STEP BROTHER [17+]

Da iLaDira69

2M 39.6K 1.7K

βš οΈπŸ”ž WARNING!! πŸ”žβš οΈ MATURE CONTENT! 17+ Ada adegan dewasa dan bahasa kasar! Sinopsis : Phoenix tidak pernah m... Altro

Prolog
Part 1 - Sekolah
Part 2 - Atap Gedung
Part 3 - Panggilan Malam
Part 4 - Makan Malam
Part 5 - Kejutan
Part 6 - Pulang
Part 7 - Saudara
Part 8 - Rumah Fay
Part 9 - Toilet
Part 11 - Kantin
Part 12 - Sweet Seventeen
Part 13 - Tuduhan
Part 14 - Gudang
Part 15 - Damai
Part 16 - Menghindar
Part 17 - Tugas Kelompok
Part 18 - Bath Up
Part 19 - Ponsel Baru
FLASH SALE STEP BROTHER
ULANG TAHUN
Part 20 - Belanja
Part 21 - Bogor
Part 22 - Kebun Teh
Part 23 - Les
Part 24 - Berkencan
Part 25 - Liburan
Part 26 - Pasar Malam
Part 27 - Double Date
Part 28 - Tatanan
Part 29 - BBQ
Part 30 - Hotel (1)
Part 30 - Hotel (2)
Part 31 - Nonton
Part 32 - Testpack
Part 33 - Benda Pipih (1)
Part 33 - Benda Pipih (2)
Part 34 - Peringatan
Part 35 - Positif
Part 36 - Keputusan
Part 39 - Bidan
Part 40.1 - Pengakuan

Part 10 - Bubar

66.4K 1.2K 30
Da iLaDira69

Atlas melirik Phoenix di sampingnya. Gadis itu masih menangis. Berusaha meredam sesegukan dan menyeka wajah kasar. Phoenix sangat ketakutan sampai seluruh tubuhnya menggigil.

Atlas mengambil alih kemudi dengan paksa setelah keduanya keluar dari dalam club. Phoenix berjalan sekitar tiga meter di belakang Atlas. Melewati lorong panjang sehingga mereka tidak melewati lautan manusia setengah sadar.

Tangan Phoenix gemetaran membuka pintu mobil sampai kunci di tangannya jatuh. Phoenix tersentak, mundur beberapa langkah menghindari Atlas saat mengambil kunci. Mata Phoenix sembab, wajahnya tegang dan menahan nafas.

"Masuk!" Atlas memerintah.

Phoenix menggeleng. Dia ingin pulang sendiri. Phoenix tidak mau melihat Atlas lagi. Hotelnya tidak aman, Phoenix ingin pindah hotel. Atlas mengetahui di mana dia tinggal. Bisa saja itu hanya alasan saja. Phoenix khawatir bila Atlas akan berbuat jahat.

"Lo masih bisa nyetir, hah?" Atlas malah kembali tersulut emosi.

Phoenix meraung semakin ketakutan. Orang-orang memandang mereka penasaran. Mengira sepasang kekasih tengah berselisih paham.

Atlas mengepalkan tangan dengan wajah mengeras. Dia masih marah dengan kejadian tadi, Atlas kelepasan. Mengapa dia bisa berakhir bersama Rigel? Mengapa gadis itu masih keras kepala saat ini?

"Lo mau mati kecelakaan?" Atlas melanjutkan. "Siapa yang repot kalau lo mati malam ini?"

Gadis itu memandangnya lama. Melirik ke arah jalanan dan pintu parkiran. Sepertinya tidak ada yang bisa dia percaya saat ini. Semua orang di sana setengah sadar. Dia bimbang, tidak yakin sampai dengan selamat. Namun, akhirnya masuk melalui pintu penumpang dan membiarkan Atlas menyetir.

Sepanjang jalan mereka hanya diam. Atlas fokus menyetir, sesekali melirik ke samping dan mencengkeram setir. Sedangkan Phoenix sibuk menangis dan berusaha menenangkan diri.

Atlas mengantarnya ke hotel. Phoenix langsung turun begitu sampai di basemen dan berlari masuk ke tabung lift. Membiarkan kunci mobil masih pada Atlas, Phoenix tidak peduli dengan kendaraan itu lagi. Dia ingin bersembunyi di tempat aman, berlindung dari orang-orang berengsek macam Atlas dan Rigel.

Phoenix tidak fokus sehingga beberapa kali nyaris jatuh terhuyung. Dia juga takut bila Atlas mengejarnya dan melakukan hal tidak senonoh seperti Rigel tadi.

Kejadian Atlas masuk ke kamarnya dan mencekik lehernya kembali terngiang-ngiang. Phoenix semakin parno. Dia laki-laki kasar dan jahat.

Menempelkan kartu akses pada handle pintu dan setelah pintu terbuka, dia langsung masuk dan menjatuhkan tubuhnya pada tempat tidur.

Phoenix meraung. Melampiaskan rasa takut dan amarahnya. Bukan keinginan Phoenix pergi ke tempat laknat itu. Tetapi Phoenix harus merasakan rasa takut yang luar biasa dan membuat seluruh tubuhnya menggigil.

Dia sangat membenci Atlas. Tidak akan memaafkan laki-laki berengsek itu. Semua ini salah Atlas. Dia yang selama ini semena-mena pada Phoenix. Menyudutkan Phoenix. Dia curiga bila Atlas yang mengutus Rigel untuk menyakitinya.

Phoenix meratapi nasibnya yang malang. Merindukan kehidupannya yang normal sebelum bertemu dengan Atlas.

Sementara Atlas di basemen masih terdiam seorang diri. Perasaannya tidak keruan. Masih tercetak jelas bagaimana ekspresi ketakutan di wajah Phoenix karena ulah Rigel.

Dia segera pergi meninggalkan hotel dan kembali ke club. Atlas tidak pernah menyuruh siapapun menyakiti Phoenix. Ini murni kesalahan Rigel, maka laki-laki itu akan merasakan akibatnya.

Sesampainya di club, Atlas mencari Rigel. Marah-marah dan mengacaukan pesta. Memecahkan gelas sehingga suara gadis-gadis di sana menjerit ketakutan.

Pesta bubar. Teman-temannya berusaha menenangkan Atlas dan meminta menjelaskan apa yang sudah terjadi. Mereka kebingungan, beberapa waktu lalu semua masih normal-normal saja.

Mereka mengikuti Atlas keluar dari club setelah mengatasi para penjaga keamanan. Nash dan Sirius memilih diam meninggalkan segudang pertanyaan di benak kawan-kawannya. Karena sekarang yang lebih penting adalah mereka menemukan Atlas dan Rigel sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi

Atlas menemukan Rigel sedang mengobati lukanya di atap club. Dia setengah sadar dan pusing, berapa kali menggelengkan kepala untuk menemukan konsetrasi.

Menyelipkan batang rokok di antara bibirnya yang pecah. Menyalakan pematik dengan hati-hati, kemudian asap tebal mengepul di wajahnya.

Atlas meraih tubuhnya dan memukul membabibuta. Batang rokonya terjatuh dan kena injak Atlas sampai padam. Rigel yang tidak siap jatuh tersungkur dan terhenyak. Tubuhnya belum pulih, sekarang ditambah lagi.

"Atlas, sori!" Rigel meminta ampun. Tidak memiliki tenaga untuk melawan lagi.

"Ampun?" Atlas menyeringai.

"Gue minta maaf!" Rigel berteriak. "Gue nggak sadar! Gue nggak sengaja!"

Atlas mengangkat tubuh Rigel dan meninju wajahnya berkali-kali. Menendang perut dan menyikut punggung. Rigel pasrah, mulutnya pecah dan keluar darah.

"Atlas, gue minta maaf! Gue akan minta maaf sama dia!"

Atlas menyeret badan Rigel dan mendorong pada dinding pembatas bangunan. Kepalanya ditekan ke bawah hingga kaki Rigel menggantung di udara.

"Maaf lo nggak berguna bahkan sampai lo mati!" jawab Atlas dingin. Mencekik leher Rigel dan menekan ke bawah sehingga kedua kakinya tidak berpijak pada lantai.

"Gue nggak mau mati!" Rigel berteriak.

"Atlas!!" Nash dan Sirius berteriak hampir bersamaan. Mereka melotot dan berlari menghampiri keduanya. Berusaha memisahkan Atlas dari Rigel.

"Udah, Atlas!" Nash mengunci kedua tangan Atlas di belakang.

"Tolongin gue! Gue nggak mau mati!" Rigel menangis dengan nafas kasar naik turun. Menggenggam lengan Sirius erat yang membantunya turun.

Tubuh Rigel jatuh ke lantai bersama Sirius di sampingnya. Rigel berbaring tidak berdaya. Antara lega dan sakit. Rigel masih hidup meskipun sudah sekarat.

"Ada apa? Kenapa lo mukulin Rigel?" tanya Nash tegas.

Atlas belum tenang. Nafasnya naik turun kasar. "Mulai sekarang, lo keluar dari klub kita! Lo bukan bagian dari kita!" Atlas memutuskan Rigel dari klub basket sekaligus memutuskan persahabatan. Mengepalkan tangan dan berusaha lepas dari kungkungan Nash. Nash sedang mempertaruhkan seluruh kekuatannya untuk meredam emosi Atlas.

"Kenapa sih? Gel, kenapa?" Nash beralih pada Rigel. "Kenapa Rigel dikeluarkan dari klub kita?"

"Kalian berdua, bicarakan baik-baik. Jangan emosi!" Sirius menambahkan. Dia juga kelelahan setelah berlari naik tangga dan mengangkat badan Rigel.

"Ini salah gue!" Rigel menjawab lirih.

Atlas berhasil lepas dari Nash. Nash berjaga-jaga agar Atlas tidak menyerang Rigel lagi. Menepuk-nepuk bahu laki-laki itu untuk menenangkan dan menjauh dari Rigel.

"Jangan muncul di depan gue lagi!" ancam Atlas tidak main-main.

Nash dan Sirius semakin bingung. Namun, mereka membiarkan Atlas pergi. Nash mendekat pada Rigel dan membantu duduk.

"Ceritakan sekarang!" tuntut Nash. "Dimana Phoenix?"

"Berhubungan sama Phoenix?" tebak Sirius mengerutkan dahi.

Tidak mungkin hanya masalah kecil membuat Atlas semurka ini. Dalam waktu singkat, memutuskan Rigel secara sepihak tanpa kompromi.

Rigel mengangguk lemah. Nash dan Sirius tersentak kaget.

"Lo gila? Udah bosan hidup lo?" tanya Nash terpancing. Pantas saja Atlas sangat marah. Dia berani mengganggu Phoenix, gadis yang hanya bisa dipermainkan oleh Atlas.

Sirius meringis, mengingatkan Nash untuk tidak emosi dan masalah akan bertambah. Bukan waktunya lagi saling menyalahkan sekarang.

"Gue nggak sadar. Gue kelepasan!" Rigel menggeleng, tidak bermaksud membela diri. Rigel hanya ingin pertemanan mereka tidak hancur.

***

Jakarta, 01 Januari 2023

Happy new year!

Baca full part ini di Karyakarya dengan jumlah word 2.200 (Di publish 800 word) dan part 11 sebanyak 1,680an word

Udah ada sampe part 13, tapi belum gue post

Langsung post part 12 & 13 atau nanti-nanti aja dulu?

Akun Karyakarsa : iLaDira69

Note : Login dan beli dari web supaya nggak perlu top up koin. Kalian bisa langsung pilih pembayaran yang tersedia baik e-wallet atau m-banking

Novel ini sudah ada versi E-book PDF di Playbook, Karyakarsa dan Nih Buat Jajan (NBJ)

Continua a leggere

Ti piacerΓ  anche

791K 102K 36
Sebagai putra sulung, Harun diberi warisan politik yang membingungkan. Alih-alih bahagia, ia justru menderita sakit kepala tiada habisnya. Partai ya...
16.4M 640K 37
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
6.4M 328K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
2.5M 268K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...