Wihh MOWTEASLIM direkomendasiin sm Ners Bulan. Tenang aja InshaAllah aman karna kita udah ngantongin izin dinkes😍
Shopee & ig = mowteaslim
WhatsApp = 0896032104731
_______
Jangan lupa vomment, ku doakan semoga besok dpt kabar bahagia yg selama ini ditunggu2 karna part ini panjang
_______
"Apa, Sayang?" Bincang ibu muda dengan bayinya di bawah remang lampu tidur kamar. Mata bulat Gaza terlihat sempurna dan menggemaskan di sana. "Maaf ya, Mama jemputnya di rumah Njid telat."
Seakan mengerti ucapan ibunya, bayi itu menggeliat dan memainkan kaki serta tangannya sebagai respon atas permintaan maaf Naqiya.
Naqiya mengangguk-anggukan kepalanya, "Iya... Gaza udah kangen Mama ya? Mama juga kangen Gaza," Monolognya mengajak ngobrol bayi kandungnya itu.
Kegemasan bayi Gaza membawa Naqiya menunduk mengecupi pipi gembilnya. Tentu, bayi itu sangat antusias menyentuh rambut Naqiya yang dibiarkan tergerai bebas.
"Yuk, nen, terus bobo ya?" Tanya Naqiya sembari menggendong bayinya agar dapat segera diberikan air susu ibu. "Udah haus ya anak Mama..."
Naqiya masih sangat muda. Usianya sangat belia untuk memiliki seorang anak saat ini. Sementara suaminya, usia Bara sudah sangat matang untuk berkeluarga. Sedikit banyak, Naqiya merasa terbantu memiliki sosok suami seperti Bara.
Meskipun ia masih terbilang muda dan tak ada rencana sama sekali dalam hidupnya untuk menikah dan memiliki anak di usia seperti ini, bukan berarti dirinya boleh menerapkan pola asuh seenaknya. Bukan berarti pula ia tidak mempelajari sistem pola asuh yang baik untuk bayinya sama sekali.
Naqiya punya waktu 9 bulan untuk mempelajari itu semua sebelum akhirnya Gaza lahir di dunia. Ia benar-benar memanfaatkan waktu panjang itu untuk membaca sebanyak-banyaknya buku parenting dan menyimak video-video mengenai pola asuh anak yang baik.
"Sebelum Gaza lahir, rasanya Mama belum siap jadi Ibu sama sekali," Cerita Naqiya sembari mengasihi bayinya. "Tapi akhirnya Mama sadar, kalo Gaza memang bukan bayi yang direncanakan, tapi bukan berarti Gaza anak yang dibiarkan gagal dari pola asuh orangtuanya."
"Apapun itu, Mama sama Papa usahain yang paling baik buat Gaza," Jelas Naqiya bercerita pada anaknya. "Dan kata Jiddah, Gaza juga anak baik, nggak rewel, nggak bikin Jiddah capek."
"Kata Akung Gatot, Gaza ini sampe sifat-sifatnya juga nurun Papa," Timpal Naqiya lagi. "Anteng, nggak rewel, kalem. Gaza nurun Mama dari apanya ya? Mama 'kan suka ngereog," Godanya sembari menoel hidung bayinya itu.
Bayi itu sepertinya sudah mengantuk mendengar celotehan ibunya. Matanya perlahan tertutup dan seiring detik waktu mulai terlelap dalam mimpi indahnya.
"Bismika Allahuma ahya, wa bismika aamuut," Doa Naqiya sembari menidurkan bayinya di babybox yang berada di kamar itu. "Mimpi indah, Sayang."
Setelah memastikan bayinya aman, Naqiya melirik jam di nakas yang sudah menunjukkan pukul 10.30, dimana seharusnya paling malam Bara sudah dalam perjalanan pulang.
Kakinya membawa Naqiya terduduk di ranjang dan berpikir mengenai perkataan sahabatnya beberapa waktu lalu. Semua yang Cantiya katakan memang ada benarnya. Seharusnya ia tak merasa nyaman dan aman dengan sifat pengertian Bara.
Tanpa sama sekali bertanya balik apakah pria itu baik-baik saja?
Dan satu kekhawatiran Naqiya saat ini memang seperti yang sahabatnya katakan. Ia khawatir Bara tak menginginkannya sebesar ini lagi. Seperti makanan yang lama dibiarkan akan basi dengan sendirinya bukan?
Baiklah.
Sembuh itu bukan berpasrah akan detik waktu yang berjalan dengan embel-embel kata 'seiring waktu'. Tapi sembuh itu harus disertai tekad dan niat juga.
Naqiya tidak akan sembuh kalau tak ada tekad dalam dirinya untuk sembuh. Jujur, ia sudah merasa terlalu nyaman dengan keputusan Bara waktu itu. Ia berpikir, Bara tak mungkin melanggar janjinya sendiri.
Namun sekarang.
Semakin membuat kepala Naqiya pening. Kemana Bara menyalurkan semua itu selama ini? Kalau bukan pada dirinya?
Benar kata Cantiya. Kecuali dirinya ingin rumah tangga harmonis tanpa seks di dalamnya. Namun, apakah ada hal seperti itu antara suami istri?
Buru-buru ia berdiri dan membuka paper bag berisi belanjaan yang ia beli di mall besar kota itu tadi. Itu sebabnya Naqiya terlambat menjemput Gaza di rumah Umi Zainab tanpa memberitahu Bara sebelumnya.
Pipinya merona setelah ia melihat apa yang ia beli tadi. Dengan perlahan ia melepas piyama tidurnya dan menggantikan pakaian nyaman itu dengan dress tipis dengan renda cantik menghiasi dadanya.
Astaga...
Entah sudah berapa lama Naqiya tidak memakai pakaian dinas istri seperti ini. Melihat pantulannya saja sudah membuat Naqiya merasa malu, apalagi harus menunjukkan di hadapan suaminya bukan?
(Gambar ada di Karyakarsa/pdf wa, agak tidak senonoh di bagian atasnya)
"Bagus sih, pas, cuma masuk angin ini kalo nggak ditutupin," Gumamnya sebelum mengambil handuk piyama untuk menutupi tubuhnya.
Kakinya beranjak ke arah meja rias untuk memoles sedikit wajahnya agar tampak lebih segar. Naqiya mengambil liptint berwarna merah keunguan dan memakainya sedikit di bagian dalam bibirnya. Dibiarkan liptint itu memberi warna pada bibirnya yang merah muda kepucatan.
"Nggak usah pake bedak kali ya," Gumamnya lagi sembari meletakkan kembali bedak yang ia ambil. Wajahnya sudah glowing dengan skincare malam yang ia kenakan. Ia hanya mengambil eyebrow wax untuk merapikan alisnya.
Sempurna.
Naqiya tampak begitu anggun meskipun tubuhnya masih diselimuti piyama handuk putih. Rambutnya ia catok agar bergelombang di ujung, membuat wajahnya tampak lebih tegas.
"Ya ampun... Kalo gini pede, berasa model haha..." Tuturnya sembari berpose pada cermin. "Tapi di depan Mas Bara nanti KO."
Benar saja, suara gerbang otomatis terbuka disusul dengan suara mesin serta ban mobil yang bergesekan dengan keramik garasi masuk ke telinga Naqiya. Buru-buru wanita muda itu berdiri dan berjalan ke depan.
Tak lain tak bukan adalah suaminya.
Tangannya membuka kunci pintu utama dan berdiri di teras hanya dengan piyama handuk membalut tubuhnya. Ia menghela napas, memberanikan diri menyambut sang suami.
Tak lama setelah Pajero Sport hitam milik Bara sudah terparkir rapi, pria itu lekas turun dan mengunci mobilnya. Saat berbalik, begitu terkejutnya ia mendapati sang istri sudah menyambut di depan pintu.
"Heeeh!" Seru Bara yang langsung sigap melihat sekelilingnya. Khawatir ada orang yang melihat aurat sang istri. "Ngapain, Sayang?" Tanyanya setelah menarik pelan Naqiya agar masuk ke rumah mereka.
Istri jahilnya itu mendongak, "Nggak ngapa-ngapain, aku baru mandi, Mas. Terus Mas Bara pulang, langsung aku tengok siapa yang dateng."
Tumben sekali.
Bara mengangguk-anggukan kepalanya, "Malem-malem kok baru mandi?" Tanyanya pada sang istri. "Wangi banget."
Iya jelas lah! Tujuan Naqiya malam ini adalah menggoda dosen sekaligus suaminya ini. Segala upaya Naqiya coba untuk memancing Bara Adichandra.
"Belum sempet mandi tadi, Mas. Gaza juga baru tidur kok, mangkanya aku baru bisa mandi kalo Gaza udah tidur," Tutur Naqiya berbohong. Jelas-jelas ia mempersiapkan diri untuk disajikan pada sang suami.
Lagi, Bara mengangguk percaya pada istrinya. "Yaudah kalo begitu," Jawabnya. "Mas mau makan dulu boleh? Kerasa laper hehe."
Ah, pas sekali. "Boleh dong," Ucap Naqiya sembari berjalan ke arah Bara untuk mengambil alih tas laptopnya dan meletakkan benda itu di atas meja. Tangannya juga bergerak membuka kancing kemeja Bara bagian atas agar pria itu lebih merasa lega.
Yang aneh adalah, gerakan Naqiya begitu sensual.
Entah Bara yang salah menerjemahkan atau memang Naqiya bertindak demikian.
"Yuk," Ajak Naqiya sembari wanita itu menggandeng tangan suaminya ke arah meja makan. "Aku panasin dulu sebentar ya, Pak Bara."
Pak Bara?
Bara lagi-lagi mengernyit dengan sikap aneh istrinya. Apalagi ini? Apakah Naqiya masih belum bisa mengampuni kesalahannya di kelas saat itu? Mempermalukan istrinya sendiri di depan adik-adik tingkatnya?
Sembari Naqiya menyalakan kompor, Bara memperhatikan istrinya ini semakin lama memang semakin pandai menggodanya. Tanpa Naqiya melakukan apapun juga sudah bisa membuat Bara tergoda.
Contohnya seperti malam ini. Naqiya hanya mengaduk makanan yang sedang dipanaskan itu. Tetapi otak Bara yang mesum menerjemahkannya berbeda. Bagaimana kalau ia memeluk istrinya dari belakang, kemudian ia cumbu bibir ranumnya dan mereka....
Ah, cukup.
Bara hanya menyiksa dirinya sendiri kalau berlarut-larut memikirkan hal itu. Ia sudah berkomitmen tidak akan meminta haknya pada Naqiya selama sang istri belum merasa nyaman.
Mata Bara dibuat melebar kala sang istri membuka tali piyama handuknya perlahan dan melonggarkan bagian pundaknya. Kini Bara dapat melihat pundak mulus istrinya dari belakang.
Astaga, apakah Bara sudah gila? Tidak diberi jatah istri hingga membuatnya berhalusinasi?!
Lebih parahnya, Naqiya menunduk untuk mematikan kompor dengan gerakan pelan cenderung sensual. Bokong indahnya bahkan hampir tak mampu tertutupi oleh piyama handuk itu.
Bara mengucek matanya untuk memastikan dirinya masih waras. Namun, bukannya mendapat jawaban atas kewarasannya, pria itu semakin yakin bahwa dirinya sudah menggila.
Bagaimana tidak?
Halusinasinya semakin parah! Bayangkan saja, kini Naqiya menjatuhkan handuk piyama yang ia kenakan tadi begitu saja. Wanita itu belum membalikkan badannya. Namun, Bara kini mampu melihat dengan jelas pakaian apa yang Naqiya sembunyikan di balik handuk piyama itu.
Astaga... Lingerie!
Naqiya menggunakan baju indah itu di dalam piyamanya?!
"Sa—sayang?" Panggil Bara tergagap tanpa mampu mengedipkan matanya.
[ B A Y I D O S E N K U 2 ]
Paham kan abis ini adegan apa?😊 Kalo ada remaja paling labil yg berhasil ditaklukin Bara itu ya mama nay, follow ig nya @ naqiyaadeeza dia jual daster arab lucu2
⚠️FRESH BARU UPDATE DI KARYAKARSA DAN PDF WA HANYA UNTUK DEWASA⚠️
Karyakarsa = fridayukht
WhatsApp = 0896032104731