur bersama hingga menjelang sore hari.

Abah Koswara dan anggota keluarga yang lain tidak merasa keberatan oleh apa yang para anak muda itu lakukan, mereka memaklumi seolah sudah menjadi hal yang lumrah di setiap acara hajatan apalagi pernikahan.

Untung saja pernikahan itu dilaksanakan ketika liburan sekolah, kenaikan kelas dan kebetulan ada libur semester kuliah Arjuna. Jadi, keduanya tidak begitu terbebani oleh setiap rangkaian acara.

Senja sudah bangun pagi-pagi sekali dan berpenampilan rapih, seharian itu ia tidak ingin mengganggu suaminya ataupun teman-temannya.

Di rumah abah Koswara masih ramai dengan beberapa orang yang tengah sibuk bekerja. Ada yang membongkar tenda, menyapu halaman dan memisahkan makanan sisa pesta kemarin seperti daging dan kue pernikahan yang akan dibagikan ke tetangga.

Keluarga om Pramudya masih setia membantu abah Koswara, rencananya mereka akan pulang setelah selang tiga hari. Senja memutuskan masuk kembali ke dalam kamar karena tidak diperbolehkan untuk memegang ataupun membantu pekerjaan hari itu.

Senja tidak tahu kalau Arjuna sebenarnya sudah bangun dari tadi, pemuda itu sedang berusaha mencari istrinya ke semua ruangan. Saat berpapasan dengan abah Koswara, tanpa ragu ataupun canggung, ia pun bertanya tentang keberadaan Senja.

"Bah, Neng Senja di mana?"

Abah tampak bingung lalu menoleh ke sana ke mari. "Umi ... neng Senja ada di mana? Ini ujang Juna nanyain," serunya.

Bunda Kartiwi menghampiri Arjuna. "Neng Kar, si Neng Senja di mana ceunah?" tanya abah pada bunda Kartiwi.

"Ada di kamarnya tuh, Abah," ujar bunda Kartiwi.

"Ini tolong antarin ke kamar si Neng! Gih ... Abah masih banyak urusan." Abah Koswara pun berlalu dari hadapan keduanya.

Arjuna dan bunda Kartiwi saling menoleh. "Si Aa' Jay sama si bontot Elang masih tidur, ya?"

"Iya, Bund," sahut Arjuna.

"Ayo, ikut sama bunda." bunda Kartiwi tersipu malu, ia kemudian mengajak Arjuna untuk pergi ke kamar Senja.

Tak lama keduanya sudah sampai di depan kamar Senja. "Sok, masuk aja ke dalam, udah ah, bibi nggak mau mengganggu." bunda Kartiwi lantas bergegas meninggalkan Arjuna di depan pintu.

Arjuna menoleh pada jam dinding yang menggantung di ujung ruangan. Tepat jam 5 sore, biasanya jam segini Senja sudah rapih karena hendak pergi ke pengajian.

Tanpa ragu, kini Arjuna memberanikan diri untuk memasuki kamar Senja, ruangan yang tidak pernah ia singgahi sebelumnya. Kebetulan, pintunya tidak dikunci, hingga memudahkan Arjuna saat itu.

Arjuna membuka knop pintu dan cukup tercengang ketika melihat suasana di dalam kamar Senja yang begitu rapih sebagaimana layaknya kamar seorang gadis, meskipun kini telah di penuhi oleh beberapa kado pernikahan yang berjejer di dekat meja rias.

Senja sedang fokus menyisir rambut yang terasa kasar lantaran sisa hair sprai kemarin.

"A' Juna," gumamnya.

Keduanya terpaku cukup lama dalam keheningan. Senja menyudahi menyisir rambutnya, bergegas mendekat ke hadapan Arjuna yang hanya diam di depan pintu.

"Aku kira, a' Juna belum bangun."

Arjuna lantas menggeleng, sedikit menggigit bibir bawahnya yang penuh. "Aa' nyariin kamu."

Ia pun meraih tubuh mungil istrinya dan memeluk dengan erat. Aroma bunga melati beserta hair sprai masih begitu kentara sebagai ciri khas dari pengantin baru.

"Dari semalam Aa' nggak ketemu sama neng Senja, istri Aa'."

Ia pun melepaskan pelukannya dan menatap Senja dengan penuh perhatian, mengusap surainya dan mengecup keningnya.

"Kangen." Ucapnya sembari memeluk erat.

Senja tidak cukup mengerti apa yang sebenarnya dikangenin oleh Arjuna? Karena yang pasti, saat ini ia memilih mengeratkan lingkaran tangannya pada pinggang kekar suaminya itu. Arjuna kembali menatapnya bahkan lebih intens dari sebelumnya, menangkup wajah istrinya dan mendekatkan wajahnya hingga memagut bibir ranumnya yang seperti buah Ceri.

Senja hanya terdiam akan tindakan Arjuna padanya, membiarkan apa yang menjadi hak suaminya yang kini tengah memberi ciuman pertama yang begitu manis.

💝💝💝

Pernikahan itu sudah berlangsung selama sehari, Arjuna masih menginap di rumah Senja dan akan kembali ke rumahnya setelah 3 hari, sama halnya Jay dan Elang.

Malam ini, adalah malam pertama bagi Arjuna dan Senja. Malam di mana mereka akan tidur berdua sebagai suami istri. Namun, ada hal yang harus mereka pegang teguh hingga sampai waktunya tiba, ada sebuah amanat dari abah Koswara yang membuat keduanya harus berbesar hati. Beliau meminta, agar Arjuna dapat menahan hasratnya untuk beberapa waktu, sampai Senja lulus SMA.

Arjuna dapat menerima amanat itu dengan lapang dada dan menjadikannya sebagai sebuah tuntunan, agar ia bisa lebih bersikap dewasa dan bijaksana. Di dalam kamar, Arjuna dan Senja saling termenung sembari memikirkan permintaan abah Koswara.

"A' Juna." Senja menyentuh pundak suaminya.

Arjuna menoleh lalu menatapi wajah istrinya. "Apa?" ucapnya dengan penuh kelembutan.

"Aa', nggak keberatan 'kan sama amanat dari abah?"

Arjuna menggeleng lalu mengukir senyuman, terdengar helaan napas lolos beberapa kali. Saat ini dan satu tahun ke depan, ia harus benar-benar mengendalikan dirinya sebisa mungkin, agar bisa menjaga amanat dari ayah mertuanya itu.

"Sini!" Ia pun merangkul pundak Senja. "Aa' mau tanya, apakah neng Senja keberatan?"

Senja menggeleng dan menatap wajah tampan suaminya, ia tidak keberatan dan demi menjaga diri dari kehamilan dini, memang sekolah SMA tidak menerima siswi yang mengandung.

Arjuna mengangguk. "Memangnya kenapa kalau kita tidak melakukannya? Kita sudah menikah, kita bisa melakukannya lain waktu, kalau sudah waktunya nanti, 'kan kita bisa melakukannya kapan saja, benar, 'kan?"

Senja tersipu malu, mengulum senyum kemudian mengangguk secara perlahan.

"Aa' janji, Aa' akan selalu setia sama neng Senja." Arjuna melebarkan salah satu telapak tangannya tepat di hadapan wajah istrinya. Senja Prameswari tertegun dengan perasaan penuh keharuan, ia pun menyambut tangan suaminya dan menggenggamnya dengan erat.

Arjuna kembali menatapnya dengan intens. "Aa' janji, akan selalu mencintai kamu, selamanya," ucapnya.

Tiba-tiba suara petir menggelengar, kilatannya tampak jelas di jendela. Arjuna dan Senja sontak menoleh ke arah jendela, tak lama hujan pun turun dengan derasnya.

Arjuna mengukir senyuman. "Neng, besok pasti teman-teman Aa' pada ngeledekin deh, soalnya malam ini hujan deras." Arjuna kembali menatapnya.

Senja tertegun, tapi semburat merah terlihat jelas di wajahnya. Arjuna mengulum senyum lalu mengecup kening istrinya dengan tegas. Baginya, itu sudah cukup sebagai pemuas dahaga.

"Kita tidur, yuk!" Ia pun mengusap pipi gembil istrinya.

Senja sudah tidak dapat berkata-kata, sedari tadi hatinya sudah tidak menentu. Bagaimana pun juga, ini adalah kali pertamanya untuk tidur dengan lawan jenis. Keduanya hanya saling terpaku di atas ranjang dengan terbujur kaku, suasana seperti itu memang kerap terjadi di saat pengantin baru. Bingung dan segan untuk memulai pembicaraan atau hal lainnya yang lebih intens, apalagi keduanya memang sudah diberi rem untuk tidak memulai aksi di peraduan.

Sementara hujan semakin deras diselingi beberapa suara petir yang cukup kencang, mereka berguling ke sana ke mari berusaha menghilangkan kegelisahan masing-masing. Hingga helaan napas berat beberapa kali terdengar dari mulut Arjuna, pemuda itu tentu tidak sedang baik-baik saja. Berada satu atap dengan Senja membuatnya semakin tidak menentu begitu juga sebaliknya.

Senja bangun dan duduk di kasur. "A' Juna." Gadis itu menepuk pundak Arjuna.

Arjuna sontak menoleh, raut wajahnya terlihat bingung dan malu-malu.

"Ada apa, Neng?" Ia juga bangun dan duduk di samping.

"A' Juna pasti nggak nyaman, ya? Kalau begitu, aku mau pindah saja ke kamar Umi, nanti aku bisa minta Elang atau Jay buat temanin A' Juna di sini," ujar Senja yang kemudian hendak turun dari kasurnya.

"Eh, jangan!" Arjuna sontak mencekal salah satu pergelangan tangan Senja.

"Jangan dong, Neng. Mau ke mana sih? Udah diem aja di sini, ya," pintanya. "Aa' bukannya nggak nyaman, cuma belum terbiasa aja. Neng Senja juga sama, 'kan? Kita cuma belum terbiasa," tutur Arjuna.

Senja mengangguk, lalu mengela napas secara teratur. "Jujur, ya, A'. Rasanya tuh deg-deg ser, iya nggak sih?" akunya tanpa rasa ragu.

Arjuna tersipu malu dan mengangguk secara perlahan, Senja menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia memang tipikal gadis yang suka blak-blakan, tidak jaim atau pun ragu untuk mengutarakan perasaannya.

"Tapi, aku mau ngasih tahu sesuatu pada A' Juna!" seru Senja.

"Apa itu?"

"Kadang-kadang, kalau tidur aku bisa ngorok, bisa juga menginggau, semoga A' Juna nggak kaget, ya." Senja menatap dengan polosnya.

Arjuna tercengang, lantas mengusap wajah Senja dengan kilat. "Asal jangan ngiler aja, sih," tukasnya.

"Dih... tapi aku kadang-kadang juga ngiler, gimana dong?" sahut Senja. Arjuna kembali tercengang. "Tuh, 'kan. A' Juna pasti merasa ilfeel, ya?"

Arjuna menatapnya dengan penuh perhatian. "Neng Senja jujur banget, sih." Ia pun meremas kedua pipi gembil Senja.

"Aduh!" Senja memekik kesakitan.

"Oh, emangnya sakit, ya?" Arjuna mengusap pipinya.

Senja tidak mengatakan apapun, hanya mengusap pipinya beberapa kali.

"Neng Senja marah, ya?" Arjuna semakin mendekat ke sampingnya.

Senja menggeleng, "Nggak," ucapnya.

"Maafin Aa', ya!" Arjuna merangkul pundaknya.

Senja kembali mengangguk. "Kenapa sih, orang-orang tuh suka banget meremas pipi aku?" Ia pun menyentuh pipinya kembali dan mengusap seperti barusan.

"Sini coba, Aa' lihat?" Arjuna lebih memperhatikan pipi Senja. "Oh, mungkin karena pipi neng Senja ini gembil jadi bikin gemes!" Arjuna kembali meremasnya bahkan lebih gemas dari pada sebelumnya.

"Aduh, Aa' mah!" Senja sampai mendongak untuk menghindari remasan dari Arjuna.

"Si gembil ... si gembil!" Arjuna tak lantas menyudahi aksinya.

"A' Juna, iih!" Senja mencoba menghindar, tapi Arjuna semakin merangkulnya dan mendekap dengan erat.

"Nggak bakalan dilepasin, pipi gembilnya gemesin, gemes ... pokoknya!" Arjuna mencium pipi gembil itu di kanan dan kiri secara bergantian.

Senja sudah pasrah oleh apa yang Arjuna perbuat. Bibirnya cemberut, tatapannya seolah mengharap iba, hingga Arjuna tertawa karenanya.

"Istri Aa' lucu banget sih!" Ia pun mengecup keningnya dan menempelkan batang hidungnya pada hidung Senja. Menatapnya dengan penuh perhatian.

Arjuna tidak bermaksud ingin meledekknya ataupun menyakiti istrinya, pipinya memang gembil dan membuatnya semakin menarik hati. Arjuna lantas memeluknya dan mengusap punggung istrinya itu secara perlahan dengan penuh makna.

"Ya udah, maafin aku, ya!" Itu adalah kata maaf darinya untuk yang kesekian kalinya.

Senja mengangguk, Arjuna pun menatapnya dengan intens. Ada bekas merah yang terpampang nyata di pipi istrinya, Arjuna mengusapnya dengan perlahan lalu menciumnya dengan penuh perasaan. Mencium berulang di kanan dan kiri, seolah pipi Senja adalah candu baginya.

Hujan tak jua reda, sementara hawa dinginnya tak mampu mendinginkan hati Arjuna yang mulai terbakar hasrat malam itu. Ia pun mendekat seraya merangkul kembali Senja ke dalam dekapannya, menatapnya semakin intens dan menciumnya dengan penuh kelembutan.

Bagaimana pun juga, Arjuna adalah pemuda normal. Sentuhan itu membuatnya semakin ingin berontak, ingin melabuhkan segala hasrat yang ada.

Hagh!

Napasnya begitu berat, meremas surai istrinya dan berbisik pada rungunya. "Aa' ngantuk!" tukasnya, yang nyatanya hanya berbohong demi menutupi hasratnya.

Senja dapat menatap kedua mata Arjuna yang kini tampak sayu, lelaki itu mengecup keningnya dan membawa Senja untuk merebahkan diri bersamanya ke atas kasur. Helaan napas lolos beberapa kali, Arjuna sedang berusaha mengatur hasratnya yang tidak bertepi. Menahannya hingga beberapa saat, sampai keduanya benar-benar terlelap.

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 130K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
963K 47.3K 62
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

525K 24.6K 48
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
4.2M 252K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...