STEP BROTHER [17+]

Od iLaDira69

2M 39.6K 1.7K

⚠️🔞 WARNING!! 🔞⚠️ MATURE CONTENT! 17+ Ada adegan dewasa dan bahasa kasar! Sinopsis : Phoenix tidak pernah m... Viac

Prolog
Part 1 - Sekolah
Part 2 - Atap Gedung
Part 3 - Panggilan Malam
Part 4 - Makan Malam
Part 5 - Kejutan
Part 6 - Pulang
Part 7 - Saudara
Part 8 - Rumah Fay
Part 9 - Toilet
Part 10 - Bubar
Part 11 - Kantin
Part 12 - Sweet Seventeen
Part 13 - Tuduhan
Part 14 - Gudang
Part 15 - Damai
Part 16 - Menghindar
Part 17 - Tugas Kelompok
Part 18 - Bath Up
Part 19 - Ponsel Baru
FLASH SALE STEP BROTHER
ULANG TAHUN
Part 20 - Belanja
Part 21 - Bogor
Part 22 - Kebun Teh
Part 23 - Les
Part 24 - Berkencan
Part 25 - Liburan
Part 26 - Pasar Malam
Part 28 - Tatanan
Part 29 - BBQ
Part 30 - Hotel (1)
Part 30 - Hotel (2)
Part 31 - Nonton
Part 32 - Testpack
Part 33 - Benda Pipih (1)
Part 33 - Benda Pipih (2)
Part 34 - Peringatan
Part 35 - Positif
Part 36 - Keputusan
Part 39 - Bidan
Part 40.1 - Pengakuan

Part 27 - Double Date

14.6K 553 22
Od iLaDira69

Phoenix tersenyum lebar dengan bucket hat melindungi kepala dan wajah dari sinar matahari yang mulai menyengat. Sesekali berdecak kagum dan mengayuh air agar perahu transparan yang ditumpanginya berlayar.

Hari berikutnya, mereka mengunjungi sebuah pantai. Libra dan Jupiter berada dalam satu perahu transparan. Sedangkan Phoenix bersama Atlas.

Mereka bekerjasama mendayung supaya perahu tetap pada jalur. Duduk berhadap-hadapan, Phoenix tidak sepenuhnya ikut mendayung. Sesekali dia memutar badannya memandang lautan, sungguh pemandangan yang sangat indah.

Fokus Atlas hanya pada Phoenix. Sesekali dia tersenyum dengan rasa antusias yang berkobar-kobar dalam diri kekasihnya tersebut. Mereka membawa kamera tahan air, jaga-jaga bila perahu transparan itu terbalik.

"Papa, ayo dayung lagi!"

Phoenix dan Atlas menoleh pada orang tua mereka. Libra dan Jupiter ketinggalan cukup jauh di belakang. Mereka juga duduk berhadap-hadapan, Jupiter sibuk memotret istrinya sehingga meskipun gelombang air tenang tetap saja menggeser perahu mereka makin jauh dari anak-anak.

"Papa dayung ke sini," panggil Phoenix sambil melambaikan tangan.

"Papa datang!" Jupiter mendayung semangat. Libra juga ikut menyemangati Jupiter sambil tergelak.

"Mama muter dulu, dayungnya jangan lawan arah sama Papa," Jupiter mengingatkan istrinya. Libra yang tidak pandai mendayung asal saja.

"Berat, Pa!" keluh Libra.

"Yaudah, Mama nggak usah ikut dayung. Biar Papa aja. Kita kejar mereka!" semangat Jupiter berkobar. Mendayung cepat sehingga perahu mereka bergerak lancar.

"Ayo, Pa, semangat!" Phoenix kembali meneriaki sambil melambaikan tangan. Tidak lupa merekam kedua orang tuanya dengan kamera video.

Jupiter sesekali mengangkat dayungnya ke atas, berpose untuk mendapatkan video keren. Begitu juga dengan Libra, melambaikan tangan heboh dan tersenyum lebar.

Phoenix sangat bahagia. Seperti ini rasanya memiliki Papa. Meskipun usianya sudah dewasa, tetapi untuk anak-anaknya akan bertingkah konyol.

Begitu juga dengan Mamanya. Libra terlihat awet muda dan segar. Memiliki seorang suami yang mencintai dirinya menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri Libra.

Bagaikan pasangan muda yang dimabuk cinta. Anak adalah sebagai pelengkap kebahagiaan mereka. Layaknya sahabat, meskipun beda generasi tidak menyurutkan jiwa muda.

Libra tidak mau repot-repot memposisikan dirinya sebagai orang tua monoton. Seperti halnya dalam berpakaian, dia modis tidak kalah dengan putrinya. Libra merasa dirinya tidak setua itu dan cocok mengenakan setelan kaum muda.

"Mama cantik nggak, Sayang?" tanya Libra setelah melakukan pose.

"Cakep banget!" Phoenix memberikan dua jempol. Keduanya tergelak bersama Jupiter, tidak sabar melihat hasilnya.

Atlas ikut tersenyum. Hanya sesekali melirik orang tua mereka. Dia masih fokus pada gadis di depannya tersebut. Bagaimana ekspresi Phoenix tergelak sampai kedua matanya menyipit, bagaimana susunan gigi hingga gusinya sampai terlihat jelas.

Bagaimana dia menghalau sinar matahari dengan telapak tangan diletakkan pada dahi. Kemudian ekspresi serius sampai keningnya berkerut untuk memotret.

Atlas menyukai semua ekspresi itu. Jatuh cinta sedalam-dalamnya pada Phoenix dan mengesampingkan fakta sesungguhnya tentang hubungan mereka.

"Ayo makan dulu. Udah lapar, udah siang." ajak Libra pada anak dan suaminya.

"Yuk, Papa juga udah lapar." Jupiter setuju.

Atlas dan Jupiter mendayung ke dermaga. Sesekali mereka mengobrol sambil tergelak. Tentunya kecuali Atlas yang hanya diam saja.

"Foto dulu, Atlas dan Phoenix ngadep sini." Libra ingin mengabadikan semua momen indah mereka. Begitu mendapatkan ponselnya dari tempat penitipan, segera menyetel kamera. Masa remaja Phoenix dan Atlas tidak datang dua kali, sebentar lagi mereka akan dewasa dan pergi melanjutkan pendidikan.

Selanjutnya, akan sulit berkumpul lagi. Mereka akan sibuk dengan kehidupan masing-masing. Selama berbulan-bulan tidak mudah untuk bertemu lagi.

Di waktu yang singkat ini, Libra ingin mengumpulkan masa-masa indah itu sebanyak-banyaknya. Biarkan saja orang mengatai dia alay atau berlebihan.

Libra ingin suatu saat nanti menunjukkan foto-foto tersebut sebagai kenangan terindah untuk anak-anaknya.

"Iya, senyum!" Libra memotret dengan senyum lebar.

Phoenix juga tersenyum, berdiri rapat dengan Atlas. Di depan orang tua rasanya begitu canggung, Phoenix bahkan menjauhkan kepalanya.

Mengejutkan, Atlas merangkul bahunya dengan senyum lebar hingga memperlihatkan gigi. Phoenix kaget dan menoleh pada laki-laki itu. Mereka berpandangan dan pose itu terekam dalam kamera Libra.

Lalu keduanya sama-sama tersenyum lebar. Phoenix berusaha meredam degupan jantungnya. Dia khawatir Libra mencium ada yang tidak beres di antara keduanya.

Untungnya tidak. Libra justru sangat senang sekali. Dari pandangan positif yang dia miliki, Atlas menyayangi Phoenix. Sudah menerima Libra dan Phoenix dalam hidupnya.

"Papa ikut,"

Jupiter tidak mau kalah dari Atlas. Laki-laki itu memeluk bahu Phoenix dengan sayang. Tersenyum lebar pada kamera, salah satu foto terbaik Jupiter dengan putrinya.

"Ayo rame-rame," Libra menghampiri mereka.

"Nggak jadi makan," Phoenix tergelak.

Mereka berempat berpelukan. Beberapa pose sampai puas. Jupiter memeluk Libra, Atlas memeluk Phoenix. Phoenix pun tidak canggung lagi, memeluk perut Atlas. Laki-laki itu memegang pergelangan tangannya, kemudian meletakkan di atas kepala gadis itu.

"Udah, ayo makan."

Sesi foto selesai. Semua tersenyum bahagia. Mereka memasuki sebuah restoran seafood. Memesan makanan sambil mengecek kembali foto-foto tadi.

"Semua fotonya bagus," kata Libra puas dengan hasil jepretannya.

Libra memberikan pada Phoenix dan Atas di seberang mereka. Keduanya sangat serius dan menggulir foto.

Phoenix ingin mengoleksi fotonya dan Atlas sedang berpelukan. Phoenix juga ingin posting, tetapi dia ragu. Alhasil, dia hanya mengirim ke grup keluarga. Semuanya di kirim, nanti tinggal pilih.

Ponsel Phoenix berdenting. Segera mengecek dan kaget. Atlas memosting foto mereka berdua. Gadis itu menoleh, namun Atlas hanya santai dengan wajah datar.

Phoenix tersenyum lebar. Langsung repost. Kalau Atlas duluan yang posting, Phoenix tidak masalah.

"Phoenix suka banget sama seafood. Sama udang tuh, dihabisin semua." cerita Libra semangat. Pesanan mereka tersaji memenuhi meja.

"Udang terbaik, banyak vitaminnya. Papa juga suka udang, semua pengin Papa habisin."

"Udang emang enak banget kan, Pa?" Phoenix mencari pembelaan dari Jupiter.

"Iya, dong!" Jupiter mengajak Phoenix adu tos. Mereka tos tinggi-tinggi lalu terkekeh senang. Phoenix memiliki teman makan udang sepuasnya. "Atlas juga suka udang."

Phoenix menoleh pada Atlas di sampingnya. Berdeham membenarkan lalu mereka mulai makan.

"Nanti di rumah kita pesta udang. Barbeque di halaman belakang." ajak Jupiter. "Atau pas di rumah Nenek aja di Bogor."

"Mau," Phoenix langsung semangat. Libra tersenyum, dia juga sangat senang melihat putrinya sangat cocok dengan keluarga suaminya. Sekarang bahkan Phoenix dan Jupiter seperti anak dan Papa sesungguhnya.

"Minggu depan ayo ke Bogor!" ajak Libra.

"Ayo!!" Phoenix kembali menjerit semangat.

Libra dan Jupiter sampai tergelak. Phoenix memang benar-benar si bungsu yang semangat.

Phoenix tidak sabar ke rumah Nenek Helen. Nanti dia ikut ke pasar lagi bersama Libra. Bertiga, lalu makan jajanan pasar.

***

Seharian di luar menjelajah alam sangat menyenangkan namun melelahkan. Begitu keluarga itu kembali ke vila, mereka langsung bersih-bersih dan istirahat.

Libra dan Jupiter tidak keluar kamar lagi. Tenaga mereka terkuras habis seharian.

Mereka juga menyewa jetski dan bermain-main sepanjang hari sampai kulit gosong kecoklatan. Tentu saja Phoenix dengan Atlas dan Libra bersama Jupiter.

Umur tak bisa bohong. Jupiter dan Libra yang tidak muda lagi langsung tepar. Berbeda dengan Phoenix dan Atlas. Mereka pergi jalan-jalan malam, sekadar keliling-keliling dan kulineran.

Libra dan Jupiter tidak mempermasalahkan keduanya pergi. Namanya masih muda, memiliki tenaga kuat dan ingin menjelajah banyak tempat.

Atlas memiliki SIM internasional, tidak ada kendala bila menyetir sendiri. Phoenix juga merasa beruntung, mereka tidak perlu repot memikirkan transportasi kemana-mana saat berdua seperti ini.

Mereka menitipkan mobil di tempat parkir dan memutuskan berjalan kaki sambil menikmati lampu-lampu indah yang menerangi kota serta bangunan-bangunan padat.

Phoenix menggandeng lengan Atlas. Kadang laki-laki itu merangkul bahunya. Bebas menunjukkan hubungan mereka di antara orang-orang berlalu lalang. Phoenix dan Atlas sangat antusias, mereka berkencan.

"Ke sana yuk," ajak Phoenix dengan wajah berbinar-binar.

"Ya," Atlas mengangguk setuju. Menuruti semua keinginan Phoenix malam ini, akan membahagiakan gadis itu.

Keduanya bergandengan tangan dan berjalan cepat. Bergabung dengan para orang-orang menyeberang jalan. Phoenix berdecak kagum, mendongak sampai tidak memperhatikan langkahnya.

Atlas menuntun sabar, berapa kali gadis itu nyaris menabrak pengunjung lain. Phoenix tersenyum lebar, mengucapkan terima kasih pada Atlas dan memeluk erat.

Mereka setengah berlari menuju sebuah bangunan. Memasuki lift sambil berpelukan, lebih tepatnya Atlas memeluk dari belakang dan mengecup wajahnya beruntun ketika keduanya berada di dalam tabung besi.

Berpegangan tangan lagi keluar dari lift. Berdiri di atas rooftop, menonton acara lampu dan laser yang berkilau dari gedung seberang sana.

"Cakep banget," gumam Phoenix berdecak kagum.

"Eum," Atlas membenarkan. Memeluk Phoenix dari belakang dan bergerak-gerak, mengecup pipi gadisnya gemas dan Phoenix memiringkan wajahnya untuk membalas kecupan laki-laki tersebut.

Mengeratkan kedua lengannya pada perut Phoenix. Gadis itu menumpu kedua punggung tangannya, memberikan celah untuk Atlas menyimpan dagu pada ceruk leher.

Mereka terpukau pada pertunjukan Symphony of Lights yang terkenal di Hongkong. Warna-warni terang menari-nari menghiasi bangunan gedung tinggi.

Phoenix memutar badannya, mengalungkan kedua lengan pada leher Atlas. Membalas kecupannya dan dahi mereka menyatu. Menggesek-gesekkan hidung lalu tersenyum lebar.

Atlas memindahkan lengan kanannya dari pinggang Phoenix ke leher gadis itu. Membingkai wajahnya dan mengecup ujung hidungnya lembut.

Mereka terkikik, Atlas menaikkan menggeser lengannya pada punggungnya dan Phoenix menyandar di dada. Mereka menoleh kembali pada pertunjukan yang masih berlangsung.

Pemandangan yang sangat indah diterangi lampu-lampu. Sebuah cruise melintas pada danau yang luas. Libra dan Jupiter mereka akan menaikinya besok. Phoenix dan Atlas tidak sabar menantinya. Berkencan di kapal cruise dan menyantap hidangan istimewa.

Phoenix sudah menyiapkan dress untuk besok. Dia sengaja menyembunyikannya dari Atlas. Sebuah kejutan istimewa untuk kekasihnya tersebut.

Phoenix senyum-senyum. Dia penasaran dengan ekspresi Atlas ketika melihat Phoenix mengenakan dress yang khusus dia pesan dua minggu lalu.

"Mau duduk?" tawar Atlas.

"Kotor nggak?"

"Dikit,"

Phoenix mengangguk setuju. Atlas menerima tangan Phoenix membantu duduk. Berdampingan dengan kedua tangan menumpu tubuh di belakang serta kaki selonjoran.

Phoenix tidak lupa merekam pertunjukan dan juga foto mereka berdua. Berlatar lampu-lampu warna-warni dengan beberapa pose.

Phoenix berbaring di pangkuan Atlas sambil melihat-lihat kembali foto mereka. Sedangkan Atlas mengelus-elus kepalanya. Sesekali Atlas tersenyum memandang wajah cantik Phoenix. Gadis itu berbaring nyaman di pangkuannya.

Atlas juga ingin ikut berbaring. Dia mengangkat kepala Phoenix dan merebahkan badannya pada lantai yang dingin. Mereka tak menghiraukannya. Phoenix merapatkan tubuh mereka, menjadikan lengan Atlas sebagai bantal.

Atlas mengambil alih ponsel dan Phoenix memeluk perutnya sambil terkikik. Atlas mengecup dahinya, kemudian menggulir ponsel.

"Laper lagi nggak?" tanya Atlas sembari mengecup dahi Phoenix.

"Eum, dikit lagi."

"Nanti jajan lagi."

"Iya." Phoenix mengangguk setuju. "Di sini bagus banget." gumamnya melanjutkan. Meskipun di kelilingi tembok, mereka masih bisa melihat pancaran lampu-lampu. Lagi pula, ada lampu gedung dan bulan sehingga di sana tidak begitu gelap.

"Ada nyamuk," kata Atlas.

"Nggak pake kaus kaki." Phoenix mengangkat sedikit kakinya.

Atlas mengangkat salah satu kakinya. Menyuruh Phoenix menyembunyikan kedua kakinya di bawahnya, di antara kedua kaki Atlas sehingga gadis itu tidak kedinginan lagi.

Phoenix tertawa kecil, mengeratkan pelukannya di badan Atlas. Laki-laki itu juga merangkum badannya erat, memejamkan mata menikmati waktu berdua.

Mereka sama-sama menginginkan waktu berhenti berputar sejenak. Baik Phoenix maupun Atlas, ingin bermesraan seperti ini sepanjang malam.

Atlas membelai wajah Phoenix lalu mengecup lembut. Gadis itu memejam tanpa penolakan. Atlas menciumnya lagi, lebih dalam dan menuntut.

Phoenix menahan dada Atlas untuk menghentikannya. "Atlas, ada orang?"

"Nggak ada," jawab Atlas sibuk dengan aktivitasnya pada leher Phoenix.

"Jangan ditandai ah,"

Phoenix berusaha menjauhkan wajahnya dari bibir Atlas. Laki-laki itu menghisap di tempat yang sama dengan kuat. Phoenix tidak mau mengambil risiko dengan jejak-jejak yang ditinggalkan Atlas.

"Gemes!" gumam Atlas sedikit menjauh. Kembali mencium bibir Phoenix lalu mereka tersenyum. Tangan kanan Atlas tidak lepas dari balik baju Phoenix. Terlanjur nyaman di dalam sana sambil memainkan perutnya.

Atlas kembali berbaring pada tempat semua, Phoenix pun memiringkan tubuhnya sehingga tangan Atlas berpindah ke punggung gadis itu.

"Ke hotel yuk,"

Phoenix memandang Atlas horor. "Kita nggak bakal ingat pulang kalau ke hotel."

Atlas terkekeh, "Kamu mikir kotor."

"Nggak!" Phoenix mengelak cepat.

"Kenapa kita nggak pulang?"

"Ketiduran."

"Karena apa?"

"Ngantuk. Udah capek seharian jalan." Atlas tertawa. Dia pikir Phoenix akan langsung jujur memikirkan percintaan, ternyata gadis itu cukup cerdik.

Phoenix mencibir sehingga bibir mengerucut dan langsung di cium oleh Atlas.

***

Jakarta, 11 Maret 2023

Aye-aye! Atlas dan Phoenix makin menjadi-jadi nih wkwkwk.

Pinter banget di belakang orang tua.

Spam komen 👉

Baca duluan di Karyakarsa. Sudah ada beberapa paket nih, mau sekalian beli sampe ending juga ada paketnya.
Kalo mau dipecah juga ada. Lengkap!


Novel ini sudah tersedia di Playbook, Karyakarsa, NBJ dan bisa beli manual (Transfer)

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

2.2M 103K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
286K 20.4K 31
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
1M 49.1K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
656K 77.9K 45
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...