PROMO DIPERPANJANG! AYO ORDER SEKARANG, UDAH MAU LEBARANNN
💕Shopee/ig : mowteaslim
💕 WhatsApp: 0896032104731
_______________
Playlist ⏯️ Ku Cinta Nanti (Ashira Zamita)
____________
Bara masih tidak habis pikir darimana istrinya mendapat istilah itu. Bisa-bisanya menjadikan kata budak seks sebagai opsi untuk menggambarkan persyaratan yang ia berikan.
"Kok bisa budak seks loh?" Tanya Bara terkekeh membaca kertas berisikan perjanjian yang istrinya buat. "Coba tolong kunci pintunya dulu."
"Nggak perlu," Tolak Naqiya mentah-mentah. "Bapak cuma tinggal nanda tanganin aja."
"Saya sudah banyak nanda tanganin kontrak, Naqiya, tapi kontrakmu ini yang paling absurd," Ledeknya pada kertas itu. "Apa coba ini? Tidak menyentuh tubuh pihak wanita?"
Bara tertawa sembari mendongak menatap istrinya yang berdiri di depan meja. "Terus kalo nggak nyentuh gimana ceritanya? Ada-ada aja kamu," Pria itu membaca lagi bentuk perjanjian yang dibuat istrinya lagi.
"Ya enggak perlu nyentuh saya 'kan? Pak Bara nggak perlu grepe-grepe saya 'kan?" Protes Naqiya yang menjelaskan maksud poin tersebut.
Kepala Bara yang pening dibuat semakin pening oleh poin-poin aneh di kontrak tersebut. Ada lagi yang lebih membuat Bara mengernyit.
"Pihak lelaki tidak membuka seluruh pakaiannya..." Eja Bara pada poin itu. "Terus resletingnya doang apa gimana ini?"
Naqiya mengangguk, "Iya, buka yang sekiranya penting aja. Nggak perlu dibuka semua."
"Astaga," Gumam Bara. "Naqiya... Naqiya..." Tambahnya sembari memijat keningnya yang terasa berat.
"Pak Bara setuju 'kan?" Tanya gadis itu saat Bara tak kunjung menandatanganinya. "Kalo setuju segera ditandatangani."
"Kalo saya tandatangani, terus saya ingkari, hukumannya apa buat saya?" Tanya Bara. "Dan perlindungan apa yang kamu dapet dari perjanjian ini?"
Ah.
Pertanyaan itu berhasil membuat Naqiya bungkam seketika. Ia tak mampu menjawabnya sama sekali. Memang, ia juga bingung surat itu akan diapakan setelah ditandatangani.
"Kalopun kamu lapor," Ucap Bara. "Perjanjian ini ngarah ke ranjang kita. Ada hakim yang mau ngurus urusan ranjang suami istri?"
Bara berdiri dan mengembalikan surat itu pada istrinya. "Surat ini nggak ada bobotnya," Ucapnya pada Naqiya melongo di sana. "Saya nggak butuh surat perjanjian apapun. Cukup kamu bilang iya untuk semua syarat saya dan ngelakuin sebaik mungkin aja sudah cukup."
Huah!
Naqiya benar-benar sudah berada di ujung jurang. Tak mampu mengatakan apapun selain mengiyakan 'kan?
"Kenapa sih dari sekian banyak laki-laki di bumi aku harus dapet laki-laki mesum?" Gerutu Naqiya yang kesal bukan main. "Mas pikirannya selangkangan doang!"
"Selangkanganmu?" Tanya Bara sembari bersedekap dada. "Jelas."
Tidak tahukan wanita itu seberapa gilanya Bara menahan hasrat selama jauh dari dirinya? Seberapa gilanya pengaruh kecantikan Naqiya pada setiap fantasi seksual yang normal dimiliki tiap lelaki?
"Porno! Dosen mesum bejad!" Maki Naqiya tertahan karena tak ingin mengganggu kenyaman bayinya.
Bara hanya terkekeh dengan kekesalan sang istri. Berkali-kali ia mengingatkan statusnya juga tak ada gunanya kan?
Pria itu tak ambil pusing dengan segala makian yang keluar dari mulut istrinya. Ia berjalan ke arah jendela dan duduk di sofa ruangan itu. "Saya 'kan udah bilang, kalo saya dosen mesum, bejad, kamu udah saya tiduri di situ," tunjuknya pada meja di sebelah Naqiya berdiri.
"Atau di sofa ini kayanya lebih enak."
"Mas Bara!" Pelototan Naqiya menjadi bentuk emosinya yang tidak tertahan. Percayalah, orang emosi kalau mendapat balasan santai seperti ini semakin membuatnya emosi sekali.
Bara mengangkat kedua alisnya, "Atau kamu emang mau nguji saya?" Tanya Bara. "Mau nyoba main di sini?"
[ B A Y I D O S E N K U 2 ]
"Adek kamu udah ngorbanin banyak hal buat keluarga kita, Bang," Gemetar di tubuhnya dapat dilihat oleh tatapan tajam putranya hari ini. Tubuh Ali terlihat lebih kurus dari biasanya. Jelas, bahwa pria itu tidak bahagia mendekam di penjara.
Ali terkekeh, "Harusnya begitu," Ucapnya. "Sekali-kali nggak jadi beban keluarga."
Tsania di seberang Ali menahan emosinya bukan main. Tangannya terkepal dengan mulut mengatup. Tak ingin ada keributan yang terjadi di ruang temu penjara ini.
"Udah cukup 'kan nikmatin hasil kerja keras Abang?" Tanya Ali pada adiknya. "Lanjut sekolah nggak mau, lanjutin bisnis Abah juga nggak cukup otak, emang pantesnya kamu nikah sama kakek-kakek itu."
"Abang!" Tegur Tsania yang hatinya terluka karena ucapan Ali. Memang dirinya enggan melanjutkan pendidikan karena menganggap ayahnya sudah serba ada.
Laila sebagai ibu dari kedua anaknya ini berusaha melerai mereka. "Tsania sudah mulai merintis karir di dunia modelling," Ucapnya. "Dia cantik, penampilannya sempurna."
Mendengar ibunya membela adik tak berguna itu membuat Ali tertawa terbahak-bahak. "Hahaha...." Tawanya. "Model itu nggak cuma badan doang diurus, otak juga diisi. Ya semoga aja nggak jual diri."
"Istighfar kamu, Bang!" Tegur Laila pada putranya yang tidak bisa menjaga kalimatnya itu.
Tsania mulai terisak karena tangisan. Ia sakit hati sekali mendengar Abangnya bicara demikian. Padahal, mati-matian ia menjaga kesuciannya. Ia tak pantas disamakan dengan pelacur murahan seperti Naqiya.
"Ayolah Umma," Ucap Ali. "Apa yang dia kasih buat kita selama ini? Belanja, belanja dan belanja aja isi otaknya. Kosong, dibiayain belajar nolak, karena ngarep dapet suami kaya. Sekarang apa? Perawan tua kamu hah?!"
Saliva Tsania bahkan rasanya sulit untuk ditelan. Seharusnya Abangnya ini sadar diri, bahwa kelakuannya telah menghancurkan nama baik keluarga yang telah dibangun setengah mati oleh orangtuanya.
"Sudahlah, kalau nggak bisa keluarin Abang dari sini, urus aja hidup kalian sama Abah yang sakit-sakitan itu," Timpal Ali. "Bisnis Abah terbengkalai? Nyesel sekarang semuanya dilimpahkan ke Abang?"
Memang benar. Semenjak Ali mendekam di penjara dan Abah mereka sakit-sakitan, bisnis keluarga itu dilanda krisis. Kalau saja para investor menarik investasinya, dijamin sudah luluh lanta sekarang.
"Abang harus keluar, Bang," Tutur Laila pada putranya. Air matanya tanpa sadar mengalir menyadari bahwa keluarga mereka membutuhkan sosok Ali sebagai pewaris bisnis. "Umma akan lakukan apapun buat keluarkan Abang dari sini."
"Ya lakuin, Umma!" Pekik Ali tak bisa mengontrol emosinya. "Jangan cuma janji-janji setiap kesini! Buktiin kalo kalian bukan perempuan-perempuan nggak ada gunanya!"
"Abang!" Bentak Tsania pada Ali yang mulai kurang ajar bertindak terhadap ibu kandungnya sendiri.
Tsania menggandeng tangan ibunya untuk bergegas pergi dari ruangan temu itu. Masih bersyukur mereka berniat baik mengunjunginya, tetapi malah mendapat sambutan busuk dari Ali. Tentu saja hati Tsania tak terima ibunya dimaki-maki begini.
"Apa?!" Pekik Ali lagi. "Memang kalian itu perempuan-perempuan nggak ada gunanya! Hidup cuma bebani laki-laki!"
Ibunya sudah menangis di bahu Tsania, katakan anak mana yang tak berdarah hatinya?
"Oke," Tsania mengangguk dengan mata berkaca-kaca. "Kita bisa hidup tanpa Abang."
"Silakan!"
Tsania berjalan menjauh sembari merangkul ibunya yang masih tersedu dalam tangisan. Namun, sebelum keluar ruangan, Tsania menghentikan langkahnya dan menatap Ali kembali.
"Asal Abang tau, Tsania memang sekarang model," Ucap Tsania pada Ali.
Brak!
Ali menggebrak meja di sana, "Mau model, mau pengemis, mau pelacur sekalipun aku nggak peduli!"
Anggukan Tsania yang semakin sakit hati itu terlihat lagi. "Dan Abang tau sama siapa aku bekerja?" Tanyanya. "Sama Pak Bara. Ya, suaminya Kak Nay, mantan calon istri Abang dulu?"
"Tsania...?" Mata Ali melebar mendengar kenyataan yang keluar dari mulut saudari kandungnya itu. Bagaimana bisa ia bertindak sejauh itu tiba-tiba?
"Jadi," Tsania menjeda kalimatnya, "Kunci Abang buat bebas, sekarang ada Tsania."
[ B A Y I D O S E N K U 2 ]
Antara Tsania, Pak Bara, dan Naqiya di Karyakarsa lagi panas dengan tujuannya masing-masing, kira-kira tujuan siapa yg tercapai?😩
Tujuannya author jawabannya wkwkwk
Baca duluan aja yuk lah, paketan udah TERMASUK CHAP DEWASA! Makanya lebih hematt
💕 Karyakarsa = fridayukht
💕 WhatsApp = 0896032104731
💕 Instagram = fridaywattpad
FRESH BARU UPDATE