Bad Duda [END]

By AloisiaTherin

6M 643K 167K

"Kamu kenapa belum nidurin saya?!" "Maksud bapak apa ya?!" "Ma-maf, maksudnya nidurin anak saya." **** Anya... More

BAD DUDA
PROLOG
s a t u
d u a
t i g a
e m p a t
l i m a
e n a m
t u j u h
d e l a p a n
s e m b i l a n
s e p u l u h
s e b e l a s
d u a b e l a s
t i g a b e l a s d u a
e m p a t b e l a s
l i m a b e l a s
e n a m b e l a s
t u j u h b e l a s
d e l a p a n b e l a s
s e m b i l a n b e l a s
d u a p u l u h
d u a p u l u h s a t u
d u a p u l u h d u a
d u a p u l u h t i g a
d u a p u l u h e m p a t
d u a p u l u h l i m a
d u a p u l u h e n a m
d u a p u l u h t u j u h
D u a p u l u h d e l a p a n
D u a p u l u h s e m b i l a n
T i g a p u l u h
T i g a p u l u h s a t u
T i g a p u l u h d u a
T i g a p u l u h t i g a
Chapter 33 Extra Scene
T i g a p u l u h e m p a t
T i g a p u l u h l i m a
T i g a p u l u h e n a m
Extra Scene - Honeymoon day 2
T i g a p u l u h t u j u
T i g a p u l u h d e l a p a n
E m p a t p u l u h
E m p a t p u l u h s a t u
E m p a t p u l u h d u a
E m p a t p u l u h t i g a (END)

T i g a p u l u h s e m b i l a n

70.4K 9.3K 3.6K
By AloisiaTherin

3 chapter lagi tamat!

Gak siap sih 😭 MAKANYA UPDATE LAMA!

Sad ending / Happy ending?!

Aku mau komen 2K disini! Wkwkwk

Maaf ya lama.. 😭😭 SOALNYA MAU KASIH PLOT TWIST YG BIKIN DAG DIG DUG SER! DAN MEMBUAT KALIAN TERKEJUT KARENA TIDAK SEMUDAH ITU BESTIE!! Wkwkwk

Tandai kalo typo! Soalnya langsung publish!

💐💐💐

Joilin menatap Oliver dengan lekat, dari atas sampai bawah. "Om, om kok mirlip cama om om yang datengin Joiyin waktu Joiyin galau di depan lumah, ya?" Tanya Joilin, sembari menatap Oliver begitu dekat.

Oliver memundurkan kepalanya. Ia sedang main game di ponselnya. Namun Joilin tiba-tiba mendekat sembari mengamatinya lekat.

"Apa?" Tanya Oliver.

"Om penguntit ya!" Telunjuk Joilin mengacung sampai mengenai pipi Oliver.

Oliver menggigit gemas tangan Joilin. "Diem. Kamu bocil. Gak usah banyak tanya ya."

Joilin mengerucutkan bibir. Dia mendekat pada Oliver yang masih asik melanjutkan game yang sempat ia pause sebentar.

"Om kok noob cih! Om Calga pinterl banget main ini!" Ledek Joilin, ketika Oliver kalah dalam permainan.

Oliver yang mendengar itu lantas mendelik. Dia menjauh dari Joilin yang cekikikan melihat ekspresi kesalnya.

"Anya! Anak lo kenapa julid banget sih!" Pekik Oliver sembari mendelik ke arah Joilin yang menjulurkan lidah ke arahnya.

Anya yang baru saja keluar dari kamar langsung menghampiri dua makhluk dengan umur jauh berbeda itu, agar tidak bertengkar.

Oliver memang golongan manusia manja yang sok sok an jadi pahlawan kesiangan. Sedangkan Joilin, ya tau sendiri lah. Bocil julid.

Anya duduk di antara keduanya yang kini sudah saling tatap tatapan dengan sinis. Ada pernah dingin tanpa kata di antara mereka.

"Udah ah! Males!" Oliver tiba-tiba memiringkan tubuhnya, memunggungi Anya dan Joilin.

"Lah, ngambek?" Gumam Anya, melihat kelakuan Oliver kali ini.

Berbanding terbalik dengan Oliver yang menggerutu kesal, Joilin malah cekikikan, karena berhasil membuat pria berumur Senin Sarga itu ngambek.

"Joiyin mau cama engkok kakek eyang atok embah aja deh!" Ujarnya, lalu turun sari atas sofa, dan berlari mencari kakeknya.

Sedangkan di sisi lain, Bian sudah bersiap untuk menyusul sang istri.

"Jamal!" Ia memanggil Jamal yang tiba-tiba muncul di depan pagar. Padahal tadi Jamal sudah pergi. Tapi tiba-tiba pria itu sudah datang dengan moge dan jaket hitam ala geng motor.

"Napa?!" Jawab pria itu ketus. Kaca mata hitam bertengger di hidungnya, menambah kesan keren dari pria itu sendiri.

"Lo ngapain disini?!" Pekik Bian.

"Mau nungguin mbak Anya. Firasat saya mengatakan mbak Anya akan memeluk saya hari ini." Ujar pria itu, sembari bersedekap dada.

Bian mendecih. Sepertinya ia harus mengecek kewarasan Jamal ke rumah sakit jiwa. Soalnya Jamal ini sedikit miring otaknya, sepertinya. Setidaknya seperti itu yang ada di pandangan Bian.

"Loe mau kemana?" Tanya Jamal, melihat Bian mengeluarkan mobilnya.

Hatinya tidak enak hari ini, membuat i meninggalkan semua pekerjaannya, dan memilih mengunjungi sang istri, daripada harus berkutat dengan tugas kantor.

Ia bisa mengerjakan tugas kantor dengan Anya di atas pangkuannya, itu lebih membuatnya bersemangat.

"Eh eh eh eh! Mentang mentang pake mobil segede gaban, motor gue mau di senggol!" Omel Jamal sembari menekan klakson motornya berulang kali.

Bian mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil, menyembul dari balik jendela. "SURUH SIAPA LO PARKIR DEPAN MOBIL GUE?!"

"Jalan masih lebar! Suruh siapa punya mobil gede!"

"NGGAK NYAMBUNG MAL!"

"BIARIN! Yang penting habis ini mbak Anya terpesona sama kegantengan nan hakiki gue!" Jamal menyugar rambutnya ke belakang dengan percaya diri.

Jangan lupakan ia sampai menghabiskan setengah botol parfum isi ulang yang aromanya mirip dengan Jungkook BTS, kata penjualnya sih.

TIN!!!

Klakson mobil Bian berbunyi kencang, menganggetkan Jamal yang kembali berkhayal.

"Minggir Mal! Gue tabrak beneran lo!" Omel Bian, kesabarannya bisa habis hanya untuk mengurusi Jamal dan segala halusinasinya.

"Apa sieh kamu!" Jamal memundurkan motornya sembari mendumel.

"Dasar jamet!" Sembur Bian.

Bukannya malu atau sedih, Jamal malah tersenyum lebar. "Meskipun jamet gini, mbak Anya kelihatannya sudah mulai kepincut sama aura saya."

"Iya, aura suram." Sahut Bian sembari melajukan mobilnya, melesat menjauh dari Jamal yang sudah meneriaki Bian dengan jari tengah teracung ke arah kendaraan Bian.

"PUCEKK YU! PUCEK! CHIT! WATERPAK MEN!" Pekik Jamal dengan semangat.

****

Bian menekan panggilan telepon istrinya, ia belum mengabari sang istri kalau dia yang akan menjemput.

Sudah tiga kali Bian memanggil istrinya tapi tak kunjung di angkat, hingga panggilan ke empat di angkat, namun bukan Anya, melainkan Joilin yang sedang memakan kerupuk memplem.

"PAPABI!" Pekik Joilin dengan riang.

"Halo sayang." Sapa Bian sembari menaruh ponselnya di Dashboard mobil.

"Makan apa?" Tanya Bian, ketika melihat Joili seperti kesusahan menggigit kerupuk itu.

"Kelupuk kadal lualsa punya embah eyang engkong atuk!" Ujar Joilin, membuat Bian tertawa.

Perjalanan dari rumahnya ke rumah orang tua Anya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Dan kemungkinan ia akan sampai ke rumah mertuanya pada malam hari.

"Mamah mana?" Tanya Bian.

"Lagi ngoblol cama Om Liper."

Bian memelankan laju kendaraannya ketika mendengar nama pria lain yang disebutkan anaknya.

Masalahnya, Bian sedang capek, dan sang anak mengatakan hal itu yang otomatis membuat pikiran Bian berkelana.

Pria mana lagi yang mengincar istrinya selain Jamal Jamet itu?!

"Codala na Mama Nyanya!" Seolah mengerti kegelisahan Papabi, Joilin memberi tahu sebelum pria itu bertanya.

Bian menghela nafas lega. Ia ingin bertemu adik Anya, siapa tau seumuran dengannya, jadi bisa dia ajak untuk night drive atau nongkrong dengan teman temannya ketika malamz

"Papabi ati ati! Joiyin belet ngek ngok duyu!" Ujar gadis itu dan mematikan sambungan ponsel sepihak.

Bian tertawa setelahnya. Ia kembali fokus pada jalanan di depannya. Ia tidak sabar untuk memeluk tubuh istrinya.

Entah kenapa hari ini terasa lebih berat daripada hari-hari biasanya. Ia merasa jauh lebih lesu.

Bian tersenyum, tak sabar memeluk Anya dengan erat, menghisap aroma tubuh wanita itu lekat, menyematkan kecupan kecupan di leher jenjang sembari meraba tubuh wanita itu dengan penuh damba.

***

Bian menelpon kembali istrinya, ketika mobilnya sudah berada di depan rumah mertuanya.

Tak butuh waktu lama hingga Anya mengangkat panggilan telepon itu. "Apa mas?"

"Udah di depan sayang, kangen." Ujar Bian lembut.

"Kok lemes sih ketemu sama aku, mas?!" Gadis itu masih sempat sempatnya mengomel, karena suara Bian terdengar lesu.

Bian terkekeh. "Butuh asupan peluk, mau ngisi daya dulu. Sini." Ujar Bian.

Dari dalam mobilnya, ia bisa melihat Anya membuka pagar rumahnya dengan telepon yang terapit antara telinga kiri dan bahu kiri.

"Ayo masuk mas," ujar Anya dari balik telepon.

Bian mengangguk. Ia memarkirkan mobilnya di dalam garasi. Setelah itu ia langsung keluar dan memeluk tubuh Anya yang masih menutup pagar rumahnya.

"Kangen," bisik Bian.

"Mas! Kalo orang rumah lihat gimana!" Anya menjiwit lengan Bian.

Seolah tak peduli, bian malah mengambil satu kecupan di pipi wanitanya.

"EHEM!" Suara deheman keras itu membuat Anya menoleh ke belakang.

Ia sontak melepaskan pelukan Bian dari tubuhnya, membuat Bian berdecak kesal.

Bian memutar tubuh, berniat memberi tatapan cemberut kepada mertua yang sudah mengganggunya.

"Loh, Bian?"

"Oliver?"

Shit! Kenapa pria itu ada disini?!

"Jadi lo— papanya Joilin? Sekaligus suami adek gue?" Ujar Oliver dengan mata memicing.

💐💐💐
2K komen! Inget!

Ku usahain minggu ini update lagi.. aamiin..

3 chapter lagi tamat! Udah siap pisah? 😚😜

UDAH BACA LOVE LETTERS BELUM?!

Gak kalah seru! Tentang cewek polos lugu yang tinggal bareng cowok yang punya rumor gay, tapi......

Jujur Lovlet update lebih lancar.. seminggu bisa berkali kali. Wkwk.. maapkeun..

Spam kome next disini!

Spm komen lanjut disini!

Spam komen Bian disini!

Spam komen and duda disini!

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 28.3K 27
# 28 in Fanfiction [25- 05- 2018] [Sebagian cerita telah dihapus untuk kepentingan penerbitan] Apa yg ada dibenak kalian kalau dijodohin sma cowo Gan...
1.5K 225 17
Di hari hujan ia menyaksikan kematian sang sahabat. Dan dihari hujan pula ia melihat raut wajah familiar yang tak pernah ia lupakan. Wajah yang terus...
903K 58.7K 50
Seharusnya aku meminum pil kontrasepsi! Bukannya malah minum pil penyubur! Well, because of my stupid brain, I'm get pregnant! start 5 Agustus 2019. ...
21.6M 1.9M 91
[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara d...