Biru Menggenggam Hujan

By beliawritingmarathon

19K 4.8K 4.1K

"Hanya karena ingin mengakhiri sebuah rasa, mengapa kita harus berhenti saling sapa?" °°°° Dia Biru Langit S... More

Prolog
01. Ilusi Tentang Cinta
02. Ruang untuk Rasa

3. Payung Teduh

3.1K 801 1K
By beliawritingmarathon

BALIK LAGU SAMA AKU!! PIROW

Oh ya kalian suka gak kalau setiap partnya ada quotes??

Baca part ini pelan-pelan ya pakai hati pokoknya nikmatin alurnya deh ♥♥

JANGAN LUPA VOTE KOMEN YA!!

lagi butuh banget dukungan kalian 😞

SIAP RAMAIKAN KOMENTAR SETIAP PARAGRAF?!!!!

"Aku ingin menjadi payung untukmu berteduh dari hujan, atau sekedar berlindung dari teriknya matahari. Bahkan aku ingin menemanimu sampai pelangimu datang."

~Biru Langit Sabumi~

°°°°°

Pukul 14.00 setelah selesai jam mata kuliah terakhir, Biru tidak langsung pulang karena ingin menunggu Aneira yang masih ada kerja kelompok bersama teman-teman cewek itu. Jadi, Biru memutuskan untuk menunggunya di dalam superblock kampus, yaitu salah satu gedung dua tingkat yang di lantai satunya terdapat, bank, mini game center seperti meja biliard dan koperasi. Lalu pada lantai dua terdapat food court tempat di mana para maha siswa nongkrong bersama.

Di sinilah Biru sekarang, ditemani oleh tugas dan kedua teman tidak warasnya.

Mereka telah berteman sejak kelas 1 SMA, jadi tidak perlu diragukan lagi kedekatannya meskipun terkadang Biru cukup merasa terganggu oleh kerusuhan mereka. Namun, kedua temannya ini selalu bersikap apa adanya. Seperti yang dikatakan Bara waktu itu, jika di kuliah tidak ada yang namanya sahabat sejati. Semuanya akan saling memanfaatkan.

Lebih baik memiliki teman sedikit tapi setia dibanding banyak tapi semuanya bermuka dua.

"Gue belakangan ini lagi stres sampe gue garuk-garuk kepala mulu," ujar cowok yang sedari tadi tidak berhenti bersuara sambil memakan gorengan milik Biru tanpa dosa.

Hayden Agaspati. Walaupun namanya terdengar keren, sayangnya si pemilik nama tidak seperti apa yang dibayangkan. Cowok berambut hitam kecoklatan itu nyatanya sangat pencicilan dan berisik. Pokoknya kalau ketemu pasti tidak bisa diam semenit pun. Berbeda lagi jika bicara soal muka. Menurut Biru, Hayden lumayan tampan jika saja sikap reog-nya dikurangi pasti jauh lebih tampan.

Selanjutnya adalah Jethro Bramantio. Cowok yang satu ini mukanya manis tapi ganteng. Jika dilihat dari fisik, Jethro memanf sempurna tak ada celah. Sifatnya tak jauh berbeda dengan teman satunya, hanya saja dia tidak sebawel Hayden. Namun walaupun begitu, Jethro sudah punya pacar yang Biru tahu adalah adik tingkatnya jurusan ekonomi bisnis.

"Kutuan kali lo." Jethro membalasnya diakhiri dengan kekehan kecil.

"Kutuan ketek lo! Ini tuh gara-gara tugas!" sahut Hayden tidak mau kalah.

"Makanya udah gue bilang kalau lagi liburan jangan healing ke salon hewan." Seketika Jethro langsung tersedak jus jeruknya setelah mendengar lontaran kalimat laknat dari Biru.

"Sialan! Lo pikir gue guguk?!"

Biru menatap datar. "Gue gak bilang lo guguk, tapi monyet."

"Kembar sih," celutuk Jethro yang masih ngakak tak tertolong, membuat Hayden langsung melototi mereka berdua.

Biru yang sadar jika temannya tengah kesal pun segera menepuk pundaknya tak santai. "Canda. Nggak usah baper."

"JANGAN SENTUH AKU, MAS! AKU JIJIQ!"

Teriakan nyaring itu sukses membuat orang-orang yang berada di sana langsung memperhatikan mereka dengan wajah aneh. Sungguh, ini sudah biasa terjadi jika mereka sedang berkumpul bersama. Pasti ada satu waktu tindakan Hayden yang mempermalukan kedua temannya.

"Dulu gue bingung kenapa gue mau temanan sama lo, Den. Padahal lo gila." Jethro geleng-geleng kepala tidak habis pikir. "Kalau lo gimana, Bir? Kenapa mau temenan sama manusia jahanam itu?"

"Emang kita temenan?" balas Biru tanpa menolehkan pandangannya dari laptop.

"Oh jadi gitu kamu, ya, Mas! Aku pikir kita spesial. Aku kecewa!" Hayden menutup hidungnya sambil memasang wajah yang seolah sedang tersakiti.

"Cut, cut!" sambar Jethro. "Kok lo tutupnya hidung sih? Aturan mulut dong bege!"

"Oh iya, ya?"

"Aktor produk gagal," ujar Biru yang membuat Jethro lagi-lagi tergelak.

Hayden mencibir pelan. Lalu tatapannya tak sengaja tertuju pada sebuah brosur yang terselip diantara tumpukan buku milik Biru. Keningnya berkerut bingung sebelum akhirnya dia langsung mengambil brosur tersebut untuk melihatnya.

"Aspire band?" sebut Hayden membacanya, membuat Biru sontak menoleh.

"Itu club baru atau apa?" tanya Jethro ikut melihat ke arah brosur itu.

Biru mengedikkan bahunya asal. "Gue dapet dari kating jurusan DKV. Namanya Rajavas, lo pada kenal nggak?"

"Kayaknya pernah denger deh. Cewek gue pernah ngomongin katanya ganteng. Tapi, emang dia ajak lo gitu?" ujar Jethro.

"Kalau lo pada ikut, gue ikut," ucap Biru sambil menatap ke arah temannya satu persatu, meminta persetujuan.

"Gue kayaknya nggak deh. Kalau audisi gitu harus punya persiapan mau tampil apa, terus kalau gue nggak ada bakat gimana?" tolak Jethro langsung. "Kenapa lo mau ikut?"

Biru terdiam sejenak sebelum menjawab. "Kakek gue dulu pernah jadi anggota band waktu muda, walau nggak terkenal sih. Beliau cerita banyak sama gue tentang musik dan pengalamannya bisa berdiri di atas panggung."

"Dan waktu gue umur 12 tahun, itu tahun di mana gue dan Kakek abisin waktu ngobrol sampai sore sebelum gue gak bisa ngelihat Kakek lagi. Katanya musik itu kehidupan, tanpa musik mental manusia gak bisa selamat dari jahatnya dunia. Itu pesan yang gue ingat sampai sekarang," lanjut Biru sambil mencoba mengingat moment hangat itu mengalir lembut di benaknya.

Jethro mengangguk paham. "Kakek lo hebat banget, ya? Ngefans nih gue."

"Jadi, cita-cita lo berdiri di atas panggung dan ditonton banyak orang?"

Biru menggeleng. "Gue berdiri di panggung dan gue ngebayangin kalau Kakek gue nonton di sana."

"Gue mau ikut," celutuk Hayden yang membuat Biru mau pun Jethro sama-sama menoleh terkejut. Sedangkan Hayden tampak bingung melihat wajah tak percaya sahabatnya.

"Kenapa?"

"Lo serius?" tanya Jethro sekali lagi.

"Ya, iya. Emangnya muka gue kurang meyakinkan?" Hayden balik bertanya sewot.

Hingga beberapa menit kemudian Biru langsung menepuk bahunya karena ikut senang dengan jawaban dari Hayden. Melihat Biru yang tersenyum, membuat Hayden jadi tambah semangat karena dia tahu jika sahabatnya itu sejak dulu memang suka sekali bermain musik. Dan Hayden percaya jika suatu saat nanti Biru akan memiliki kesempatan untuk mewujudkan cita-citanya.

"Gue bakal temenin kalian latihan!" Jethro ikut tersenyum senang karenanya. Kini ketiganya langsung saling merangkul satu sama lain.

"BIRU, BIRUU!!" teriak seseorang yang seketika menyita atensi ketiganya, bahkan lagi-lagi mereka menjadi pusat perhatian banyak orang.

Ternyata itu adalah suara dari Rani, teman satu jurusannya. Cewek itu berlari menghampirinya dengan napas tersengal-sengal seperti habis dikejar gorila, tetapi melihat itu Biru jadi was-was sebab pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Itu.. A-aneira." Rani berusaha mengambil napasnya yang masih terputus-putus akibat lelah berlari.

"Aneira kenapa? Kenapa dia?" Karena panik, Biru segera bangkit dari tempat duduknya sambil menunggu ucapan Rani selanjutnya.

"Berantem sama Kak Windy di deket bike station."

Detik itu juga Biru segera beranjak keluar meninggalkan mereka tanpa memedulikan panggilan dari Hayden dan Jethro yang menahannya untuk tidak pergi dengan emosi. Biru bahkan tak sempat merapikan barang-barang di sana serta laptopnya yang masih dalam keadaan menyala. Semua pikirannya sudah tertuju pada Aneira, takut cewek itu kenapa-kenapa.

Melihat keadaannya sudah ramai, Biru langsung melangkahkan kakinya menerobos kerumunan orang-orang yang tengah berkumpul menyaksikan keributan itu. Rupanya yang sedang bertengkar adalah Windy dan Belva Sahabat Aneira. Di sana juga ada Bara yang sedang berusaha membopong tubuh Aneira dengan kondisi siku kanan dan kedua lututnya yang terluka lecet, membuat rahang Biru mengeras melihatnya

Namun, Biru tidak menghampirinya karena Bara sudah lebih dulu membawa Aneira ke klinik kampus agar segera luka cewek itu diobati.

"Gue nggak sengaja!" ucap Windy tidak mau disalahkan.

"Jelas lo yang salah! Bukannya minta maaf malah nyalahin orang balik!" sahut Belva penuh emosi.

"Kenapa sama Aneira?" tanya Biru seraya menatap nyalang ke arah mereka yang membuat perdebatan keduanya mendadak berhenti.

"Aneira tadi diserempet pake sepeda sama dia sampai lecet, terus udah gitu nggak minta maaf lagi," jelas Belva.

"Calm down. Gue beneran gak sengaja, bukan karena gue mau nabrak dia. Lagian masalahnya dia juga jalan gak lihat kanan-kiri." Windy berusaha memperjelas agar Biru tidak salah paham menangkap penjelasan Belva barusan.

Biru tidak menjawabnya. Cowok itu tidak merubah tatapan tajamnya seolah akan terus mengingat siapa orang yang telah menyebabkan Aneira terluka. Jika orang menilai Biru terlalu lebay, tidak masalah. Cowok itu sangat menjaga sahabatnya karena dia sudah berjanji pada Ayah Aneira untuk menjaga putri semata wayangnya baik-baik.

Derapan langkah kaki Biru terlihat menggebu-gebu menuju klinik kesehatan kampus seiring dengan degupan jantung yang bergolak tak tenang karena takut Aneira-nya terluka.

Begitu sampai di depan pintu ruang klinik, tatapan Biru langsung tertuju pada Aneira yang tengah dituntun naik ke atas brankar oleh Bara. Keduanya terlihat sangat dekat yang membuat Biru mengurungkan niatnya masuk ke dalam.

"Pelan-pelan." Itu suara Bara yang Biru dengar dari balik pintu yang tidak tertutup rapat.

"Bisa gerakin lututnya? Gue kasih obat merah, ya," ucap Bara begitu lembut.

Dengan telanten, Bara membersihkan pinggiran luka Aneira yang masih berdarah. Sementara Biru masih berdiri di depan pintu memperhatikan interaksi keduanya dalam diam.

"Maaf repotin Kak Bara," ucap Aneira yang hanya dibalas oleh senyuman manis dari cowok di depannya.

"Justru gue yang minta maaf karena Windy nabrak lo tadi. Dia baru belajar sepeda makanya suka oleng."

"Iya, nggak pa-pa."

Sesekali Bara juga meniup kecil luka Aneira agar lebih cepat mengering. Hal itu diperhatikan oleh Aneira yang diam-diam mengulum tersenyum tipis karena senang berada sedekat ini dengan cowok yang sudah lama bersemayam di hatinya.

"Uhm.. Kak Bara beneran udah putus sama Kak Windy?" tanya Aneira yang membuat Bara langsung menghentikan gerakannya.

Tak lama setelah itu Bara mengangguk disertai senyuman kecil. "Hubungan itu nggak selamanya mulus, mau dijaga seberapa pun tetap aja ada masalah."

"Tapi kalian masih akrab?"

"Masih temanan kok. Kenapa?"

Aneira menggeleng. "Cuma nanya. Aku takut kak Windy marah karena Kak Bara tadi belain aku di depan dia," ucapnya.

"Nggak pa-pa, Nei. Dia orangnya baik kok jadi nggak perlu khawatir. Lagian udah putus, ngapain cemburu lagi," jelas Bara.

"Eh, gue panggil Biru ke sini, ya?"

"Nggak usah, Kak. Dia lagi kerjain tugas bareng teman-temannya, nanti pasti dia ngomel-ngomel kalau tau."

Bara terkekeh. "Pasti ntar dia tau. Cuma kalau dia lagi sibuk, ya udah nanti aja."

"Oh, ya, Kak. Boleh minta nomor Kak Bara? Aku minta sama Biru nggak dikasih-kasih, pokoknya dia banyak alesan gitu deh, ngeselin." Ucapan Aneira membuat Bara tertawa gemas.

"Birunya marah nggak? Takut, ah."

"Kenapa gitu? Cuma sahabatan doang kok, kenapa harus marah?"

Bara mengerutkan keningnya. "Emang Anei nggak ada perasaan sama Biru? Kalian udah sedekat itu padahal."

"Ya, nggaklah, Kak. Kita udah sama-sama janji nggak boleh lebih dari sahabat. Lagian aku dama Biru nggak cocok, dia terlalu banyak kekang." Aneira langsung mengelaknya.

Entah mengapa kalimat itu seolah menampar Biru saat ini. Cowok itu tersenyum kecut lantaran ada satu sayatan lagi yang berhasil melukai di hatinya. Seharusnya dia tidak boleh ada di sini dan mendengar percakapan mereka. Seharusnya dia tidak usah sekhawatir ini karena sudah ada Bara di sampingnya.

Dan Seharusnya perasaan ini tidak ada.

°°°°°

GIMANA PART INI?!

MULAI APA NIHH COBA KOMEN!!

BAPER APA NYESEK?

Kalian kalau jadi Aneira gimana?

Coba ayo haluu kalian bakal gimana wkwk BIAR GAK SIDER AJAA

PESAN BUAT BARA?

PESAN BUAT BIRU?

PESAN BUAT ANEIRA?

Sebenernya Aneira gak jahat cuma agak kurang pencerahan ajaa 😊😊

SPAM KOMEN BIRU DI SINI!!

MANA LUBY-LUBYNYA?

SPAM 💙💙💙 BUAT AUTHOR BIAR CEPET NEXT!!!

SEE YOU LUBY CANTIKK!

Cantiknya siapa??

Salam sayang Vira Sabumi 🙏

Continue Reading

You'll Also Like

259K 11.8K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.5M 307K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.3M 98.2K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
1.3M 120K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...