STEP BROTHER [17+]

By iLaDira69

2M 39.6K 1.7K

βš οΈπŸ”ž WARNING!! πŸ”žβš οΈ MATURE CONTENT! 17+ Ada adegan dewasa dan bahasa kasar! Sinopsis : Phoenix tidak pernah m... More

Prolog
Part 1 - Sekolah
Part 2 - Atap Gedung
Part 3 - Panggilan Malam
Part 5 - Kejutan
Part 6 - Pulang
Part 7 - Saudara
Part 8 - Rumah Fay
Part 9 - Toilet
Part 10 - Bubar
Part 11 - Kantin
Part 12 - Sweet Seventeen
Part 13 - Tuduhan
Part 14 - Gudang
Part 15 - Damai
Part 16 - Menghindar
Part 17 - Tugas Kelompok
Part 18 - Bath Up
Part 19 - Ponsel Baru
FLASH SALE STEP BROTHER
ULANG TAHUN
Part 20 - Belanja
Part 21 - Bogor
Part 22 - Kebun Teh
Part 23 - Les
Part 24 - Berkencan
Part 25 - Liburan
Part 26 - Pasar Malam
Part 27 - Double Date
Part 28 - Tatanan
Part 29 - BBQ
Part 30 - Hotel (1)
Part 30 - Hotel (2)
Part 31 - Nonton
Part 32 - Testpack
Part 33 - Benda Pipih (1)
Part 33 - Benda Pipih (2)
Part 34 - Peringatan
Part 35 - Positif
Part 36 - Keputusan
Part 39 - Bidan
Part 40.1 - Pengakuan

Part 4 - Makan Malam

100K 1.8K 34
By iLaDira69

Setiap malam keluarga bahagia itu berkumpul di ruang makan, menyantap makan malam lezat sambil mengobrol ringan. Ralat, hanya Jupiter dan Libra yang sibuk memulai obrolan.

Atlas dan Phoenix diam saja. Mereka menjawab singkat, menggeleng atau mengangguk. Itu saja! Tidak pernah memulai obrolan.

Atlas sangat berbeda saat di belakang Libra dan Jupiter. Dia laki-laki pemarah dengan temperamental paling buruk yang pernah Phoenix temui.

Phoenix masih ingat dengan jelas kejadian tadi malam. Mereka pulang bersama dan sepanjang jalan adu mulut. Atlas juga berbeda saat setengah sadar. Dia berisik, marah-marah menyalahkan Phoenix.

Phoenix meminta Atlas gantian menyetir. Dia hanya membahayakan nyawa keduanya, berapa kali nyaris menabrak pembatas jalan.

Atlas meracau tidak jelas. Mencengkeram lengan Phoenix saat gadis itu memaksa turun. Sampai sekarang sakitnya masih terasa bila digerakkan.

Phoenix tidak berani membawa mobil masuk ke garasi. Diam-diam meninggalkan Atlas di dalam mobil dan parkir sembarangan di depan rumah. Phoenix menyelamatkan diri, mengendap-endap masuk. Dia sangat lega setelah sampai di kamarnya.

Diam-diam mengintip ke luar jendela, tidak ada pergerakan atau suara deru mesin mobil. Phoenix yakin Atlas masih tidur pulas di mobil.

Phoenix tidak tahu kapan Atlas masuk ke rumah. Pagi-pagi ketika sarapan, tidak ada kegaduhan di ruang makan. Artinya Atlas tidak ketahuan. Libra dan Jupiter juga menunjukkan perhatian mereka seperti biasa.

"Mama dan Papa berangkat besok." Libra membuka diskusi keluarga. Dia menoleh ke samping, Jupiter mengangguk membenarkan. Mereka berdua sangat antusias seperti remaja dimabuk cinta. Mereka hendak pergi berbulan madu ke Paris.

"Seperti yang sudah kita sepakati sebelumnya, kami pergi dua minggu. Kalian tinggal di sini akur-akur ya?"

Phoenix gelisah di tempat duduknya. Hampir saja melupakan perjalanan bulan madu Libra dan Jupiter yang sudah direncakan jauh-jauh hari sebelumnya.

"Betul," Jupiter menambahkan. "Kalian akur-akur selama ditinggal Mama dan Papa. Jangan berantem. Kalian berdua sekarang sudah menjadi saudara."

Libra membenarkan. Mereka berdua berusaha keras membuat anak-anak menjadi dekat. "Mama dan Papa sudah mendapatkan asisten sementara untuk mengurus rumah dan memasak. Kalian nggak perlu khawatir soal rumah."

"Nggak perlu!" sela Atlas, tiba-tiba menjadi pusat perhatian karena laki-laki baru kali ini melontarkan penolakan.

"Kamu yakin bisa masak sendiri?" Jupiter bertanya serius. Meskipun selama ini mereka hidup berdua cukup mandiri.

Atlas biasa mengerjakan pekerjaan rumah saat Jupiter pergi bekerja. Mereka menyewa asisten yang datang empat kali seminggu untuk pekerjaan rumah. Sementara untuk bagian luar rumah, datang sekali seminggu. Menyapu halaman, memangkas rumput dan sebagainya.

Mereka lebih sering makan di luar. Atlas dan Jupiter sudah lama tidak memiliki asisten rumah tangga yang tinggal bersama.

"Ya,"

"Baiklah." Jupiter langsung setuju.

Libra tidak keberatan dengan keputusan Atlas. Putrinya pun mandiri. Beberapa kali meninggalkan Phoenix pergi ke luar kota, gadis itu bisa memasak dan bersih-bersih.

Dengan begitu, Jupiter dan Libra berharap keduanya menjadi dekat. Banyak interaksi sehingga tidak canggung lagi.

"Nanti Phoenix bikin sarapan pagi-pagi sebelum ke sekolah. Kalau siang makan di luar biar nggak repot. Kalau makan malam masak ya, Sayang?"

"Iya, Ma." Phoenix mengiyakan pesan mamanya. Dia merasa tidak memiliki hak ngotot memperkerjakan asisten rumah tangga sedangkan pemilik rumah tidak bersedia.

"Nanti Atlas yang bersih-bersih rumah. Gampang, pake robot vacuum cleaner. Cucian laundry masing-masing ya? Nanti disetrika sama mbak yang biasa datang."

"Iya, Ma."

Jupiter dan Libra saling berpandangan, saling melempar senyum manis dan bahagia. Mereka akhirnya bisa meninggalkan anak-anak dengan tenang selama perjalanan bulan madu.

"Papa punya sesuatu buat Phoenix. Tapi besok pagi." ungkap Jupiter sukses membuat Phoenix penasaran setengah mati.

"Apa, Pa?"

"Besok."

"Ih ...," Phoenix cemberut lucu.

"Sengaja biar makin penasaran ya, Ma?" canda Jupiter sambil terkekeh.

Libra mengangguk membenarkan. Senang sekali membuat gadis itu penasaran. Phoenix sampai gelisah, memandang mereka bertiga bergantian.

Jupiter dan Libra tidak goyah. Phoenix tidak bisa mengorek informasi kejutan apa yang telah di siapkan oleh Jupiter untuknya.

Setelah selesai makan malam dan menyampaikan pesan selama ditinggal. Mereka istirahat di kamar masing-masing. Jupiter dan Libra sibuk mengecek kembali barang keperluan. Jangan sampai ada barang penting yang ketinggalan.

Di kamar Phoenix, gadis itu memastikan jendela dan pintu terkunci rapat. Dia khawatir kalau Atlas datang lagi ke kamarnya. Terlebih lagi dengan apa yang dia lakukan tadi malam.

Selesai belajar, Phoenix merapikan meja. Mengganti lampu tidur lalu merebahkan badannya. Waktu menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Phoenix tidak memiliki gebetan atau teman akrab, tidak ada alasan baginya memantau ponsel selama berjam-jam.

Atlas tidak keluar malam ini. Biasanya laki-laki itu tidak merusuh kalau di rumah. Phoenix bisa istirahat dengan tenang. Kakinya masih kaku naik turun tangga waktu itu meskipun sudah di obati.

Phoenix masih penasaran dengan kejutan yang dikatakan oleh Jupiter tadi. Menggeliat gelisah, tidak sabar menunggu pagi. Phoenix kembali mengira-ngira kejutan seperti apa yang dia dapatkan dari papa tirinya tersebut.

Phoenix memejamkan mata. Baru saja akan terlelap. Dia membuka mata lagi. Merasakan sesuatu yang tidak beres di kamarnya.

Benar saja! Atlas berdiri di sampingnya. Phoenix memekik kaget. Laki-laki berengsek itu datang seperti hantu tiba-tiba ada di sana.

"Atlas! Apa yang kamu lakukan di sini?" Phoenix menggeram dan mengetatkan gigi. "Kamu masuk kamar orang sembarangan! Kamu pikir kamar aku tempat apa?"

Atlas bergerak menutup mulut Phoenix kasar yang langsung dikibaskan gadis itu. Berakhir mencekik leher Phoenix dan menggeram marah. "Sengaja ninggalin gue tadi malam?"

"Nggak!" Phoenix menggeleng cepat. Menahan tangan Atlas agar tidak menyakiti lehernya.

"Kenapa parkir di luar?"

"Aku takut!" Phoenix memilih jujur. "Aku nggak mau mengambil risiko. Aku khawatir mama dan papa bangun dan kita ketahuan pulang tengah malam." Atlas berdecih tidak percaya. "Aku juga nggak bermaksud cerita sama papa dan mama tentang tadi malam. Mereka nggak tahu kalau kamu ke club." Dia berusaha menjelaskan secara terbuka agar Atlas tidak salah paham. "Aku akan tutup mulut. Tolong lepasin!" Phoenix mendorong lengan Atlas dengan kedua tangannya.

Beringsut mepet pada ujung ranjang. Phoenix menarik selimut. Dia sangat takut pada laki-laki itu bila masuk ke kamarnya. Phoenix merasa dia tidak memiliki batas-batasan lagi.

"Aku nggak ada niat apa-apa. Aku kencengin AC supaya kamu bangun!" jelas Phoenix terbata. Kesulitan bernafas dan jantunganya berdebar-debar sampai tubuhnya bergetar hebat.

Atlas menyeringai. Kali ini mencengkeram rahang Phoenix. Menekan kasar dan memandang tajam. "Ini mulut gunanya apa?"

"Ka-kamu tidur pulas." Phoenix melanjutkan hati-hati.

"Gunanya apa?"

"Bicara."

"Kenapa nggak dipergunakan?"

"Aku nggak berani bangunin kamu!" Phoenix menggeleng pelan dan air matanya meluruh mengenai punggung tangan Atlas.

Atlas tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari wajah Phoenix. "Sedikit lo punya niat buka mulut. Lo akan tahu akibatnya."

Phoenix merinding, Atlas tidak main-main dengan ancamannya.

"Paham?"

"Iya. Aku minta maaf. Aku yang salah."

***

Jakarta, 20 Desember 2022

Novel ini sudah ada versi E-book PDF di Playbook, Karyakarsa dan Nih Buat Jajan (NBJ)

Continue Reading

You'll Also Like

401K 29.8K 31
"Tanggung jawab lo cowok miskin !!" - Kalka "B-baik, kamu tenang ya ? Saya bakal tanggung jawab" - Aksa
252K 782 9
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. πŸ”žπŸ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...
1M 50K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
679K 1.3K 15
WARNING!!! Cerita ini akan berisi penuh dengan adegan panas berupa oneshoot, twoshoot atau bahkan lebih. Untuk yang merasa belum cukup umur, dimohon...