Bad Duda [END]

By AloisiaTherin

6M 643K 167K

"Kamu kenapa belum nidurin saya?!" "Maksud bapak apa ya?!" "Ma-maf, maksudnya nidurin anak saya." **** Anya... More

BAD DUDA
PROLOG
s a t u
d u a
t i g a
e m p a t
l i m a
e n a m
t u j u h
d e l a p a n
s e m b i l a n
s e p u l u h
s e b e l a s
d u a b e l a s
t i g a b e l a s d u a
e m p a t b e l a s
l i m a b e l a s
e n a m b e l a s
t u j u h b e l a s
d e l a p a n b e l a s
s e m b i l a n b e l a s
d u a p u l u h
d u a p u l u h s a t u
d u a p u l u h d u a
d u a p u l u h t i g a
d u a p u l u h e m p a t
d u a p u l u h l i m a
d u a p u l u h e n a m
d u a p u l u h t u j u h
D u a p u l u h d e l a p a n
D u a p u l u h s e m b i l a n
T i g a p u l u h
T i g a p u l u h s a t u
T i g a p u l u h d u a
T i g a p u l u h t i g a
Chapter 33 Extra Scene
T i g a p u l u h e m p a t
T i g a p u l u h l i m a
T i g a p u l u h e n a m
Extra Scene - Honeymoon day 2
T i g a p u l u h t u j u
T i g a p u l u h d e l a p a n
T i g a p u l u h s e m b i l a n
E m p a t p u l u h
E m p a t p u l u h s a t u
E m p a t p u l u h d u a

E m p a t p u l u h t i g a (END)

140K 8.8K 794
By AloisiaTherin

Ini adalah chapter terakhir mereka gais!!

So sad berpisah dengan mereka! Tapi aku harap di chapter ini kalian merasa puas ya! Hehe!

Sarga sama Joilin gimana? Gatau, biarkan otak Cici berpikir dahulu. Sksksk

Kesan kalian selama baca ini apa?

Absen disini gais!!

Sedih gak pisah?

🥹🥹🥹

Jamal sudah membuka kedua lengannya lebar, bersiap menyambut pelukan Anya, yang pada akhirnya terjadi juga. Ibaratnya ini tuh kesempatan emas yang hanya terjadi sehidup sekali, dan setelah ini Jamal percaya kalau Anya akan menjadi miliknya seutuhnya dan ia akan mendapatkan pelukan serta ciuman dari gadis idamannya itu.

Anya benar benar mendekapnya erat dengan isak tangis. Kini, Jamal berusaha kembali memanfaatkan keadaan dengan mengecup puncak kepala Anya. Bahkan tangannya dengan mulus mengelus punggung wanita itu.

"Tenang saja, Anya, ada saya. Saya bisa membiayai hidup kamu dan Joilin sampai dengan tua. Pria tidak hanya Bian di dunia ini."

"Diem kamu Mal!" sentak Anya, membuat Jamal akhirnya memilih diam saja dan tidak banyak berbicara.

Anya melepas pelukannya, lalu mengusap air mata yang membasahi wajahnya hingga nampak sembab.

"Aduh, cantik cantik jadi buluk begini gara-gara cowok bajingan model Bian." Jamal mengusap air mata di pipi Anya. Ia menurunkan Joilin dari gendongannya. Pria itu sedikit menundukkan tubuhnya, agar dapat leluasa menenangkan calon istri nya yang sudah ia nanti-nanti.

Tiba-tiba saja Jamal memonyongkan bibirnya ke depan, dengan mata terpejam. Anya masih tidak menyadari apa yang akan di lakukan oleh Jamal, karena ia terlalu fokus dengan perasaan sedihnya saat ini.

Bibir Jamal sudah maju bahkan hampir mengenai pipi milik Anya, sebelum sebuah bogeman mentah mendarat di pipi Jamal.

BUGH!!

"LO APAIN BINI GUE!!"

Anya yang mendengar suara bentakkan bersamaan dengan limbungnya tubuh Jamal ke lantai sontak saja langsung membalikkan tubuhnya. Ia melotot kaget, menemukan Bian nampak marah dengan nafas ngos-ngos an seperti lari marathon.

"Mas Bian?"

Anya bahkan sampai menutup mulutnya karena terkejut dengan kehadiran Bian yang terlalu tiba-tiba.

Bian menarik kuat kerah kemeja yang dikenakan oleh Jamal, hingga pria itu terkekeh melihat Bian yang seperti kesetanan.

"Kenapa Bi? Kok kembali. Saya jadi nggak bisa milikin Anya kan, jadinya." Jamal malah seolah dengan sengaja menarik sumbu emosi milik Bian yang sebentar lagi sudah di pastikan akan meledak.

"Bajingan! Gue tau lo ngincer Anya karena anak gue itu keponakan lo, kan? JAWAB BRENGSEK!" Bian semakin kesetanan seolah dengan sengaja ingin membunuh Jamal di tempat  saat ini juga.

Sedangkan Anya yang mendengar itu menutup mulutnya terkejut mengetahui fakta baru saja. Ia langsung menoleh ke Joilin kecil yang berlari menjauh dari orang yang mulai berkerumun.

Joilin malu mengetahui fakta itu, apalagi di dengar oleh mamahnya, dan disaksikan banyak orang. Ia malu ternyata om Jamal yang ia kira baik ternyata punya rencana di baliknya.

"Mas! Berhenti! Joilin kabur!"

Bian yan mendengar pekikan Anya langsung saja berdiri. Matanya mencari ke arah mana Joilin berlari. Tubuh kecil itu nampak berlarii dan beberapa kali menabrak kaki orang.

"Joilin!" pekik Bian.

Ia tidak peduli dengan keributan yang ia ciptakan. Ia langsung mengejar Joilin yang berlari ke arah jalanan area jemputan.

Anya ikut berlari. Langkahnya tidak sebesar Bian yang mengejar Joilin yang semakin jauh, tapi ia berusaha sekuat tenaga mengimbangi langkah suaminya itu.

"Mas!" Anya mmemekik, ketika Joilin tanpa melihat kanan kiri langsung berlari nyelonong ke jalan.

"Berhenti Joilin!" pekik Bian yang tidak diindahkan oleh Joilin.

BRUK!!

Joilin tidak sengaja terserempet taksi biru yang melintas. Gadis kecil itu terjatuh begitu saja, kepalAnya menghantam aspal jalanan.

"Joilin!" pekik Bian.

Ia langsung berlari menghampiri putrinya yang sudah berceceran darah di bagian kepala. Begitu pula Anya yang berlari hingga menabrak punggung beberapa orang.

Ini semua salahnya. Harusnya ia tidak membawa Joilin ikut kesini, dan semua kejadian ini tidak akan pernah terjadi.

***

Bian menyetir mobil seperti orang kesetanan, sedangkan Anya duduk di bangku belakang dengan berderai air mata. Tubuh lemas Joilin berada di dekapannya. Gadis kecil itu  tidak mengeluarkan suara, nafasnya nampak melemah seiring waktu.

"SHIT!!" Umpat Bian ketika rumah sakit terasa jauh sekali dari bandara.

Anya sudah menangis sesenggukan, sampai kemudian Bian menerobos palang rumah sakit sampai palangnya lepas dari tempatnya.

Tak memperdulikan peringatan dari satpam, Bian langsung memarkirkan mobilnya di depan pintu masuk UGD. Setelah itu ia langsung keluar, membuka pintu mobil belakang dan menggendong putrinya dengan hati-hati.

Bian masih belum mengajak bicara Anya sama sekali. Bahkan beberapa kali ia tidak menanggapi ucapan Anya.

Seorang perawat datang dengan brankar rumah sakit. Bian langsung meletakkan tubuh mungil itu di atasnya. Bian mengantarkan putrinya, sampai dengan pintu UGD tertutup, tidak mengijinkan siapapun masuk kecuali perawat maupun dokter.

Bian tertunduk lemas. Matanya bahkan berkaca-kaca, dan sebentar lagi sepertinya pertahanannya akan pecah.

"Mas," panggil Anya pelan, membuat suaminya menoleh.

"Anya, Joilin, baik-baik aja, kan?" tanyanya dengan begitu lirih.

Bian akan melakukan apapun untuk menyelamatkan putrinya. Ia tidak peduli sekalipun harus bertaruh nyawa.

Anya menggigit bibirnya sembari mengangguk. "Joilin pasti baik baik aja."

Bian menyambut pelukan yang direntangkan oleh Anya. pria itu memeluk tubuh istrinya dengan erat, seolah menyalurkan semua rasa sakit dan takut yang saat ini sedang ia rasakan dengan begitu kuat.

Pria itu masih kuat menangis di dalam pelukan Anya ketika Sarga berlari dengan nafas ngos-ngosan menghampiri mereka.

"Joilin baik baik aja, kan?" pria itu tanpa tau kondisi langsung menanyakan kondisi Joilin.

Bian melepas pelukannya dari tubuh Anya. Wajah pria itu nampak lelah dengan beberapa darah kering yang masih melekat di baju dan badan, membuat Sarga membelalakkan mata.

"Gue harap begitu."

***

"Lo pulang aja dulu, biar gue yang jaga Joilin. Badan lo penuh dengan darah. Gue gak mau Joilin nanti kaget dan ketakutan." Sarga berkata dengan menatap tubuh Joilin yang terbaring lemas di atas kasur rumah sakit dengan berbagai selang yang melekat di tubuh gadis kecil itu.

Bian awalnya menolak, tapi melihat tubuhnya yang begitu mengerikan pada akhirnya membuat dia menuruti apa yang dikatakan oleh Sarga, bahwa sebaiknya dia pulang, membersihkan diri baru kemudian kembali kesini. Apalagi Sarga adalah orang yang bisa ia percaya untuk menjaga Joilin saat ini.

"Kalo Joilin bangun, kabarin, Ga. gue balik dulu." Bian menepuk pundak Sarga.

"Lo istirahat aja dulu, gue bakal telfon lo, kalau Joilin sadar." ucap Sarga, yang membuat hati Bian tenang pada akhirnya.

Bian kemudian menggandeng lengan Anya yang masih nampak lemas. Bahkan wanita itu terlihat sering melamun.

Bian tak melepaskan tautan tangan keduanya. Bahkan sesampainya di parkiran mobil, ia langsung membuka pintu mobil untuk istrinya dan memastikan istrinya duduk dengan nyaman disana.

"Mas," Panggil Anya, ketika Bian sudah menyalakan mesin mobil dan melaju menjauhi area rumah sakit.

"Kita bicara di rumah, kamu butuh istirahat." tutur Bian, membuat Anya mengangguk dan memejamkan matanya.

Selama perjalanan Bian hanya fokus pada perjalanannya, berusaha mengenyahkan segala pikiran buruk supaya mereka bisa sampai di rumah dengan selamat. Sesampainya di teras, Bian langsung menggendong tubuh istrinya ke dalam, berusaha tidak mengganggu tidur sang istri.

Bian pergi ke kamar tamu, supaya lebih dekat. Jujur saja tubuhnya begitu lelah setelah semua hal yang terjadi. setelah memastikan sang istri tertidur dengan nyaman, Bian pergi ke kamar mandi, membilas tubuhnya sampai bersih sebelum mengganti baju sang istri dengan baju bersih dan memasak makan untuk mereka.

***

Anya tersadar ketika ada bunyi panci jatuh. Ia sontak saja kaget ketika tubuhnya sudah berada di kamar yang familiar dengan kaos kebesaran yang membalut tubuhnya.

Ia berjalan keluar, mau melihat siapa yang membuat keributan di dapur. Dilihatnya punggung sang suami yang sedang berkutat di dapur.

Segera saja Anya menghampiri, "Mas, kok nggak bangunin aku?"

Bian menoleh ketika mendengar suara istrinya.

"Mandi dulu, kalo udah, kita makan. Mas mau ngomong."

Suara Bian yang terdengar lembut namun tegas itu berhasil membuat Anya menelan salivanya dengan kuat.

Apa Bian akan mengeksekusinya setelah ini.

***

"Jadi mas nggak mau pergi ke luar negeri ya?"

"Siapa yang bilang?"

"Jamal."

"Ck, bajingan itu memang minta mas lenyapkan dari muka bumi. Bian berdecak kesal, ketika mendengar perkataan istrinya.

"Asal kamu tau, mas seharian penuh cari informasi mengenai bajingan gila itu. Dia tinggal di singapura. Mas memang mau kesana buat nemuin eyang mas disana. Eyang mas itu psikolog, mas butuh eyang. Tapi saat tau kenyatan kalo jamal itu saudara dari papa kandung Joilin, mas langsung berubah pikiran. Tapi apa yang mas temuin? Kamu malah mau di cium cium sama dia!" dumel Bian.

Anya tersenyum kecil. "Mas juga gitu, kenapa langsung emosi."

"Kamu kasihan sama jamal?!"

"Nggak mas,"

"Kamu udah gak cinta sama mas ya? Mas pergi aja, biar dicariin sama kamu."

"Mas!" Anya memutar bola matanya malas mendengar drama Bian barusan.

Tak lama kemudian ponsel Bian berdering. Panggilan dari Sarga masuk. Bian segera mengangkat telepon dan berkata bahwa ia akan kesana secepatnya.

***

Masuk ke dalam kamar rawat inap putrinya, Bian bisa melihat Joilin yang di ajak bercanda oleh Sarga. Pria itu nampak berusaha membuat Joilin tertawa dengan perilaku recehnya.

"Papabi! Mama Nyanya!" panggil Joilin dengan semangat.

Joilin tidak mengalami cedera serius. Gadis kecil itu mengalami robek di kepala dan membutuhkan tiga jahitan dengan beberapa lecet di tubuhnya. Joilin tidak sadar karena rasa shock yang menerjang gadis kecil itu. Malang sekali.

"Hai, anak papabi!" Bian mengecup pipi sang anak manja.

"Hihihi! Geli!" Joilin bergeliat.

"Mas! Nanti Joilin kesakitan!" omel Anya, membuat Bian menghentikan kegiatannya.

"Ga, lo bisa pulang. Biar gue sama bini gue yang gantian jagain Joilin." tutur Bian.

"Eh? Aduh duh duh, paya Joiying pucing cekayi!" Joilin tiba tiba saja memegangi kepalanya. Drama lagi.

Bian geleng geleng kepala melihat tingkat sang putri. Ia lantas menyentil dahi Joilin. "Tidur sana, kata dokter jangan bAnyak gerak. Tapi sama Sarga di ajak gerak mulu!"

Sarga yang mendengar itu lantas terkekeh. Ia kemudian mengusap puncak kepala Joilin dengan gemas.

"Om pulang dulu ya cantik. Ayo bobok, tadi udah makan bubur sedikit kan. Besok om kesini lagi!"

Joilin menampilkan deretan giginya yang kecil dengan senyum lebar. "Cyap om!"

Gadis itu kemudian menarik selimut sampai sebatas dada dan menatap kepergian Sarga dengan senyuman lebar. Joilin jadi tidak sabar menunggu hari esok.

Setelah Sarga keluar dari kamar Joilin, Bian langsung mengelus elus kepala sang putri dengan sayang. Sedangkan Anya mengeluarkan beberapa keperluan Joilin ke atas meja yang berada di dekat kasur tidur Joilin.

"Joilin anak Papabi, papabi sayang sama Joi, jangan sakit kayak gini lagi, sayang. Papabi merasa gagal jadi seorang ayah." tutur Bian dengan lembut sekali.

Joilin membuka matanya, ia menguap, mungkin efek dari obat yang di minum oleh Joilin tadi. "Hoam.. Joiyin juga sayang papabi, dan mama Nyanya.. "

"Dan monyong,"

"Dan om Carlga."

Gumam gadis itu, sebelum kemudian kembali ke alam mimpi.

Sedangkan Bian mengecup puncak kepala anaknya dengan lembut.

Bian menoleh kepada istrinya yang bergerak masuk ke kamar mandi. Pria itu kemudian memastikan bahwa Joilin sudah tertidur lelap dan memastikan bahwa ini bukan waktunya jam dokter berkunjung.

Setelah yakin akan dua hal itu, Bian menahan istrinya yang akan menutup kamar mandi dengan ukuran sedang itu.

"Eh, mas?" Anya mengerutkan dahinya heran, ketika Bian menahan pintu kamar mandi.

"Yang, ikut masuk." kata Bian dengan cengiran lebarnya

"Mau apa?" tanya Anya dengan penuh selidik.

"Mau bikin calon dokter disini." jawab Bian dengan begitu entengnya.

Ini Bian lagi sinting apa gimana sih?!

🔞🔞🔞

-END-

Bagaimana kesan kamu selama baca Bad Duda? Mau tambahan Extra Part di wp?

Komen yg rame rame rame!

Iya, ini ending ya.. selesai.. kalo masih mau lanjut dan kepo mereka ngapain di kamar mandi rumah sakit 🔞🔞 dan Extra Part lainnya, udah ku up di karya karsaaa! 😻😻

Dijamin puas baca Extra Part diatas! Terdiri dari 18 halaman ya!

Extra Part pertama bikin panas dingin banget serius 😫😫

Oiyaaa, cerita ini nggak akan terbit yaaa.. kalian bisa baca semua chapter yang di mau di karya karsa yaaa!

Kalau nggak mau juga gapapa.. kalau masih mau nambah ya di karya karsa aja 😻😻

Oiya, udah baca cerita Cici judulnya Love Letters belom niehhh?! 😻😻

JANGAN SAMPEK KETINGGALAN YA! Updatenya rajin loh disana 😻😻🏃‍♀️🏃‍♀️😙😙

Sebelum berpisah.. Cici mau bilang beribu terimakasih buat kalian.. di bad duda ini Cici sudah bisa dapatkan banyak hal karena kalian 🥹🥹🥹

Makasih banyak.. terimakasih banyak..

Jangan lupa sama Cici ya 😭😭🥹🥹 jangan lupa in Bian Joilin dan Anya..

Cici sayang kalian..

So, satu kata terlahir untuk Cici?

And, good BYE!

See you on Love Letters or cerita Joilin dan Sarga 🫶🏻

Continue Reading

You'll Also Like

382K 36.6K 35
Secuil kisah ajaib bin menarik dari keluarga mapia Papi Rion Kenzo dan Mami Caine Chana beserta tuyul-tuyulnya. YES THIS STORY CONTAIN BXB!
448K 48.9K 96
Sang CEO tampan mahabenar akhirnya mantu di usia yang masih thirty something, satu anggota keluarga baru akhirnya hadir. Tapi pekerjaan rumahnya belu...
1.7K 146 32
"Neng, ati ati loh kalo sahabatan ama cowok pasti ujung ujungnya ad yg nyimpan rasa" Ini tentang persahabatan seorang remaja laki laki dan perempuan...
9.6M 584K 67
"Yang gue suka itu adiknya, tapi kenapa yang nikahin gue malah abangnya?!" - Nacia Kanaya. *** Harusnya hidup Nacia bahagia. Menikah dengan laki-la...