STEP BROTHER [17+]

由 iLaDira69

2M 39.6K 1.7K

⚠️🔞 WARNING!! 🔞⚠️ MATURE CONTENT! 17+ Ada adegan dewasa dan bahasa kasar! Sinopsis : Phoenix tidak pernah m... 更多

Prolog
Part 1 - Sekolah
Part 2 - Atap Gedung
Part 3 - Panggilan Malam
Part 4 - Makan Malam
Part 5 - Kejutan
Part 6 - Pulang
Part 7 - Saudara
Part 8 - Rumah Fay
Part 9 - Toilet
Part 10 - Bubar
Part 11 - Kantin
Part 12 - Sweet Seventeen
Part 13 - Tuduhan
Part 14 - Gudang
Part 15 - Damai
Part 16 - Menghindar
Part 17 - Tugas Kelompok
Part 18 - Bath Up
Part 19 - Ponsel Baru
FLASH SALE STEP BROTHER
ULANG TAHUN
Part 20 - Belanja
Part 21 - Bogor
Part 22 - Kebun Teh
Part 23 - Les
Part 24 - Berkencan
Part 25 - Liburan
Part 26 - Pasar Malam
Part 27 - Double Date
Part 28 - Tatanan
Part 29 - BBQ
Part 30 - Hotel (1)
Part 30 - Hotel (2)
Part 31 - Nonton
Part 32 - Testpack
Part 33 - Benda Pipih (1)
Part 33 - Benda Pipih (2)
Part 34 - Peringatan
Part 35 - Positif
Part 39 - Bidan
Part 40.1 - Pengakuan

Part 36 - Keputusan

11.5K 433 8
由 iLaDira69

"Atlas, aku udah memutuskan!"

Phoenix sangat gugup. Duduk di pinggir ranjang dengan Atlas berbaring di sampingnya. Laki-laki itu baru bangun, hari-hari dia selalu tidur.

Phoenix sampai overthingking. Atlas memberinya waktu untuk berpikir mengenai kandungannya. Atlas menjauh, tidak pernah lagi ke kamar Phoenix. Phoenix ingin memeluk dan berbincang. Keinginan itu meluap begitu saja karena Atlas hanya sibuk di kamarnya.

"Hem?" Atlas masih serak. Sekali menguap dan memeluk guling. Phoenix cemberut, dia menarik bantal Atlas sehingga laki-laki itu akhirnya bergeser ke pangkuannya.

"Aku mau ...," Phoenix menggantung. "Aku mau membesarkan bayi ini di Jepang bersama kamu." jelas Phoenix sekali tarikan napas.

Atlas terdiam, dia tidak bisa menebak pikiran Phoenix. Pada akhirnya gadis itu mempertahankan kandungnya. Atlas harap-harap cemas, mengira Phoenix akan menyingkirkan bayinya.

"Kamu harus janji jangan tinggalin aku sendiri." Phoenix memohon. "Aku mau ikutin rencana kamu. Aku cuti kalau udah mau lahiran. Kalau orang tua kita datang berkunjung, kita nitipin bayinya sebentar ke daycare."

"Oke," Atlas mengangguk setuju. "Hari ini kamu mual-mual lagi?" Sembari memperbaiki posisinya, Atlas memeluk pinggang Phoenix.

Phoenix membelai wajah Atlas lembut. "Sekali aja tadi pagi."

"Udah makan?"

"Belum," Phoenix menggelengkan kepala.

"Kenapa?"

"Nggak nafsu makan."

"Mau makan apa?"

"Nggak tahu!" Phoenix menggelengkan kepala.

"Makan yuk." ajak Atlas kemudian.

"Pengin makan es krim." Phoenix bergumam manja.

"Makan dulu."

"Nggak mau."

Atlas menghela napas berat. "Nanti bayinya sakit."

"Nggak lapar."

Atlas diam sesaat, dia pun malas gerak. Alhasil, mengajak Phoenix berbaring di sampingnya. Gadis itu menurut dan menjadikan lengan Atlas sebagai bantal.

Berpelukan erat dalam suasana hening. Keduanya memejamkan mata, Atlas kembali tidur. Entah mengapa, sekarang dia sangat sering tidur. Berleha-leha sepanjang hari di kamarnya.

Ketika lapar barulah keluar dari kamarnya. Atau sore hari waktunya beres-beres rumah.

"Udah lapar?" Atlas bertanya serak. Kembali bangun karena Phoenix memeluk lehernya erat dalam tidur. Akhirnya keduanya bangun dan saling berpandangan.

"Hem," Phoenix mengangguk. Pola makannya memang sedikit berubah. Kemarin dia sangat kelaparan sepanjang hari, lalu hari ini sama sekali tidak mau makan apapun.

"Ayo bangun," Atlas menggeliat dan mengambil posisi duduk. Terlebih dahulu ke kamar mandi mencuci wajah, kemudian melanjutkan turun ke bawah.

Atlas mengambil alih pekerjaan Phoenix memasak. Dia suruh gadis itu duduk santai-santai di seberang kitchen set sambil makan es krim.

"Atlas, nanti kalau kita ketahuan gimana?" tanya Phoenix masih penasaran. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nantinya, namun dia juga sangat penasaran.

"Sekarang jangan dulu." Atlas mengingatkan, dia pun tidak sanggup bila ketahuan sekarang.

Phoenix mengangguk ragu, "Aku akan berusaha senormal mungkin."

Atlas mendekat dan mengecup dahinya lembut. Sembari memegang spatula dan memakai apron motif boneka.

"Atlas, kamu masih cinta sama aku, kan?" tanya Phoenix memastikan. Kehamilannya sangat mempengaruhi pikiran. Kerap kali overthingking bila Atlas tidak mencintainya lagi meskipun laki-laki itu menunjukkan perasaannya dan perhatiannya.

"Kita nggak akan sampai di sini kalau aku nggak cinta sama kamu!" Atlas menjawab serius.

Phoenix tersenyum lebar, jantungnya berdebar dan menghangat. Senang sekali dengan pengakuan laki-laki itu.

Selanjutnya, Atlas menyelesaikan pekerjaannya kemudian bersih-bersih dapur. Sembari menunggu orang tua mereka pulang, keduanya bersih-bersih di kamar masing-masing.

Malam setelah memastikan Libra dan Jupiter terlelap di kamarnya. Atlas menyusup ke kamar Phoenix. Atlas menyandar pada ujung ranjang dan Phoenix menyandar manja padanya.

Pengaruh hormon, selain dari posesif gadis itu juga sangat manja. Bersama-sama memperbaharui rencana masa depan. Akan ada bayi di antara keduanya.

"Pastikan kalau mau foto jangan upload yang menyorot perut kamu. Atau bayinya sudah lahir, kita harus perhatikan semua. Jangan sampai Mama dan Papa curiga." Atlas mengingatkan jauh-jauh hari.

"Iya," Phoenix mengangguk menurut.

"Bayinya akan kita bawa kemana-mana. Tapi, kalau kuliah titip ke daycare."

"Atlas, rencana kita bakalan berhasil, kan?" tanya Phoenix kembali ragu.

"Pasti, asal kita bekerja sama."

Phoenix tersenyum. "Adek, maafin Mama sama Papa ya. Untuk sementara waktu, Mama sama Papa terpaksa menyembunyikan kamu dulu dari Nenek sama Kakek." ungkap Phoenix sambil mengelus perutnya. "Sehat-sehat di perut Mama ya? Mama sama Papa sayang adek."

Atlas tersenyum tipis, dia menumpu punggung tangan Phoenix di perut gadis itu. Atlas pun menyayanginya, akan berusaha sekuat tenaga melindungi keduanya.

Apapun yang terjadi di masa depan, Atlas sudah siap konsekuensinya. Atlas hanya ingin sedikit waktu sampai dia benar-benar siap.

"Atlas, aku pengin makan es krim." pinta Phoenix.

"Malam-malam? Ini udah tengah malam."

"Tapi pengin banget." Phoenix merengek manja.

Atlas menarik napas berat. Dia tidak tahu apakah itu baik untuk kesehatan Phoenix dan kandungannya.

"Aku juga pengin jalan-jalan."

"Heum?" Atlas mengerutkan dahi.

"Ayo jalan-jalan."

"Udah malam, Phoenix."

"Tapi aku pengin."

"Nanti kamu masuk angin. Udah malam, Mama dan Papa curiga kita keluar malam-malam."

"Tapi aku pengin banget!" Pandangan Phoenix berembun. Permintaanya hanya sesederhana itu, merasakan embun malam.

"Tapi jangan makan es krim." lontar Atlas memberi kesepakatan.

"Iya. Nanti kita makan warmindo aja di luar."

Atlas mengacak rambutnya. Segera bangun dari tempat tidur dan mengambil jaket gadis itu.

Dia juga pergi ke kamarnya untuk mengambil jaketnya. Mengendap-endap turun ke lantai bawah sambil berpegangan tangan tanpa alas kaki agar tidak menimbulkan atensi.

"Kamu duluan buka pagar." Mereka memakai sandal di teras rumah. Atlas menoleh pada pagar setelah menutup pintu. Phoenix mengangguk dan berjalan semangat. Sedangkan Atlas melanjutkan ke garasi. Mendorong motor pelan-pelan lalu Phoenix menutup pagar.

Phoenix terkikik di belakang Atlas. Merasa lega setelah keluar dari rumah. Permainan menguji adrenalin namun menyenangkan.

"Siap?"

"Iya," Phoenix memeluk perut Atlas erat. Menyandar manja pada bahu laki-laki itu dan tersenyum lebar. "Seru banget!"

Atlas menumpu tangan Phoenix di perutnya. Melaju pelan sehingga beberapa kendaraan melewati keduanya. Phoenix memiringkan wajahnya, mengecup pipi Atlas mesra.

"Warmindo yang depan mau?" tanya Atlas.

"Mau. Tapi kita muter sekali lagi."

Atlas menurut dan mengulum senyum tipis. Berkeliling menikmati malam yang mulai sunyi. Ditemani embusan angin malam yang cukup menusuk saat berkendara seperti ini.

"Atlas, kenapa aku bisa cinta sama kamu?" tanya Phoenix tiba-tiba. Atlas mengerut dahi, menoleh sekilas dan merasakan bibir gadis itu di pipinya.

"Kenapa?"

"Hem, nggak tahu." Phoenix menyengir lebar.

Atlas pura-pura mendengkus sebal. Phoenix mempermainkan dirinya.

"Kalo aku jawab karena kamu baik, kayaknya terlalu mainstream. Kalo aku jawab kamu ganteng, di sekolah banyak yang ganteng. Langit juga ganteng." Ia menjeda sambil berdeham. Phoenix pun bingung mengapa dia bisa mencintai Atlas.

"Kamu nggak punya alasan?" tanya Atlas.

"Aku belum nemu alasannya." Gadis itu mengangguk yakin. "Kamu kenapa bisa cinta sama aku?"

"Aku tertarik."

"Tertarik?" Phoenix membeo. "Tertarik bagian apa?"

"Nggak tahu." Atlas pun bingung untuk spesifiknya. "Mungkin karena kamu manis dan cantik."

"Di sekolah yang banyak yang cantik. Aku nggak merasa cantik." Phoenix mengelak. Baginya dia biasa saja. Tidak ada yang spesial.

Tak urung, wajah Phoenix bersemu. Mengulum senyum tipis tak kuasa menolak jawaban Atlas.

"Sudah sampai," Atlas menyadarkan Phoenix. Mereka berhenti di sebuah warmindo.

Phoenix tidak yakin pilihannya ingin makan warmindo. Namun, aroma yang berasal dari kuali menghantam perutnya. Atlas menggenggam tangannya masuk dan duduk sambil memesan dua porsi Indomie.

Phoenix melirik ke kiri dan kanan. Ada beberapa orang tengah menikmati susu jahe dan Indomie serta kepulan asap rokok.

Berbincang-bincang dan tergelak. Suasana santai tetapi sesekali terdengar geber-geber motor para preman jalanan memekakkan telinga.

Mendapatkan pesanan di depan masing-masing. Gadis itu berbinar-binar seolah mi rebus itu adalah makanan yang paling dia sukai dan sulit ditemukan.

Atlas sedikit kaget. Phoenix menghabiskan makanannya dalam waktu singkat. Sangat menikmati sampai wajah gadis itu ceria berseri-seri.

"Aku kenyang banget." Phoenix bergumam bangga.

Atlas mengulum senyum dan mengusap puncak kepalanya. Gadisnya yang manja seperti bocah. Penakut dan cengeng.

Setengah jam kemudian mereka pulang. Angin malam tidak baik untuk kandungan Phoenix. Sesampainya di depan pagar, Atlas menyuruh Phoenix masuk duluan.

Phoenix menurut dengan patuh. Atlas mematikan mesin dan mendorong motor ke garasi. Memastikan Phoenix lebih dulu masuk dan mengirimkan pesan kalau dia sudah di kamar.

Menutup pintu hati-hati dalam cahaya temaram. Nampaknya aman-aman saja, tidak ada gerakan dari kamar Libra dan Jupiter.

Lelah bekerja seharian di kantor. Saat malam waktunya pulang dan istirahat, tenaga terkuras habis. Esok pagi bangun pagi-pagi kembali dengan rutinitas biasa.

"Atlas, aku pengin makan es krim lagi." pinta Phoenix menatap Atlas dengan mata berkaca-kaca.

"Udah tengah malam, besok lagi ya?" bujuk Atlas. Pun dia sudah mengantuk, berbeda dengan Phoenix yang masih segar.

"Aku pengin banget. Dikit aja, besok dimakan separuhnya."

Atlas tidak kuasa dengan eskpresi yang ditunjukkan gadis itu. Dia segera turun ke lantai bawah mengambil es krim dari lemari pendingin.

Dia akan menyetok beberapa es krim di lemari pendingin kamarnya. Tentu saja hanya sedikit, Atlas tidak memperbolehkan Phoenix memakannya banyak-banyak.

Gadis itu sangat bahagia mendapatkan es krimnya. Merobek plastik kemasan hati-hati lalu menjilat ujungnya.

Senyumnya merekah, Phoenix menyandar lagi pada dada Atlas. Berpelukan nyaman menunggu kantuk.

"Kamu nggak kedinginan makan es krim?" Atlas bertanya sambil menyipit.

"Nggak. Es krim enak." jawab Phoenix menunjukkan bekas gigitannya.

"Besok makan separuhnya," Atlas mengingatkan karena es krim itu sudah hampir habis setengah.

"Aku makan satu boleh? Besoknya baru makan setengah." bujuknya. Lagi-lagi menunjukkan ekspresi lucu dan menggemaskan.

Atlas meringis, menolak untuk iba. Membawa tangan Phoenix ke mulutnya memakan es krim. Dengan begitu, gadisnya tidak lagi sedih maupun merengek menghabiskan es krimnya.

"Enak, kan? Seger banget." Phoenix berbinar-binar. Menunggu Atlas memberikan nilai untuk es krim tersebut.

"Iya," Atlas mengangguk. Sedikit kesusahan karena es krim di mulutnya sangatlah dingin. Menyebabkan sedikit ngilu di gigi.

"Tidur ya?" Atlas memperbaiki posisi mereka. Es krim sudah habis dilahap berdua. Gantian memasukkan ke mulut, Phoenix pun tidak protes, pada akhirnya dia hanya memakan setengah.

"Aku belum ngantuk,"

"Rebahan dulu," Atlas membujuk sabar.

Phoenix mengulum senyum lebar. Memeluk Atlas erat dan menyimpan wajahnya di dada laki-laki itu. Atlas mengecup dahinya, sesekali mengusap puncak kepalanya.

"Atlas, nanti kita di Jepang tidurnya satu kamar ya?"

"Hem," Atlas membenarkan. Di rumah yang ada orang tua saja mereka sering tidur satu kamar. Di Jepang hanya tinggal berdua jauh dari keluarga, tidak mungkin dia buang kesempatan emas itu.

Phoenix senang mendengarnya. Tidak sabar waktu itu tiba. Tidak perlu lagi main kucing-kucingan seperti ini, kapan pun dia ingin memeluk dan mencium Atlas.

***

Jakarta, 05 Mei 2023

Makin repot gak tuh?

Pokoknya Phoenix gak boleh mual-mual di depan Jupiter dan Libra. Kudu tahan dulu sampe mereka pergi!

Selanjutnya baca di Karyakarsa ya.


Langkah-langkah baca duluan di Karyakarsa;

1. Cari Karyakarsa.com di crome atau download aplikasi di AppStore atau play store.

Anti ribet, bisa langsung klik link di bio gue.

2. Bikin akun pake email atau Facebook.

3. Cari username iLaDira69

4. Pilih part yang mau dibaca. Semua karya gue udah di kategorikan sesuai judul semua.

5. Kalo beli dari aplikasi kalian isi koin dulu. Tapi gue saranin kalian beli dari crome aja, ada beberapa metode pembayaran yang tersedia. Kalo dari aplikasi lebih mahal biaya adminnya.

6. Kalo masih bingung cara pembeliannya, kalian ikutin langkah-langkah yang udah gue upload di tiktok. Link ada di bio gue

7. Buat yang tinggal di luar negeri atau yang nggak punya e-wallet seperti gopay, dana, ShopeePay, atau M-banking dan lain-lain.

Kalian boleh kontak ke nomor gue. Beli manual nanti gue kasih voucher buka part setelah pembayaran.

Hubungi ke nomor ini : 0838 9161 7551






Follow tiktok iLaDira69, di sana cerita ini juga dimuat versi lite 🔥

Novel ini sudah tersedia di Playbook, Karyakarsa, NBJ dan bisa beli manual (Transfer)

繼續閱讀

You'll Also Like

1.8M 144K 30
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1M 49.4K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
369K 19.4K 49
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
4.8M 178K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...