BUCINABLE 2 ; More Than Home

By tamarabiliskii

1.3M 152K 61.7K

"๐‘๐ข๐ซ๐ข ๐ข๐ญ๐ฎ ๐ฅ๐ž๐›๐ข๐ก ๐๐š๐ซ๐ข ๐ฌ๐ž๐ค๐ž๐๐š๐ซ ๐ญ๐ž๐ฆ๐ฉ๐š๐ญ ๐ฉ๐ฎ๐ฅ๐š๐ง๐ , ๐ค๐š๐ซ๐ž๐ง๐š ๐๐ข๐š ๐ฌ๐ž๐ ๐š๐ฅ... More

Prolog
1. Kilas Balik
2. Kehidupan Baru
3. Ekspektasi
4. Kenangan & Ketakutan
5. Dia Kembali?
6. Kampus Baru
7. Pameran Seni
8. Untuk Manusia Paling Cantik
9. Susu Strawberry untuk Bocil
10. Strawberry Cupcakes
11. Overthinking
12. Pasar Malam Date
13. Bunga Kertas
14. Cantik
16. Move on?
17. Rumah untuk Bertahan
18. Berdamai dengan Masa Lalu
19. Rooftop dan Riri
20. Hari Bersama Bocil
21. Hari Bersama Bocil [2]
22. Project Bersama
23. Promise
24. Bucin
25. Riri dan Lukisan
26. Jealous
VOTE COVER BUCINABLE 2
KUIS BUCINABLE 2
27. Bali dan Kita
28. Complicated
PRE ORDER BUCINABLE 2?
PRE ORDER BUCINABLE 2
29. Hopeless
30. Sadar Diri

15. Project

34.4K 4.2K 2.1K
By tamarabiliskii

Haiii Millow, gimana hari ini?

Kalian lebih suka baca versi chatnya di Instagram atau versi narasi kayak gini di Wattpad?

Aku up lagi kalo vote dan komennya udah 2k yaawww💗💗

15. Project

"Ternyata sembuh gue selama ini cuma pura-pura. Karena obat yang gue butuh sebenarnya cuma kehadiran lo, memiliki lo, lalu terjebak bersama lo, selamanya."

***

Rasanya hampir Gila jika satu hari saja Gala tidak bertemu dengan Riri. Mungkin kalimat itulah yang bisa menggambarkan betapa gilanya Gala di masa lalu. Ya, sebelum hubungan mereka berakhir, memang itulah kenyataannya. Gala hampir tidak pernah bisa jauh-jauh dari Riri. Rasanya Gala selalu ingin bersama cewek itu di mana pun dan apa pun keadaannya.

Namun, berbeda lagi dengan sekarang. Sudah satu bulan ini Gala tidak bertemu dengan Riri. Bahkan pesan-pesannya pun tidak ada yang cewek itu balas.

Apakah sekarang Gala akan mencak-mencak seperti dulu? Marah-marah tidak jelas sampai menjadikan semua orang sasarannya? Tentu saja tidak. Justru cowok itu tetap terlihat tenang. Sampai-sampai membuat ketiga sahabatnya terheran-heran. Terutama Ilham.

"Sumpah! Sumpah! Ini bukan lo, Gal!"

Bukannya Ilham tidak suka melihat Gala berubah menjadi penyabar seperti sekarang. Justru Ilham akan merasa sangat bersyukur jika itu kenyataannya. Hanya saja, ini terlalu aneh.

"Gal, ini beneran lo nggak sih?!"

Ilham masih tidak percaya bahwa cowok dengan wajah santai di hadapannya yang tengah asyik melukis itu benar-benar Gala. Gala Arsenio?! Sahabatnya yang bucinnya di luar nalar itu?!

Ilham mondar-mandir di depan Gala sambil mengacak rambutnya. Persis seperti orang frustasi. Entah frustasi karena apa. Aneh memang. Bukannya yang harusnya frustasi adalah Gala?

Berhenti, untuk kesekian kalinya Ilham menatap Gala heran, sahabatnya ini kesurupan setan yang sabar atau salah makan?

"Lo nggak kesurupan setan sabar, kan, Gal?"

Bruk!

"Auh! Anj--sakit goblok!"

Ilham mengusap kepalanya karena terkena timpukan botol air mineral yang isinya masih tersisa setengah.

Dan kini, pelakunya malah cengengesan di ujung sofa sana. Tidak merasa bersalah sedikit pun atas perbuatannya. "Lagian lo ada-ada aja, Ham. Mana ada kesurupan setan sabar? Gala udah berubah. Dia udah bisa nahan diri. Nahan emosi. Udah bisa sabar. Harusnya lo bangga. Bukan malah nuduh Gala kesurupan."

"Kasihan setannya. Nggak ngapa-ngapain lo fitnah," kekeh Akbar lalu kembali fokus ke game di ponselnya.

Seperti inilah kegiatan mereka di malam hari jika besoknya tidak ada kelas. Berkumpul di markas Drax sambil melakukan kegiatan favorit masing-masing. Bisa dibilang markas Drax ini mereka jadikan sebagai tempat pelarian sejenak dari segala kerumitan yang tengah mereka alami. Karena di sini, tidak akan ada orang yang memarahi mereka. Apa pun yang ingin mereka lakukan, mereka bisa melakukannya sesuka hati. Selama itu bukan hal yang buruk dan merugikan yang lain.

"Sakit pala gue! Anying lo, Bar!" umpat Ilham masih mengusap kepalanya. Biasa. Ilham memang jagonya kalau diminta untuk mendramatisir keadaan. Padahal sebenarnya timpukan Akbar tidak sesakit itu.

"Bukannya nggak suka. Gue masih shock aja sama sikap Gala yang sekarang, Bar. Kayak aneh aja. Aneh banget!"

"Nggak mungkin juga Gala kesurupan," sahut Alan tiba-tiba. "Orang Gala setannya."

Semua orang, termasuk Gala, kini menatap ke arah Alan dengan tatapan terkejut. Namun, tak lama setelahnya mereka menyemburkan tawa. Kecuali Gala. Cowok itu justru melempar satu kuasnya hingga membuat Alan yang tadinya asyik membaca buku di atas karpet harus berdiri untuk menghindar. Takut jika buku bacaannya terkena kuas yang masih terdapat bekas cat.

"Lo cakepan diem, Lan!" Gala mendengus kasar. Memang lebih baik Alan menjadi pendiam saja. Karena kalau cowok itu sudah mengeluarkan suara, yang ada membuat Gala ingin mengajaknya baku hantam. Gala mengalihkan tatapannya pada Ilham dan Akbar.

"Lo berdua!" tunjuk Gala bergantian ke arah mereka menggunakan jari telunjuk. "Udah nggak cakep, nggak bisa diem!"

"Kalau nggak cakep minimal mulut lo nggak bacot!"

"Buset. Ternyata sabarnya cuma buat Riri, Bar. Kalau ke kita mah tetep kayak singa kelaparan," bisik Ilham yang kini sudah duduk di sofa, di samping Akbar.

"Ngomong apa lo?!"

"Lo ganteng, Gal. Jodohnya Riri!" jawab Ilham pasrah. Daripada diterkam Gala hidup-hidup, lebih baik ia mengalah saja.

Gala tersenyum percaya diri. Namun, justru terlihat semakin menyebalkan di mata Ilham, Akbar, juga Alan. "Gue juga tau kalau itu."

"That's right. Riri emang jodoh gue."

***

"Baru pulang?"

Gala menghentikan langkah tepat di depan pintu kamar. Ia berbalik badan. Merasa sedikit terkejut dengan kemunculan Agam yang tiba-tiba. Agam berdiri tak jauh darinya dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

"Iya," angguk Gala pelan.

Jujur, sebenarnya Gala sedikit malas menanggapi pertanyaan Agam. Apalagi sekarang muka cowok itu terlihat sedikit tidak enak. Gala jadi was-was. Sepertinya ada sesuatu yang ingin Agam sampaikan.

"Kenapa, Bang?" tanya Gala memastikan.

Agam berdehem pelan. Cowok berusia dua puluh delapan tahun itu bertanya, "Lo sekarang udah semester 6, kan? Bentar lagi semester 7, terus 8. Gue harap lo bisa lulus tepat waktu."

"Gue usahain," jawab Gala dengan helaan napasnya yang berat. "Tanpa lo kasih tau, gue rasa semua orang juga pengen lulus tepat waktu. Termasuk gue."

Bukannya memang seperti itu? Semua orang juga ingin lulus tepat waktu. Hanya saja, terkadang, waktu yang tepat untuk setiap orang itu berbeda-beda definisinya.

"Makanya gue mau bilang. Berhenti dulu buat habisin waktu lo untuk gambar-gambar kayak gitu. Fokus ke kuliah. Lagian setelah lulus, lo yang akan lanjutin bisnis bokap lo. Jadi gambar-gambar kayak gitu nggak akan berguna nantinya."

"Gue nggak ngelarang hobi lo. Tapi gue cuma mau, lo bisa nempatin dengan benar, apa yang harusnya menjadi prioritas lo," tambah Agam.

Gala menatap dua kanvas berukuran 30×30 cm di tangannya dengan tatapan pasrah. Lalu beralih menatap Agam dengan anggukan pelan. "Iya."

Karena malas berdebat, lebih baik Gala iyakan saja apapun yang Agam katakan. Meski sebenarnya, jauh dari lubuk hatinya, Gala ingin memprotes ucapan Agam yang menurutnya terlalu menuntut.

Selama ini, semenjak 2 tahun lalu, Agam memang tidak pernah lagi menuntut Gala untuk melakukan ini dan itu. Terakhir kali Agam menuntut banyak hal yang katanya demi masa depannya yang lebih baik adalah ketika ia masih SMA. Tepatnya setelah kepergian ayah dan ibu tirinya dan sebelum hubungannya dengan Riri berakhir.

Selepas itu, Agam memang selalu bersikap suportif. Tidak pernah lagi membebani Gala dengan banyaknya tuntutan dan ekspektasi. Membiarkan Gala sembuh terlebih dahulu dengan melakukan segala hal yang ingin Gala lakukan. Sampai dirasa keadaan Gala membaik seperti sekarang.

Gala meletakkan dua kanvasnya yang tergambar lukisan abstrak, hasil coret-coretannya saat di markas Drax tadi di sebelah meja belajar. Ia melepas sepatu dan juga jaket jeansnya. Lantas berjalan ke balkon kamar sambil membawa ponsel.

Gala Duduk di kursi yang ada di balkon. Hanya diam tak melakukan apa-apa. Beberapa kali ia juga sempat mengecek ponsel. Melihat dan memastikan apakah pesannya mendapatkan balasan dari Riri atau tidak. Dan ternyata, masih sama seperti hari-hari kemarin. Tidak ada balasan apa pun dari Riri.

Menghela napas, Gala mengeluarkan satu bungkus rokok dari saku celananya. Ia mengambil satu batang olahan tembakau itu dan mulai menyesapnya perlahan.

Meski terlihat tenang di hadapan sahabat-sahabatnya, bukan berarti Gala biasa saja ketika tidak ada kabar dari Riri seperti ini. Gala juga merasa gelisah, cemas, sedih, khawatir, bahkan overthinking. Namun, selama ia tahu keadaan Riri baik-baik saja, Gala tidak akan mempermasalahkan jika cewek itu memang sengaja memberi sedikit jarak untuknya.

Satu bulan ini Gala selalu berusaha berpikir positif. Barangkali Riri memang sedang tidak mau diganggu. Sedang sibuk dengan kuliah dan tugas-tugasnya yang berat. Atau, sedang banyak hal yang harus cewek itu kerjakan.

Kemarin Gala juga sempat bertanya pada Nenda mengenai keadaan Riri. Kata Nenda, Riri baik-baik saja dan tetap masuk kuliah seperti biasa. Hal itu cukup membuat Gala merasa lega.

Gala juga sengaja tidak bertanya lebih lanjut pada Nenda alasan apa yang membuat Riri tidak mau mengabarinya atau sekedar membalas pesannya dengan satu kata. Karena bagi Gala, mendengar kabar jika Riri baik-baik saja, itu sudah lebih dari kata cukup untuknya.

Terlalu naif memang. Tapi apa boleh buat? Gala sudah berjanji dengan dirinya sendiri, jika ia tidak mau membuat Riri merasa tidak nyaman dengan kehadirannya. Gala akan tetap keras kepala untuk memperjuangkan Riri. Namun, tidak dengan cara yang membuat cewek itu risih. Simpelnya Gala akan memperjuangkan Riri dengan cara yang lebih elegan.

"Kangen." Gala tertawa kecil saat tangannya menggulir beberapa foto Riri yang ada di galeri ponsel. "Dulu kalau kangen bisa peluk orangnya. Sekarang kalau kangen cuma bisa inget kenangannya."

Lagi-lagi Gala tertawa pelan. Menertawakan dirinya sendiri. Aneh, ya? Hampir tidak percaya. Rasanya dulu ia yang sebucin dan sepemarah itu, sekarang bisa menjadi sesabar dan setenang ini menghadapi situasi yang sebenarnya cukup menguras emosi.

"Ternyata sembuh gue selama ini cuma pura-pura. Karena obat yang gue butuh sebenarnya cuma kehadiran lo, memiliki lo, lalu terjebak bersama lo, selamanya."

"Lo pake pelet apa sih sampai gue segila ini?" tanya Gala entah pada siapa. "Gue beneran bisa gila kalau kayak gini terus, bocil. Satu bulan itu nggak sebentar. Dan gue nggak tau bisa nahan sabar gue buat nggak komunikasi sama lo berapa lama lagi?"

Gala memejamkan matanya sejenak. Lalu membukanya lagi. "Gue beneran takut. Takut gue kalah sama perasaan gila gue ini. Takut kalap dan punya niat buat culik lo, terus bawa lo buat nikah lari."

Gala tertawa setelahnya. "Nggak lah anjir. Nikah lari, nikah lari, gue aja belum ada kerjaan. Emang lo mau gue kasih makan rumput sama batu?"

"Goblok! Makan kata cinta dan sayang aja nggak akan bikin bocil lo kenyang, Gal!"

Gala memukul kepalanya sendiri. Persis seperti orang yang tengah memarahi orang lain. Padahal yang sebenarnya terjadi, Gala sedang memarahi dirinya sendiri yang sempat mempunyai pemikiran sedangkal itu.

Mana mungkin ia tega menculik Riri dan membawa cewek itu kabur untuk nikah lari? Pekerjaan saja ia belum ada. Bukannya membuat Riri bahagia, yang ada Riri justru akan sengsara. Dan Gala tidak mau sampai hal itu terjadi. Gala tidak mau menjadi egois dan pengecut. Lagi pula Gala juga tidak sebodoh itu sekarang.

Ting!

Satu notifikasi masuk. Membuat Gala cepat-cepat memeriksa ponselnya. Awalnya Gala kira itu adalah notifikasi pesan masuk dari Riri. Gala sudah semangat empat lima saat membukanya. Sayangnya, bukan. Ternyata itu adalah notifikasi pesan masuk dari orang yang tidak Gala harapkan sama sekali. Dari Caca, tetangga Ilham yang kemarin sempat ia temui di taman.

Gala tahu nomor Caca bukan karena Gala sengaja menyimpannya. Tapi waktu itu Ilham memang pernah meminjam ponselnya untuk menghubungi Caca. Jadi waktu itu Ilham sendiri yang menyimpan nomor Caca di ponsel Gala.

Cacanya Ilham : Halo, Kak Gala! Kak, aku ganggu nggak, ya? Hehe maaf ya Kak ngechat tengah malem gini, soalnya aku baru inget. Aku mau nanya sesuatu. Aku lihat lukisan Kak Gala kemarin bagus banget. Kira-kira Kak Gala mau nggak kalau ada tawaran project?

Lanjut???!!!

Oh yaaa, kalian jugaa harus baca Bucinable 2 versi au instagram yaa (versi chat gituu) langsung ke instagram aku @tamarabiliskii dan liat sorotan yang judulnya "Bucinable 2"

Pesan buat gamet?

Pesan buat bocil?

Pesan buat siapa ajaa?

Spam disini!!! Semakin banyak yg komen dan vote semakin cepet juga up nya.

Spam komen pake emoji 💖 :

See yoouu 💗💗💗

Follow instagram kita yaa :

@tamarabiliskii
@galaarsenio
@serinakalila
@shankarajevandra

@alan.aileen
@akbar_azzaidan
@ilhamgumilar1
@draxuniverse

Continue Reading

You'll Also Like

368K 28.6K 37
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini โš ๏ธโ›” Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. ๐Ÿ”žโš ๏ธ. ...
629K 62.3K 47
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
16.9M 748K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
897K 36.3K 65
Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba - tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi...