Just Like

By noquiyea

134 15 1

Zalika dan Vasco mengalami kecelakaan setelah menemukan rahasia dibalik hubungan antara Reza dan Naya. Zalika... More

1. An Accident
2. Wake Up
4. Just Talking
5. We Don't Know
6. Just Cut it Off
7. Angry

3. We Just

22 2 0
By noquiyea

Benda yang rusak, bisa diperbaiki. Tubuh yang sakit bisa segera sembuh, dan kulit yang terluka bisa kembali seperti semula. Namun, hati yang tersakiti belum tentu bisa kembali mencintai.

Vasco dan Zalika adalah dua orang yang menyadari kondisi itu. Saat dimana perasaan mereka akhirnya menemukan sesuatu yang menyakitkan. Sesuatu yang menggores keyakinan mereka dan menanamkan keraguan. Sesuatu yang akhirnya menimbulkan rasa curiga berkepanjangan dan berujung pada kewaspadaan yang mutlak.

Mengalami dua hal yang akhirnya membuat mereka terluka baik fisik maupun perasaannya. Vasco dan Zalika sama-sama berjuang mengatasi masalah mereka masing-masing. Vasco dengan pengkhianatan yang tak bisa dia maafkan. Dan Zalika dengan lunturnya kepercayaan yang selama ini ia tanamkan.

Sore itu, matahari jingga menerobos memasuki ruangan tempat keduanya berada. Rasanya sunyi, namun tenang dan nyaman. Membuat kedua anak manusia yang tinggal dalam satu ruangan yang sama itu memiliki waktu untuk memikirkan diri sendiri juga rencana mereka kedepan. Mungkin tidak semua, satu demi satu urusan akan berusaha mereka selesaikan dan cari solusinya.

Belakangan sejak berada dalam satu ruangan yang sama dengan Zalika, Vasco mulai merasakan kenyamanan. Tidak ada lagi rasa canggung atau segan pada Zalika maupun keluarganya. Terlebih lagi karena dia tidak memiliki orang yang bisa setia menjaganya seperti yang keluarga Zalika lakukan. Vasco juga mulai dekat dengan Teddy, mereka memiliki ketertarikan yang sama dibidang otomotif. Kalau Vasco menyukai sesuatu yang lebih modern dan sporty, Teddy adalah tipe pecinta sesuatu yang klasik. Mereka bisa membicarakan mengenai otomotif dengan cara yang menyenangkan. Bagi Vasco, rasanya seperti menemukan kakak laki-laki yang ia idamkan.

"Za, Bang Teddy gak ke sini?" Vasco bertanya karena penasaran. Sudah sore menjelang malam dan Zalika dibiarkan sendirian di dalam ruangan bersamanya. Biasanya bunda maupun Bang Teddy akan bergantian menjaga gadis itu. Dan jika sudah agak malam, ayah Zalika akan mampir. Meski sebentar, ia akan datang melihat putrinya itu dan memeriksa keadaannya. Benar-benar tipe keluarga harmonis yang Vasco idamkan.

"Kakak gak ke sini, Vas. Ada rapat sama rekan kerjanya yang dari luar negeri. Karena kakak udah janji mau ajak mereka jalan-jalan kalau mereka berkunjung, jadilah dia sibuk selama beberapa hari ke depan."

"Oh, gitu. Yah, gak bisa ngobrol," keluh Vasco kecewa.

"Kenapa emangnya? Lo kangen sama kakak gue?"

"Iya. Bang Teddy asik banget orangnya. Gue kalau ngomong sama dia suka lupa waktu. Sampai gak sadar kalau dokter udah nyuntik gue beberapa kali."

Zalika tertawa geli. "Yang kapan hari, ya? Yang lo selalu rewel kalo dokter Sonya ngambil darah lo itu?"

Vasco mengangguk membenarkan. "Pas itu gue kan ngobrol sama Bang Teddy. Suntikannya jadi gak berasa."

"Jelas gak berasa, orang lo antusias banget ngobrolnya. Lagipula, kok bisa kalian nyambung? Bang Teddy tuh orang yang susah dideketin, loh. Mas Reza aja sampai sekarang gak bisa akrab kayak lo sama dia."

Vasco mengangkat bahunya ringan. "Mungkin karena hobi kami sama. Terus gue cocok mungkin jadi adek iparnya."

Zalika merotasi matanya dengan malas. Setiap kali berbicara dengan Vasco, ujung-ujungnya pemuda itu akan membalas dengan jawaban seenaknya. Kadang bercanda, kadang aneh, kadang tidak masuk akal. Tapi lucunya, Zalika tidak pernah marah atau kesal padanya.

"Lo emang udah ada rencana buat mutusin Naya?"

Vasco yang tadinya berbaring pun memposisikan tubuhnya untuk bisa duduk bersandar dengan menaikkan sandaran kepalanya. Ia menoleh pada Zalika dan mengamatinya. Kemudian memasang ekspresi jahil yang membuat Zalika balas menatapnya.

"Kenapa lo tanya begitu? Mau ngantri jadi pengganti Naya?"

Zalika berdecak. Ia jadi menyesal karena sudah bertanya demikian pada pemuda yang lebih suka bercanda seperti Vasco ini.

"Dih, nyesel gue nanya sama lo. Lupain deh pertanyaan gue yang tadi."

Vasco tertawa geli. Ia menatap Naya lagi kali ini dengan senyum lebar dan mata yang menyipit lucu. Menurut Zalika, Vasco yang seperti ini mirip seperti anak kucing. Menggemaskan.

"Ih, gitu aja ngambek. Yaudah gue jawab beneran, nih." Vasco terlihat lebih serius sekarang. Wajahnya tenang dan senyumnya sudah luntur. "Gue belum tahu kapan bakal mutusin Naya. Yang jelas, gue gak mungkin serta-merta nuduh dia dan lain-lain. Kita berdua emang lihat kelakuan mereka. Kita cuma lihat tanpa punya bukti yang kuat yang gak bisa mereka bantah. Kita juga belum tahu sejak kapan mereka main dibelakang kita. Dan kita juga belum tahu apa-apa secara jelas sekarang ini."

Vasco tampak sesekali menatap kosong ke depan. Tapi hanya sesaat kemudian sinar matanya kembali. "Jujur gue sedih. Kecewa banget karena gue sayang banget sama Naya. Lo sendiri tahu, gue ngejar dia sejak semester satu. Dan Naya itu cinta pertama gue."

Zalika diam. Ia bisa merasakan ketulusan juga kekecewaan dari ucapan Vasco. Meski mereka tidak dekat dan jarang berbicara satu sama lain, tapi Zalika bisa melihat bahwa Vasco orang yang tulus dan setia. Vasco hanya mengejar Naya saja dan benar-benar menunjukan perasaannya dengan terbuka. Tidak ada mahasiswa di fakultas mereka yang tidak tahu seberapa besar perhatian yang Vasco berikan pada Naya. Bahkan meski beberapa dari mereka menilai Vasco terlalu berlebihan, pemuda itu tidak ambil pusing. Baginya, ia ingin memberikan yang terbaik dan membahagiakan Naya seorang.

"Naya itu bener-bener ngajarin gue banyak hal. Termasuk mengajari gue bahwa seberapa tulus gue ke dia, akan selalu kalah sama niat dia buat mainin perasaan gue. Kemarin itu udah kayak puncak dari semua keanehan yang selama ini Naya tunjukin ke gue. Yang satu per satu kalau gue inget lagi bikin gue sendiri jadi ragu sama sikapnya ke gue. Apakah selama ini dia jadi pacar gue itu tulus atau enggak. Apakah selama ini dia sayang sama gue seperti gue sayang ke dia atau enggak. Gue pun jadi meragukan diri gue sendiri. Tentang perhatian gue ke dia yang mungkin bikin dia gak nyaman. Sampai semua hadiah yang mungkin selama ini kurang buat dia. Sampai dia tega jalan di belakang gue dan bahkan tidur sama tunangan lo." Vasco tertawa miris di akhir kalimatnya. Tawa yang kental akan rasa jengkel, menyesal, juga kecewa yang dalam. "Lo sahabatan sama dia sejak SMP dan tunangan lo tidur sama dia. Kita aja bisa denger kemarin mereka ngomong apa. Rasanya kelewatan gak, sih?"

Zalika tidak bisa mengabaikan fakta itu. Terutama tentang kenyataan bahwa mereka bermain dibelakang Zalika. Dua orang yang sangat ia percayai yang rupanya asik bermain api.

"Gue aja juga bingung, Vas. Hubungan gue bakal dibawa kemana." Zalika membuang napasnya dalam dan Panjang. "Baru selesai mergokin mereka selingkuh. Terus kecelakaan, lalu operasi, sekarang malah kejebak di rumah sakit sama lo. Rasanya takdir lagi mainin gue."

Vasco mengangguk setuju dengan kalimat terakhir Zalika. Meski tidak sepenuhnya benar, mungkin memang takdir sedang membuat scenario yang berbeda untuk dia dan Zalika.

"Gak ada yang nyangka sahabat gue sejak SMP, orang yang bener-bener gue percaya selama ini setelah keluarga gue. Tega dia malah tidur sama tunangan gue sendiri," sekali lagi Zalika menghela napasnya. Kali ini sambil menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Gue cerita semuanya ke dia, Vas. Semuanya tanpa ada yang gue sembunyikan. Tentang perasaan gue, hubungan gue sama Mas Reza. Semuanya, bahkan sampai kekhawatiran yang ke bunda aja gak gue ceritain. Semua gue ceritakan ke dia."

Zalika tidak bisa membendung air matanya lebih lama. Kekecewaan yang ia rasakan sudah sampai pada titik terendah. Ia tidak bisa mempercayai apapun sekarang teruta,a jika itu berhubungan dengan Naya maupun Mas Reza.

"Rasanya gue udah gak punya apa-apa lagi buat bertahan. Naya tahu semua kelemahan gue. Dan dia menyerang itu dengan telak. Dia ngambil sesuatu yang bisa nyakitin gue sampai titik terendah."

"Si Reza itu maksud lo?"

Zalika mengangguk. "Gue udah naksir Mas Reza sejak dia jadi panitia OSPEK waktu itu. Gue bilang ke dia. Dan dia yang bantuin gue deket sama Mas Reza. Dia tahu dari awal sampai akhirnya gue sama Mas Reza tunangan. Sekarang setelah gue lihat sendiri apa yang mereka lakuin, gue gak tahu harus bagaimana. Udah penuh banget kepala gue."

Vasco menghela napasnya. Ikut tidak bisa berkata apa-apa dalam kondisi saat ini.

"Lo ada niatan buat maafin si Reza itu?"

Zalika menggeleng. "Gue gak tahu. Lo dan gue udah sama-sama tahu kelakukan mereka. Penilaian gue ke mereka bahkan ke Mas Reza udah hancur semua. Udah buyar bersama kilasan kejadian malam itu yang kayak nempel diingatan dan gak bisa ilang gitu aja."

"Kalau lo mau memulai semua dari awal sama tunangan lo itu, belum terlambat kayaknya. Lo bisa mulai terbuka dan bahas hal yang-"

"Yang kita lihat waktu itu?" potong Zalika. Gadis itu tersenyum miris lantas menggeleng menunjukan penolakan. "Kayaknya gak perlu. Daripada gue makin sakit hati nanti denger alasan mereka. Mending gue pura-pura bego aja sambil mikir tentang kelanjutan hubungan gue sama dia."

"Jadi ada kemungkinan lo gak lanjutin hubungan sama Reza?"

Zalika diam. Tidak mengiyakan tidak juga menyangkal kemungkinan itu. "Orang kalo sekalinya selingkuh dan nyaman, pasti ada kemungkinan dia bakal ngelakuin hal yang sama di masa depan. Itu menurut gue."

"Kenapa? Bisa aja dia berubah, kan?"

Zalika menggeleng. "Kemungkinannya kecil, kan? Lo gak perlu mencoba nyari hal baiknya di kondisi ini. Kalau Mas Reza itu setia dan teguh sama pendirian, dia gak mungkin tergoda sekalipun si Naya atau bahkan perempuan lain buka baju depan dia. Kalau udah ada niatan sejak awal, dan ada kesempatan. Pasti dia lakuin hal yang sama di masa depan. Karena dia akan belajar dari pengalaman supaya dia gak sampai ketahuan. Satu kebohongan akan muncul untuk menutupi kebohongan lainnya."

Vasco tidak menyangkal. Ucapan Zalika ada benarnya. Jika sejak awal pendiriannya kuat, meski ada kesempatan seharusnya tidak perlu melakukannya. Tidak perlu tergoda sampai terjerumus melakukan zina.

"Ya udah, sekarang kita sama-sama tenang. Pura-pura bego aja. Kalau mau marah ya marah, mau nangis ya nangis, kalaupun kesal sama situasi sekarang yaudah lampiasin aja. Lo berhak memilih, lo juga berhak bahagia. Dan apapun pilihan lo, gue sebagai orang yang di rawat bareng lo hanya akan memberikan dukungan dan doa terbaik." Vasco tersenyum meyakinkan Zalika. Gadis itu pun menoleh padanya. Mengusap pipinya yang basah dan memaksakan seulas senyum.

"Makasi, Vas. Walau lo aneh dan suka gak jelas, setidaknya lo sama gue senasip. Sama-sama jadi korban selingkuh."

[]

Continue Reading

You'll Also Like

17.1M 820K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
718K 4.6K 15
Warning konten 21+ yang masih dibawah umur menjauh. Sebuah short story yang menceritakan gairah panas antara seorang magang dan seorang wakil rakyat...
734K 6.4K 20
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
3.9M 87.3K 54
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...