STEP BROTHER [17+]

By iLaDira69

2M 39.6K 1.7K

⚠️🔞 WARNING!! 🔞⚠️ MATURE CONTENT! 17+ Ada adegan dewasa dan bahasa kasar! Sinopsis : Phoenix tidak pernah m... More

Prolog
Part 1 - Sekolah
Part 2 - Atap Gedung
Part 3 - Panggilan Malam
Part 4 - Makan Malam
Part 5 - Kejutan
Part 6 - Pulang
Part 7 - Saudara
Part 8 - Rumah Fay
Part 9 - Toilet
Part 10 - Bubar
Part 11 - Kantin
Part 12 - Sweet Seventeen
Part 13 - Tuduhan
Part 14 - Gudang
Part 15 - Damai
Part 16 - Menghindar
Part 18 - Bath Up
Part 19 - Ponsel Baru
FLASH SALE STEP BROTHER
ULANG TAHUN
Part 20 - Belanja
Part 21 - Bogor
Part 22 - Kebun Teh
Part 23 - Les
Part 24 - Berkencan
Part 25 - Liburan
Part 26 - Pasar Malam
Part 27 - Double Date
Part 28 - Tatanan
Part 29 - BBQ
Part 30 - Hotel (1)
Part 30 - Hotel (2)
Part 31 - Nonton
Part 32 - Testpack
Part 33 - Benda Pipih (1)
Part 33 - Benda Pipih (2)
Part 34 - Peringatan
Part 35 - Positif
Part 36 - Keputusan
Part 39 - Bidan
Part 40.1 - Pengakuan

Part 17 - Tugas Kelompok

47.3K 855 34
By iLaDira69

Karena masih banyak yang bingung cara baca duluan di Karyakarsa. Di sini kalian bisa ikuti langkah-langkahnya.

Langkah-langkah baca duluan di Karyakarsa;

1. Cari Karyakarsa.com di crome atau download aplikasi di AppStore atau play store.

Anti ribet, bisa langsung klik link di bio gue.

2. Bikin akun pake email atau Facebook.

3. Cari username iLaDira69

4. Pilih part yang mau dibaca. Semua karya gue udah di kategorikan sesuai judul semua.

5. Kalo beli dari aplikasi kalian isi koin dulu. Tapi gue saranin kalian beli dari crome aja, ada beberapa metode pembayaran yang tersedia. Kalo dari aplikasi lebih mahal biaya adminnya.

6. Kalo masih bingung cara pembeliannya, kalian ikutin langkah-langkah yang udah gue upload di tiktok. Link ada di bio gue

7. Buat yang tinggal di luar negeri atau yang nggak punya e-wallet seperti gopay, dana, ShopeePay, atau M-banking dan lain-lain.

Kalian boleh kontak ke nomor gue. Beli manual nanti gue kasih voucher buka part setelah pembayaran.

Hubungi ke nomor ini : 0838 9161 7551

🔥🔥🔥

"Lo beneran nggak kenapa-napa?"

Langit mengernyit khawatir pada Phoenix. Pasalnya sejak beberapa hari yang lalu Phoenix berubah menjadi pendiam dan sekarang wajahnya pucat.

"Eum, gue cuma sakit perut bulanan biasa." elak Phoenix sambil tersenyum garing.

"Mau gue anter ke UKS? Gue temenin lo istirahat."

"Nggak usah," Phoenix menolak. "Tiap bulan emang begini, dari sebelum hari pertama perut gue kayak di putar-putar."

"Sakit banget ya?" Langit tak tega.

"Lumayan."

"Gue percaya kalau cewek itu makhluk Tuhan paling kuat."

"Eum?" Phoenix mengerutkan dahi.

"Tiap bulan kesakitan ngeluarin darah."

"Darah kotor."

"Iya, tapi sakit, kan?" Phoenix membenarkan. "Terus hamil, melahirkan, dan paling parah pas menopause. Perempuan itu luar biasa sih!"

Phoenix tersenyum. Sepertinya Langit sangat mengerti perempuan. Baru kali ini Phoenix bertemu laki-laki seperti Langit. Bahkan jarang sekali orang mengatakan perempuan menopause itu paling berat.

Mereka mengobrol ringan sambil berjalan santai ke parkiran. Keduanya memiliki tugas kelompok yang harus dikumpulkan besok.

Hari ini mereka memutuskan pergi ke perpustakaan nasional. Langit yang meminta pada guru untuk menjadikan mereka satu kelompok.

Satu kelas langsung ricuh. Karena dari awal Langit sudah menunjukkan ketertarikannya pada Phoenix. Untungnya tidak ada yang keberatan mereka satu kelompok. Malah bertepuk tangan memberikan dua jempol atas keberanian Langit. Terutama dengan Fay, mendukung mereka paling depan.

Guru berharap semoga Phoenix dan Langit mendapatkan nilai bagus dari tugas tersebut. Tidak memanfaatkan kesempatan itu hanya untuk pendekatan.

Sesampainya di perpustakaan, mereka melakukan registrasi lebih dahulu. Phoenix sudah beberapa kali ke perpustakaan nasional, sedangkan Langit baru kali ini.

Mereka memasuki ruangan buku sejarah. Tugasnya membuat makalah tentang sejarah peradaban dunia. Phoenix merasa beruntung memiliki teman kelompok seperti Langit. Laki-laki itu mengumpulkan beberapa buku sejarah dari beberapa penerbit dan penulis. Phoenix tersenyum lebar, meregangkan badannya sebelum memulai.

Selama beberapa jam mereka sangat serius. Phoenix dan Langit gantian menulis di Macbook. Mendiskusikan kalimat demi kalimat yang dicantumkan dalam makalah. Tidak lupa dengan kutipan para pakar yang tentu saja melalui diskusi.

Menemukan titik terang, Langit mengajak Phoenix mengobrol ringan secara random. Gadis itu menanggapi dengan senang hati, sesekali pandangannya beralih dari layar Macbook ke wajah Langit.

"Habis ini kita makan yuk?"

"Boleh," Phoenix juga merasa lapar. Tidak ada salahnya sekalian makan sebelum pulang.

Langit tersenyum lebar. "Lo suka makan apa?"

"Apa aja. Gue nggak milih-milih makan,"

"Oke!" Langit manggut-manggut.

"Ini gimana? Oke nggak?" Phoenix menunjukkan susunan kalimat yang dia tulis. Phoenix menggeser Macbook ke arah Langit dan memeriksa bersama-sama.

Memperbaiki kalimat yang kurang tepat. Menggulir pelan-pelan dan mendiskusikan sebelum dirubah.

Mereka hanya terpaku dengan tugas sampai tidak menyadari dua orang dengan seragam yang sama seperti keduanya duduk di seberang meja.

Phoenix lebih dulu sadar, jantungnya berdebar kencang dan pelan-pelan mengangkat kepala.

"Atlas, segini cukup nggak?"

"Cukup!"

Benar saja. Dia adalah Atlas saudara Phoenix. Laki-laki yang melecehkan dirinya sampai bolos sekolah.

"Eh, Phoenix?"

Gadis di samping Atlas juga kaget menemukan Phoenix di depan mereka. Langit sedikit bingung dengan situasi sekarang, dia anak pindahan sehingga tidak mengenal keduanya.

"Kalian ada tugas juga?"

"Iya," jawab Phoenix. Setahu Phoenix, gadis itu satu kelas dengan Atlas. Mereka berpapasan berapa kali saat Phoenix menemui Atlas. Sepertinya mereka juga memiliki tugas yang sama.

"Lo kenal mereka? Kita satu sekolahan?" tanya Langit mengerutkan dahi.

"Iya. Lo sekelas sama Phoenix?"

"Kenalin gue Langit. Gue baru pindah bulan lalu." Langit berjabat tangan dengan Lyra juga Atlas.

"Wah, nggak nyangka sih kita ketemu di sini." Lyra setengah terkekeh. Senang bertemu dengan teman satu sekolah. "Udah selesai tugasnya?"

"Dikit lagi. Tinggal revisi."

"Kita juga dikit lagi nih. Tadi di perpustakaan udah kelar sebagian. Tapi bukunya kurang makanya kita lanjut ke sini."

Lyra dan Langit sibuk mengobrol. Sedangkan Phoenix berusaha tidak beradu pandang dengan Atlas. Laki-laki itu memandang Phoenix tajam, memperingati tidak main-main.

Phoenix membasahi bibirnya. Meremas kedua tangan dan pura-pura sibuk dengan Macbook.

Entah apa yang dibicarakan Langit dan Lyra sehingga tiba-tiba mereka sepakat pulang bersama, tentunya makan lebih dulu.

"Gimana, Las? Kita join makan bareng mereka yuk?" tawar Lyra.

"Hem," Atlas berdeham setuju.

Tidak ada yang mengetahui status Atlas dan Phoenix sebagai bersaudara. Sehingga tidak ada yang menyinggung keduanya. Langit sibuk membantu mengerjakan tugas Lyra dan Atlas agar cepat selesai.

Meskipun tugas Phoenix sudah selesai, sengaja tidak menyimpan Macbook. Pura-pura mencari informasi random dari mesin pencarian.

Atlas juga serius mengerjakan tugas dan sesekali melirik Phoenix. Phoenix tiba-tiba menjadi pendiam, hanya sesekali nimbrung ketika ditanya.

Phoenix ingin pulang sendiri. Tetapi tidak berani karena Atlas telah setuju. Akhirnya setelah menyelesaikan tugas, mereka bergegas pergi.

Langit dan Phoenix berjalan di depan. Kadang secara tidak sadar Lyra meninggalkan Atlas di belakang.

Mereka sepakat makan di restoran sebuah mal yang tidak jauh dari Perpustakaan Nasional. Mereka memutuskan berjalan kaki sekalian menikmati angin segar yang berhembus lumayan kencang.

Langit duduk di depan Lyra, sedangkan Phoenix di depan Atlas. Suasana mereka sangat canggung, Phoenix tidak mau menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang pasti tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

"Gue mau tanya nih, sebenarnya Phoenix sama Atlas itu pacaran atau masa pendekatan ya?" tanya Lyra polos.

Phoenix mengangkat kepala kaget. Dia melirik Atlas yang tetap santai di depannya.

"Phoenix sering menemui Atlas. Nemenin basket sampe sore, bawa handuk sama minuman. Perhatian banget sih," gadis itu berdecak iri. "Nggak mungkin cuma temen, kan? Lagian kalian nggak sekelas. Nggak mungkin kenal juga kalo bukan ada sesuatu." Pertanyaan yang menggerogoti perasaan Lyra selama ini. Tiap kali dia bertanya pada Atlas, laki-laki itu tidak pernah mau jujur.

Langit menoleh tidak percaya pada Phoenix. Tiba-tiba dia merasa kecewa karena gadis itu ternyata memiliki hubungan dengan Atlas. Tetapi selama ini membiarkan Langit mendekatinya tanpa canggung.

"Bukan," Phoenix gelagapan. Dia bingung hendak menjawab apa. Posisinya terpojokkan. Tidak ingin mengecewakan Langit, tetapi Atlas sangat berbahaya.

"Terus apa?" Lyra dan Langit menunggu jawaban Phoenix. "Di sini diem-dieman. Tapi di sekolah sering nyamperin. Heran!" tambah Lyra gemas.

"Serius?" Langit bertanya lemah.

Phoenix kembali menoleh pada Atlas meminta bantuan. Namun, laki-laki itu hanya mengangkat bahu.

"Kami ..." Phoenix menjeda. "Kami ... bersaudara," Gadis itu ingin menghilang dari bumi. Tidak memiliki celah selain jujur.

Langit laki-laki yang baik. Phoenix juga ingin lepas dari Atlas. Menyadarkan laki-laki itu bahwa mereka bersaudara dan memiliki batas-batasan.

Phoenix bebas memilih laki-laki mana yang mendekatinya. Phoenix merasa nyaman dengan Langit, dia berharap Atlas mengerti dengan posisinya yang hanya sebagai saudara dan melepaskannya.

"Beneran?" Lyra dan Langit melotot tidak percaya. Mereka kaget tidak menyangka kalau keduanya bersaudara.

Sementara Atlas memandang Phoenix dingin. Juga kaget tidak menyangka gadis itu akan jujur tentang hubungan mereka.

Kalau Langit dan Lyra sudah mengetahui hubungan mereka. Di sekolah Atlas tidak bisa memerintah Phoenix seenaknya. Saudara mana yang memperlakukan adiknya seperti babu?

"Saudara gimana? Kalian nggak mirip!" Lyra tidak percaya. "Kalian juga bukan kembar."

"Orang tua kami menikah." Kepalang jujur, Phoenix melanjutkan.

"Kalian tinggal satu rumah?" Langit sedikit terbata.

"Ya,"

"Pantesan Phoenix nungguin Atlas sampe sore. Pulangnya bareng-bareng ya?" Lyra akhirnya tidak penasaran lagi.

Phoenix membenarkan sedangkan Atlas tetap diam saja di depannya.

Lyra tidak bermaksud menyudutkan Phoenix maupun Atlas. Sungguh, dia hanya penasaran dengan hubungan keduanya. Lagi pula, jika mereka memang bersaudara seperti pada umumnya, mengapa Atlas tidak mau mengaku padanya setiap kali ditanya?

Apa salahnya memang menyuruh adiknya memesan makanan atau minuman? Toh normal-normal saja. Kalau pun Phoenix menungguinya main basket sampai malam, tidak ada yang salah. Mereka pulang ke rumah yang sama dalam satu kendaraan.

Langit menghela napas lega. Dia masih memiliki celah mendekati Phoenix.

***

Atlas berdiam diri di dalam mobil begitu sampai rumah setelah mengantar Lyra pulang. Gadis mulut lebar yang memancing emosi Atlas, untungnya berhasil dia kendalikan.

Setelah selesai makan, Langit mengajak Phoenix pulang bersama. Atlas hanya mengangkat bahu, artinya dia setuju pada Langit mengantar adiknya pulang.

Sekitar sepuluh menit di dalam mobil yang terparkir di garasi. Phoenix pulang di antar ojol, entah apa yang terjadi dengannya dan Langit sehingga Phoenix berakhir pulang sendiri.

Jantung Phoenix berdebar kencang. Dia takut masuk ke rumah, terutama orang tua mereka sedang keluar kota, besok malam baru pulang.

Pulang sekarang atau nanti sama saja. Phoenix terpaksa berbohong pada Langit supaya Atlas tidak marah memberikan alamat rumah mereka.

Phoenix mengatakan masih ada janji dadakan dengan teman-temannya sehingga Langit tidak jadi mengantar pulang. Sebenarnya Langit menawarkan diri mengantar Phoenix kemana saja, tetapi ditolak cepat oleh gadis itu.

Phoenix berjalan hati-hati masuk ke rumah. Dia tidak menyadari Atlas berada di mobil. Dia kaget karena Atlas sudah pulang duluan, mobil saudaranya telah terpakir di garasi. Niat pulang dengan ojol supaya Phoenix sampai duluan.

Menutup pintu dan setengah berlari ke lantai dua. Phoenix sengaja membawa jajanan untuk bekal sampai besok karena dia berencana menutup pintu kamar dengan meja dan lemari agar Atlas tak bisa masuk.

Sayangnya, Atlas mengikuti dari belakang, mencekal tangan Phoenix sebelum masuk ke kamarnya.

"Atlas, lepas!" Phoenix berontak berusaha meloloskan diri. Jajanan dalam paperbag yang dia bawa jatuh berserakan.

Atlas mencengkeram pergelangan tangannya kencang dan membawa ke kamarnya. Mengunci pintu lalu melempar gadis itu ke atas ranjangnya.

"Atlas jangan!" Phoenix menolak disentuh Atlas. "Kita bersaudara, Atlas! Jangan sentuh aku!" gadis itu marah. Atlas tidak mengerti kalau dia sudah ditolak mentah-mentah.

Phoenix tidak mau dimanfaatkan lagi. Phoenix tidak akan membiarkan tubuhnya dikuasai Atlas lagi.

Atlas menggeram marah, dia merobek seragam Phoenix sehingga kancingnya berterbangan.

"Saudara, hah?!" Atlas marah besar. Atlas menekan tubuh Phoenix hingga terlentang. Phoenix tidak mau menerima bibir Atlas di wajahnya. Menggelengkan kepala membuat kesabaran Atlas hilang.

Atlas mengambil baju seragam dan mengikat kedua tangan Phoenix. Gadis itu menjerit dan berusaha meloloskan diri. Atlas menaruh kedua tangannya di atas kepala dan menyeringai.

"Atlas tolong ...," Phoenix meraung, wajahnya basah dan berantakan. "Lepas! Cukup! Aku nggak mau!"

Laki-laki itu bergeser ke arah ujung ranjang dan mengeluarkan sebuah kamera dari laci.

Kembali lagi pada Phoenix sambil menyetel kamera. Menampilkan tubuh Phoenix tergolek tak berdaya di depannya.

"Tebak, gimana kalau gue kirim video ini? Dia masih mau deketin lo lagi?" kekeh Atlas sangat puas.

***

Jakarta, 31 Januari 2023

Silahkan baca selengkapnya di Karyakarsa.

Novel ini sudah ada versi E-book PDF di Playbook, Karyakarsa dan Nih Buat Jajan (NBJ)



Kalian boleh juga mampir ke cerita baru gue.

Continue Reading

You'll Also Like

2.9K 55 1
Area Dewasa! Yang belum cukup umur, bijaklah dalam membaca. 🙏 Niat ingin melanjutkan kuliah di sebuah Universitas ternama, membuat Florine Hillary s...
655K 77.9K 45
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
391K 15.5K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
2.2M 103K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞