WHITE LOTUS - TAEGYU

By winterlazulli

44.1K 4.6K 1.6K

✦; summary❞ "Tentang dua orang licik yang bertemu dan saling memanfaatkan satu sama lain untuk kemudian salin... More

【KONTEN】
00【WL❦】- Hujan Musim Semi
01【WL❦】- Mengunjungi Kuil
03【WL❦】- Wajib Militer
04【WL❦】-Seleksi
05【WL❦】Perubahan Plot
06【WL❦】-Meninggalkan tanda
07【WL❦】- Tarian Peri
🔞08【WL❦】-Melayani Kaisar
09【WL❦】-Bukan Orang yang langka
10【WL❦】-Promosi
11【WL❦】- Paviliun Xuehua
12【WL❦】-Kehamilan Selir
《TOKOH DAN VISUALISASI》pt.1
《TOKOH DAN VISUALISASI》pt.2
《TOKOH DAN VISUALISASI》pt.3
13 【WL❦】- Daftar Nama
14 【WL❦】- Istana Musim Panas
15【WL❦】- Sepasang burung
16 【WL❦】- Bertemu
17【WL❦】- Rencana
18【WL❦】- Tur Selatan dan Wajib Militer
19 【WL❦】- Promosi kedua
20 【WL❦】- Veteran dan pendatang baru
21【WL❦】- Perjalanan pertama
22- 【WL❦】memetik pucuk teh di puncak gunung.
23- 【WL❦】digigit ular
24- 【WL❦】Alergi
25- 【WL❦】Kerikil yang dilempar ke dalam danau
26- 【WL❦】Soo Cairen diusir
27- 【WL❦】Rumah kaca
28- 【WL❦】Kesetian pada diri sendiri
29- 【WL❦】Nona Guo
30- 【WL❦】Kepingan Salju
31- 【WL❦】Perompak
32- 【WL❦】Sesuatu terjadi
33- 【WL❦】Kehamilan
34- 【WL❦】Kedatangan rombongan
35-【WL❦】Provokasi Guo Jia
36-【WL❦】Tragedi dan promosi pt.1
37- 【WL❦】tragedi dan promosi pt.2
38-【WL❦】Berlayar ke selatan
39-【WL❦】Saingan cinta?
40-【WL❦】Memindahkan tempat tinggal
41-【WL❦】Menyadari sesuatu...
42-【WL❦】Kembali ke Ibukota
43-【WL❦】Gejolak Harem
44-【WL❦】Membangun Ambisi
45-【WL❦】Menetapkan langkah..
46-【WL❦】Pikiran
47-【WL❦】Ling Guiren
48-【WL❦】Melahirkan
49-【WL❦】Resep?
50-【WL❦】Bunga dicermin dan bulan di air
51-【WL❦】Kembalinya teratai putih
52-【WL❦】Kecurigaan Kaisar
53-【WL❦】Hati ular dan macan tutul
54-【WL❦】Kekacauan?
55-【WL❦】Kaisar yang merajuk?

02【WL❦】- Kehilangan Simpul

455 71 2
By winterlazulli

【White Lotus❦】
———

Apa yang terjadi malam itu sampai ke telinga nenek tua Choi dan keesokan harinya. Semua anak dihukum untuk menyalin buku kebajikan. Tentu saja Beomgyu dan Yeonjun dibebaskan secara cuma-cuman. Rupanya, selain Choi Jinni, saudara kelima dan keenam juga menyembunyikan barang milik Choi Yejun. Beomgyu hanya menggelengkan kepalanya, bukannya dia tidak pernah membujuk saudara-saudara ini untuk berhenti menggertak Choi Yejun. Hanya saja, seperti plot tidak dapat dibengkokkan untuk membuat kebencian Choi Yejun pudar, para saudara terus memprovokasi dan memprovokasi Choi Yejun setiap ada kesempatan.

Jadi ketika semua orang sibuk menyalin kitab kebajikan, Beomgyu bergerak bebas setelah dia menyelesaikan doa paginya. "Kakak ketiga ayo kita naik gunung sekarang?" Beomgyu berlari kecil sembari membawa penutup kepala bundar miliknya. Di belakang Hosu mengikuti dengan membawa keranjang kecil.

Yeonjun terlihat hendak pergi saat Beomgyu menghampirinya. Pria yang berbeda enam tahun dari Beomgyu itu menghembuskan nafas dan menatap adiknya dengan perasaan bersalah. "Beomgyu, saudara ketiga akan melakukan pertemuan dengan para sarjana hari ini. Tidak bisa menemanimu berjalan-jalan, lain kali saja oke?"

"Huh?" Beomgyu mengerjap polos. "Kalau begitu aku ingin ikut kakak laki-laki ke pertemuan saja ba~"

Yeonjun melotot, "Tidak bisa!" Tolaknya keras. "Ini pertemuan para pria—"

"Jadi apa? Aku juga laki-laki!" Sahut Beomgyu dengan wajah jengkel.

Yeonjun tersentak. Dia berdehem canggung dan berkata, "Indentitas mu berbeda dengan pria dominan. Lagipula kamu akan mengikuti wajib militer, tidak baik untuk bergaul dengan pria lain sebelum seleksi. Ingat kamu harus melindungi reputasi mu."

Beomgyu seketika cemberut, dia menundukan kepalanya dengan lesu dan bertingkah menyedihkan di depan Yeonjun. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama saudaraku.." Satu kakinya mengetuk-ngetuk ubin putih di tanah dan tubuhnya bergerak pelan persis seperti anak kecil yang merajuk. "Sebentar lagi aku akan memasuki Istana, jika aku terpilih maka aku tidak akan bisa keluar dengan bebas lagi bahkan untuk menemui keluarga, aku harus mendapat izin dari orang lain..." Semakin banyak dia berbicara, semakin kecil suaranya.

"Ugh!" Yeonjun menutup wajahnya dengan satu tangan. Trik ini, berapa kalipun Beomgyu menggunakan kepadanya. Yeonjun selalu dibuat tidak bisa menolak. Meraih kepala sang adik dan membawanya kedalam pelukannya. "Benar-benar tahu cara membuatku luluh!"

Beomgyu menyeringai dalam pelukan Yeonjun. "Kakak terlalu lemah ba~" Kikiknya kecil.

Dengan setengah kesal, Beomgyu memukul pucuk kepala Beomgyu dengan lembut. "Berani kamu mengejek ku."

Dua kakak beradik tidak tahu bahwa jauh di belakang sekelompok kecil orang menyaksikan adegan itu. Beberapa orang dengan pakaian kuning dengan bordir khusus. Pria dengan tatapan acuh tak acuh yang berdiri paling depan bertanya, "Bukankah itu putra tertua Perdana Menteri Choi?"

"Benar tuan, itu adalah tuan ketiga dari rumah Perdana Menteri saat ini yang juga memenangkan tempat ketiga pada ujian musim semi tahun lalu. Dan yang tengah bersama tuan muda ketiga kemungkinan adalah adiknya." Jawab pria disampingnya.

Alis pria terangkat halus, "Aku ingat pernah melihat keluarga Perdana Menteri beberapa di perjamuan Istana. Tetapi aku pikir, Choi Yeonjun hanya punya adik perempuan? Apakah aku salah lihat?"

Pengikut yang disamping buru-buru menjelaskan, "Tuan diri anda yang terhormat tidak salah lihat. Memang tuan muda Choi ketiga memiliki adik perempuan, keduanya adalah anak *Di. Sementara yang ini kemungkinan berasal dari kamar selir."

Tuan itu berpikir sesaat lalu mengangguk, "Sepertinya begitu..."

Jarang bagi tuannya untuk peduli pada urusan orang lain. Perdana Menteri adalah pihak netral yang langka, tidak heran jika keluarga surga menghargainya. Mungkin tuannya... "Apakah tuan ingin menyapa keduanya?"

"Hn mengapa tidak?" Pria itu bahkan melangkah lebih dulu.

"Aku berjanji tidak akan menggangu saudaraku... Aku dan Hosu hanya akan pergi berdua.. Tidak akan jauh dari tempat pertemuanmu.." Pria itu mendengar suara memelas orang lain yang tidak lain adalah suara Beomgyu.

"Kau ini benar-benar, bagaimana jika nenek mencarimu? Bukankah kamu masih harus menyalin sutra?"

"Aku sudah menyalin beberapa kemarin, lagipula aku tidak akan pergi terlalu lama. Ayolah saudara... Biarkan aku ikut turun!"

Sosok Beomgyu menghentak-hentakkan kakinya ke tanah, perilakunya seperti anak kecil. Tetapi dengan wajah yang menggemaskan itu bahkan terlihat sedikit lucu.

Yeonjun membuka mulutnya tetapi sebelum sepatah kata keluar. Maniknya menangkap orang-orang dengan seragam bordir berjalan kearahnya dan dia tercengang ditempat. Detik selanjutnya dia menarik Beomgyu untuk membungkuk.

"Ah!"

"Si kecil telah—"

Salah satu dari orang berpakaian kuning keemasan itu buru-buru menahan keduanya. "Tuan muda Choi jangan terlalu sopan." Dan dia dengan sengaja berbisik di telinga Yeonjun, "Tuan kami hari ini turun untuk berkeliling, ini bukan masalah yang serius."

Yeonjun terkejut dan takut-takut menatap sosok paling depan. "B-baik."

Beomgyu tidak terlalu mengerti tetapi dia mengenali orang-orang berseragam ini sebagai Penjaga Seragam Bordir, salah satu pasukan khusus di tangan Kaisar. Jadi setelah dia memberi salam dia menyusut ke belakang kakak ketiganya. Mengapa pasukan khusus ini ada di sini? Mungkinkah mereka tengah menjalankan misi? Pikir Beomgyu.

Manik Persik Beomgyu menyusut tetapi dia juga sedikit penasaran. Ini untuk pertama kalinya dia melihat secara dekat elit penjaga Kaisar. Atensinya jatuh pada sosok yang mencolok tanpa sengaja dan disaat yang bersamaan orang lain juga menatapnya. Beomgyu tersedak ditempat dibuatnya. Telinganya memerah dengan cepat karena malu telah tertangkap mengintip orang lain. Beomgyu semakin menyusut kearah Yeonjun. "Kakak laki-laki." Beomgyu mencicit.

Tindakannya terus direkam oleh manik elang orang lain di seberang sana. Pria itu mendengus geli melihatnya.

Bergandengan tangan dengan Yeonjun di satu sisi, Beomgyu tidak tahu mengapa akhirnya dia dan kakaknya bisa berjalan berdampingan dengan Penjaga Seragam Bordir sekarang. Yang lebih membuatnya terkejut adalah bahwa kakak laki-laki itu tampak sangat akrab dengan pria yang sepertinya adalah pemimpin seragam bordir.

"Benar tuan Kang, si kecil ini dan beberapa teman dari akademi sekitar mengadakan perjamuan untuk mengagumi musim semi sekaligus berbagi pengajaran tentang ujian Kekaisaran yang akan datang pada musim gugur." Suara Yeonjun tampak bersemangat.

"Begitukah? Sepertinya acara akan menyenangkan, kebetulan aku memiliki waktu luang hari ini. Apakah tuan muda ketiga keberatan untuk membawaku melihat-lihat?" Itu adalah suara yang sedikit serak milik Pria itu.

Beomgyu mendengarkan pembicaraan sejak awal tidak terlalu tertarik tetapi sulit baginya untuk melangkah keluar karena kakak ketiganya tengah memegangi tangan Beomgyu seperti seorang anak!

"Kakak ketiga kamu lupa untuk berhenti memperlakukan ku seperti anak-anak jika ada orang luar! Lepaskan tanganku ugh!" Yah sayangnya Beomgyu terlalu malu untuk membuka mulut dan hanya bisa menatap genggaman tangan mereka dengan mata panas.

Yeonjun tidak menyadari keluhan adiknya tetapi Pria bernama tuan Kang itu merasakan tatapan panas Beomgyu. Sejak tadi dia telah melirik sosok Beomgyu, entah sengaja atau tidak dia akan menangkap wajah penuh keluhan Beomgyu yang lucu.

Untuk turun ke bawah diperlukan setengah dupa hingga mereka mencapai paviliun yang di maksud. Beomgyu bisa melihat beberapa orang berkumpul dari kejauhan. Di sisi lain tempat perkumpulan, ada beberapa toko kecil yang menjual berbagai barang hingga kedai makanan. Beomgyu berpikir untuk menunggu kakaknya di salah satu tempat itu.

Langkah Yeonjun berhenti tiba-tiba yang membuat langkah orang-orang dalam kelompok mencolok itu juga berhenti.

"Ada apa kakak laki-laki apakah kamu melupakan sesuatu?" Beomgyu memiringkan kepalanya.

Yeonjun mengangguk serius, "Hn aku melupakan sesuatu." Dia menadahkan tangannya ke arah Hosu berada dan seolah memahami sesuatu pelayan kecil itu menyerah topi bertudung kepada tuan ketiga ini.

"Ayo berikan kepalamu, aku akan membantu mu memakainya."

Beomgyu sekarang mengerti, dia pun mencibir. "Baru kamu ingat untuk menyuruhku mengenakannya?" Sepanjang jalan ini dia telah dilihat oleh para Penjaga Seragam Bordir ini apakah ada perbedaan?

Yeonjun mengetuk kening Beomgyu, "Para tuan *Jinyiwei tidak akan tertarik padamu. Tetapi para sarjana itu paling suka mengagumi kecantikan. Jadi cepat tutup wajahmu!" manik Phoenix Yeonjun menyapu sosok tuan Kang dengan gugup tanpa dia sadari.

Beomgyu tertawa marah, "Apakah kamu memuji atau mengejekku!"

"Jangan banyak bicara." Yeonjun dengan hati-hati memasangkan topi bertudung di kepala Beomgyu. "Ingat kamu tidak bisa membukanya secara sembarangan di depan laki-laki asing, kau dengar aku Choi Beomgyu?"

Beomgyu menepis tangan kakaknya dan menghentak dengan marah, "Yah meskipun aku seorang shou, aku masih laki-laki!" setelah itu dia menarik Hosu menjauh dari kakaknya.

"Choi Beomgyu kemana kamu akan pergi?" Yeonjun tercengang di tempat.

Orang-orang dari Jinyiwei yang menyaksikan pertengkaran kakak-beradik itu menutup mulut mereka meski tatapan yang dilayangkan tidak diragukan lagi sangat menikmati tontonan yang disajikan.

Tuan Kang mengangkat sudut bibirnya, "Adikmu sangat menarik."

Yeonjun tidak berdaya, "Ketika menunjukan sisi kekanak-kanakannya itu benar-benar membuat keluarga kami kewalahan."

Beomgyu di sisi lain sebenarnya tidak benar-benar marah, dia hanya berpura-pura merajuk untuk menjauh karena dami Tuhan! Bagaimana kakaknya bisa memperlakukannya seperti itu di depan orang-orang Jinyiwei? Siapa mereka? Ini adalah tangan Kaisar, jika orang-orang di Jinyiwei melaporkan berapa kekanak-kanakannya dia. Apakah saat pemilihan nanti dia bisa terpilih? Selain itu, Beomgyu merasa sangat malu di hadapan Tuan Kang itu! Dia selalu tampil dengan penuh martabat dan keanggunan tuan muda di hadapan orang-orang dimasa lalu, tetapi sekarang.... Beomgyu bahkan malu untuk mengatakannya!

Hosu dengan kebingungan mengikuti disamping Beomgyu. "Tuan muda, kemana kita akan pergi?"

Langkah Beomgyu berhenti dan dia mulai melihat sekitar. Di sisi kiri adalah tempat kakaknya mengadakan pertemuan, Beomgyu tidak ingin terlihat dengan orang-orang itu jadi sebaiknya mencari tempat yang sedikit terpencil.

"Hosu apakah kamu melihat tempat yang cocok untuk bersantai sambil menunggu kakak laki-laki?"

Hosu yang ditanya memperhatikan sekitar, meski kuil Kekaisaran tidak seramai Kuil ibukota, keluarga yang datang ketempat ini masih banyak dan mereka adalah orang dengan kantong gemuk. Dimana pun kamu melihat, akan ada orang yang sibuk melakukan transaksi seperti dipasar. "Tuan muda sebaiknya kita tidak pergi terlalu jauh dari tuan ketiga. Bagaimana kita pergi ke belakang Paviliun itu? Ada kedai makanan kecil disana dan ada hutan persik di sisi lainnya. Bagaimana?"

"Benarkah?"

"Humm, beberapa tahun lalu ketika pelayan ini mengikuti Nyonya tua kemari. Pelayan ini ditugaskan mencari hidangan daging untuk nona kesembilan. Pelayan ini menemukan hutan persik itu tanpa sengaja saat membeli makanan."

"Baiklah-baiklah kita akan pergi ke sana. Ngomong-ngomong soal makanan, biarkan aku mencoba makanan daging mereka. Di kuil semua makanan vegetarian yang membuat nafsu makanku turun!"

"Baik tuan muda!"

Hutan persik belum mekar sempurna karena musim dingin belum lama berakhir. Hanya pucuk-pucuk hijau yang terlihat dan beberapa bunga liar yang tumbuh subur. Mungkin hutan ini memiliki pemilik oleh karena itu Beomgyu bisa melihat ada beberapa paviliun di kejauhan dan meja-meja batu yang berdiri kokoh. Mengambil tempat yang tidak jauh kebetulan ada meja batu di dekat aliran air. Dari sana dia juga bisa melihat paviliun tempat kakaknya mengadakan pertemuan. "Ini tempat yang bagus."

"Benar tuan muda, disini rindang dan sejuk. Baiklah, budak ini akan memesan makanan. Apakah baik-baik saja jika tuan muda harus menunggu sendiri?"

Beomgyu melambaikan tangannya, "Pergilah, bukannya aku anak kecil yang perlu kamu awasi." Hosu tertawa renyah sembari melangkah pergi.

Beomgyu mengambil sesuatu dari dalam keranjang. Sebuah buku bersampul biru ada sapuan kuas besar di depannya. Itu adalah buku yang mencatat nama-nama klan di dinasti. Setiap keluarga akan mencatat nama mereka lengkap dengan siapa leluhurnya. Dari daftar inilah seseorang bisa melihat apakah sebuah keluarga memiliki latar belakang istimewa atau tidak. Nenek tua itu yang memberikan Beomgyu buku besar ini untuk dipelajari. Jika dimasa depan dia benar-benar dapat naik kepuncak, dia perlu memahami latar belakang keluarga berserta kekuatan mereka untuk dapat bergaul dalam lingkaran. Setidaknya, Beomgyu harus mengingat lebih dari dua lusin nama keluarga besar untuk berjaga-jaga.

Beomgyu membaca buku besar sambil menikmati kacang kenari manis yang dia bawa dari rumah. Tampak santai dengan menopang kepalanya, apalagi di awal musim semi yang sejuk ini sejujurnya dia tiba-tiba saja merasa mengantuk.

Di sebuah kedai ada sekelompok pria yang tidak lain anggota *Jinyiwei yang berkumpul di meja makan. Sebenarnya hanya dua orang yang duduk sementara yang lain berdiri mengelilingi mereka. "Untuk Ujian musim. Gugur tahun ini, Yang Mulia ingin menunjuk Pangeran Duan sebagai penanggungjawab pelaksana tetapi orang-orang di pengadilan ingin mendorong Kim Mingyu dari keluarga Kim sebagai penanggungjawab. Jadi Yang Mulia memerintahkan Jinyiwei untuk menggali informasi tentang Kim Mingyu ini apakah sudah ada berita?"

"Melapor kepada komandan—"

Ketika diskusi terjadi dengan serius, seorang pria dengan pakaian kuning emas lain berdiri di balkom kecil diluar dengan memandang santai kearah seberang.

Dibawah pepohonan itu sosok dengan pakaian putih tulang tampak malas membaca buku. Cahaya matahari yang tidak begitu terik dan pantulan air menerpa wajah cantiknya yang tampak mengantuk. Dia bukan orang yang terlalu gila akan kecantikan tetapi setiap kali dia melihat sosok Beomgyu sejak malam itu. Dia merasa seseorang begitu menarik.

Memperhatikan kecantikan dalam diam untuk waktu yang lama. Dia— tuan Kang melihat adegan yang cukup lucu dan tidak bisa menahan senyum tersungging dibibirnya.

Ketika Beomgyu terpaku pada buku dan kacang kenari. Dia tidak menyadari seekor tupai tiba-tiba muncul di dekat keranjang dan mencuri beberapa biji kenari. Baru setelah jarinya tidak sengaja digigit karena secara sembarangan mengulurkan tangan dia memekik. "Arkh!" Beomgyu tersentak hampir terjungkal jika dia tidak berpegangan pada meja.

Tupai itu sama terkejutnya dengan Beomgyu. Tupai hendak melompat turun tetapi Beomgyu juga berdiri, tabrakan benda kecil dan besar tentu saja terjadi. Mungkin tupai itu panik saat dia tersangkut disekitar pinggang Beomgyu dan berjuang cukup keras untuk keluar.

"Yah tupai licik ini!"

Bersama dengan itu, sebuah benda jatuh kedalam air.

"Ah simpul giok ku!" Beomgyu terpana untuk beberapa detik. "Oh tidak!"

Simpul giok seukuran koin dengan tali merah dan ukiran bunga persik itu adalah pemberian kakak ketiga saat dia berulang tahun yang kesepuluh. Beomgyu paling menyukainya dan hampir memakainya sepanjang waktu. "Kakak ketiga pasti akan membunuh ku."

Beomgyu menelan ludah menatap air yang tidak bagitu dalam dengan was-was. "Oh masih ada!" Tampaknya simpul Giok Beomgyu tersangkut di bebatuan.

Beomgyu buru-buru mencari ranting yang bisa membantunya memungut simpul itu. Kemudian dia berjuang meraih simpulnya dengan berjongkok di tepi sungai tanpa rasa malu sama sekali.

"Sedikit lagi... Sedikit lagi..." Ujung ranting menyentuh lubang simpul. Beomgyu hampir bersorak girang di tempat.

Tidak sampai. "Tuan muda apa yang kamu lakukan?!" Suara Hosu mengejutkan Beomgyu dan membuat ranting mendorong simpul giok dari bebatuan dan hanyut.

"A-apa?"

"Tuan muda?"

Wajah tercengang Beomgyu dengan mulut membuat dan mata yang membelalak tampak menyedihkan sekaligus menggemaskan.

Masih di tempatnya, tuan Kang hanya bisa menutup wajahnya menyaksikan peristiwa tersebut. "Konyol sekali."

"Tuan?" Pelayan yang bersembunyi di belakang memandang dengan penuh tanya. Tuan Kang menggelengkan kepalanya dan dalam sekejap wajah keras yang dingin kembali.

"Bukan apa-apa, aku akan turun ke bawah. Jika komandanmu selesai berdiskusi, katakan aku akan menunggunya di kuil."

Pelayan itu bergegas memberi hormat dalam. "Siap tuan besar!"

Yeonjun melihat sosok sang adik yang berdiri di depannya tengah memandangnya dengan rasa bersalah yang kentara. Dia menaikan satu alis dan bertanya, "Ada apa denganmu?"

Beomgyu bergumam beberapa kali dan memandang Yeonjun dengan takut-takut. "Mmm berjanjilah kamu tidak akan marah setelah aku mengatakannya.."

Alis Yeonjun semakin berkerut dibuatnya. "Apa ini? Kamu melakukan sesuatu?" Matanya memicing. "Kamu bertemu seorang pria? Apakah dia melakukan sesuatu kepadamu? Huh?"

Beomgyu melambaikan tangannya dengan panik. "Bukan itu!"

Semakin panik Beomgyu semakin curiga Yeonjun. "Choi Beomgyu apa yang telah kamu lakukan sebenarnya?"

"Kakak ketiga aku menghilangkan simpul giok hadiah ulang tahunmu. Itu jatuh ke sungai aku ingin mengambilnya tetapi sudah hanyut..." Beomgyu memalingkan pandangnya dan kebetulan bertemu dengan pandangan yang akrab. Tersentak, dia berbalik lagi menghadap Yeonjun.

"Apa? Jatuh ke sungai?" Baru kemudian Yeonjun melihat bahwa ujung pakaian adiknya basah. Matanya menggelap. "Apakah kamu memasuki air? Kamu tidak jatuhkan? Apakah terluka?" Tidak diragukan lagi bahwa Yeonjun takut sesuatu yang buruk terjadi pada adiknya.

Beomgyu menggeleng dan mencicit, "Aku baik-baik saja tapi simpul hadiah kakak ketiga hilang."

Yeonjun bernafas lega sesaat sebelum dia menyemburkan amarahnya. "Dasar bodoh, Itu hanya simpul giok murah! Aku bisa memberikanmu yang lebih baik kenapa kamu harus nekad bermain di air? Jika terjadi sesuatu padamu apakah kamu pikir aku masih bisa hidup?!"

Mata Beomgyu memerah dalam sekejap dan hidungnya terasa masam. "Huhu kakak aku salah! Aku salah maafkan aku! Huhu aku berjanji tidak akan melakukannya lagi!" Beomgyu kemudian menerjang tubuh Yeonjun dan menangis seperti bayi kecil.

Yeonjun tertawa dengan marah di tempat. Sedikit merasa geli dan lembut untuk sang adik. Tetapi karena ingin memberi Beomgyu pelajaran, dia memaksakan diri mengeluarkan suara dingin. "Huh! Sekarang kembali bersamaku ke kuil dan Terima hukuman dari nenek."

Beomgyu buru-buru mengangguk. "Aku akan mendengarkan saudaraku." Ujarnya dengan suara yang manis.

Yeonjun mendengus. "Ayo pergi."

"Kakak kakiku sakit, bisakah kamu menggendongku?" Tanya Beomgyu polos yang tentu saja membuat emosi Yeonjun kembali naik.

"Kamu—"

"Iya! Iya tidak jadi!"

Jadilah Yeonjun membawa Beomgyu seperti anak kucing dengan memegangi kerah belakang pakaiannya. Dua pelayan meraka tidak berani membantu dan hanya mengikuti dengan mulut terkantup.

Sedikit jauh di belakang ternyata ada tuan Kang yang memandangi dua kakak beradik itu sembari menggelengkan kepala. Mata orang lain tanpa sadar melembut menatap sosok Beomgyu. Setelah melihat mereka semakin jauh, Tuan Kang hendak berbalik saat dia melihat sebuah toko yang menjual suvenir. Dia sedikit ragu di awal sebelum memutuskan untuk masuk.

"Selamat datang tuan, apakah anda membutuhkan sesuatu?"

"Bisakah aku melihat koleksi simpul giok keberuntungan milikmu?"

Yeonjun tidak benar-benar memberi Beomgyu hukuman tetapi dia meminta Beomgyu untuk tetap tinggal dihalaman selama satu hati. Ketika Nyonya tua bertanya, Yeonjun mengatakan bahwa adiknya terlalu bersemangat dan perlu istirahat. Yeonjun juga melarang saudara yang lain mengunjunginya. Meski begitu semua orang tahu tampaknya Beomgyu telah membuat kakak ketiga mereka marah. Sehingga di hari berikutnya, Beomgyu diberondong dengan pertanyaan oleh yang lain.

"Kakak kemarin kamu di hukum kakak ketiga kan?"

"Adik ketujuh ternyata kamu bisa juga menjadi nakal ckckc."

"Apa yang telah kamu lakukan sehingga membuat kakak ketiga marah?"

Beomgyu menceritakan apa yang terjadi kemarin dengan sangat enggan. Begitu mereka tahu apa yang terjadi, hanya desahan prihatin yang keluar. "Kakak ketiga terlalu serius."

"Tidak salah, kakak ketiga peduli pada adik kedelapan ba~"

"Itu wajar saja."

"Sudahlah lupakan saja. Ayo kita menemui nenek, aku dengar nenek mengundang mama yang baru keluar Istana lagi untuk mengajari kita lebih banyak etiket. Ingat kita akan bersiap mengikuti wajib militer." Beomgyu dengan cepat mengalihkan pembicaraan. Wajah kakak keenam dan adik kesembilan menjadi cerah tetapi Choi Yejun yang sudah datar menjadi murung. Ngomong-ngomong ada yang berbeda kali ini, kakak keenamnya tiba-tiba saja diikut sertakan dalam wajib militer. Beomgyu bertanya-tanya apakah akan ada perubahan plot lain saat seleksi besar. Sebenarnya sejak Beomgyu menemukan kebenaran, dia telah merubah banyak susunan plot tanpa dia sadari. Namun baru kali ini dia memikirkannya. Satu harapan Beomgyu, dia hanya ingin hal-hal berjalan baik dan tidak ada kehancuran dalam keluarganya.

"Kudengar mama istana kali ini adalah orang di sisi Janda Permaisuri. Alangkah bagusnya jika kita bisa mendapatkan beberapa infomasi tentang Janda Permaisuri dengan begitu kita mungkin bisa menyenangkan Ibu Suri saat memasuki Istana." Kalimat naif itu keluar dari mulut adik kesembilan.

"Andai bisa semudah itu. Bahkan jika mungkin, orang yang harus di senangkan adalah Kaisar. Bagaimana, pria itulah yang memiliki seluruh harem."

Ketika mereka tiba, Nenek tua tengah berbincang dengan seorang wanita yang meski berpenampilan sederhana. Tempramen orang lain tegas tetapi anggun, ramah tetapi tidak norak. Ketika wanita itu melihat para tuan kecil ini tidak banyak kejutan di matanya.

"Perkenalkan ini adalah Mama Bo, aku mengundangnya untuk mengajari kalian etiket yang lebih dalam. Ayo. Berikan salam mu untuk Mama Bo." Satu persatu meberikan salamnya dari yang termuda hingga yang tertua. Mama Bo berdiri disamping Nyonya tua dan memperhatikan gerak-gerik mereka, apakah etiket salam mereka sempurna, apakah cara berjalan mereka berlebihan atau tidak, semua dia perhatikan.

"Yang kesembilan ini Choi Jinni, telah melihat Mama Bo. Selamat datang datang dalam keluarga ini Mama, saya harap dapat mempelajari etiket berharga dari anda. Meski saya masih muda, selama Mama mau mengajarkan ilmunya, saya akan bekerja keras."

"Choi Yejun, anak kedelapan memberi salam kedapa Mama. Tolong perhatiannya dari mu."

Dalam pandangan Mama Bo, anak kesembilan itu cantik dan ceria. Dia melakukan salam dengan baik tetapi terlalu menambahkan kata-kata sanjungan yang tidak perlu. Anak ke delapan memiliki tempramen dingin, namun etiketnya sempurna. Hanya saja menjadi lebih ramah akan bagus untuk memberikan kesan baik pada orang yang diberi salam.

Beomgyu maju dan membukuk pelan, tidak terlalu rendah atau dalam. Kepalanya tidak bergoyang dan posturnya sempurna. "Choi Beomgyu telah melihat Mama Bo, saya adalah ketujuh dalam keluarga. Jika Mama Bo berkenan, saya akan merepotkan Mama Bo untuk beberapa waktu kedepan dalam urusan etiket." Saat dia bangkit, itu tidak terlalu cepat tetapi tidak juga berlebihan. Saat tubuhnya tegak, senyum kecil dengan mata yang ramah memasuki pandang Mama Bo. "Tepat sekali. Dalam salam untuk pertemuan pertama, seseorang tidak bisa terlalu singkat tetapi tidak juga memerlukan hal yang bertele-tele. Lakukan secara padat dan jelas, ini bahkan lebih baik."

Mama Bo pada awalnya hanya ingin peduli seberapa banyak mereka menguasai etiket. Namun ketika itu jatuh pada Beomgyu, selain sikapnya yang tepat, wajah seseorang bahkan lebih mengejutkan. Mama Bo linglung sejenak. Kemudian dia melirik wajah anak-anak itu, semakin melihat semakin dalam tatapannya. Terutama saat melihat Beomgyu, ada kewaspadaan dan hormat yang samar.

“Orang ini, meski dia tidak memiliki kecantikan abadi atau kecantikan misterius seperti kedelapan. Yang ketujuh ini memiliki kecantikan yang lebih halus, yang meski tampak lemah lembut, aku yakin ini bukan tempramen aslinya. Bahkan fiturnya tidak diragukan lagi salah satu yang terindah, yang lebih baik dari yang terakhir. Dengan sikap yang tepat, pesona orang lain tidak dapat di tampik. Aku penasaran jika tuan ketujuh ini menampilkan setidaknya 7 dari 10 poin penuh dalam penampilan. Bahkan Selir Kekaisaran yang paling cantik di Istana itu akan kalah."

Beomgyu secara alami membiarkan orang lain mengevaluasinya. Dia tidak takut bahwa seseorang menemukan hal tersembunyi dari dirinya. Begitu dia menyelesaikan salam. Dia bergerak menuju neneknya, meninggalkan kakak keenam dan kelima yang melanjutkan salam. "Nenek, cucu ini telah melihatmu."

"Kemari nak. Kamu telah melakukannya dengan baik, aku melihat Mama Bo memandangmu dengan cara yang berbeda dan itu adalah hal baik." Nenek tua itu berbisik rendah kepada Beomgyu.

Beomgyu melemparkan senyuman cerahnya. "Ini semua berkat ajaran nenek dimasa lalu."

Meski keluarga mereka pernah mengundang mama istana beberapa kali untuk melatih etiket. Hal-hal harus diperbarui setiap kali ada kesempatan. Kali ini neneknya menemukan orang yang hebat, Beomgyu secara alami bekerja keras untuk belajar. Mama Bo tidak hanya mengajari mereka etiket umum. Tetapi juga mengajari bagaimana berperilaku sebagai orang-orang di Istana. Bagaimana mengucapkan salam dengan benar pada orang yang berpangkat tinggi atau rendah. Mama Bo bahkan mengajarkan cara menyajikan teh sesuai etiket seorang Selir Kekaisaran. Dikatakan untuk melatih mereka jika suatu hari mereka terpilih, Permaisuri dan Janda Permaisuri adalah dua orang paling kuat untuk disajikan tehnya.

"Tuan muda keenam tubuhmu terlalu kaku. Jika kamu menggunakan postur ini untuk menghadap Permaisuri, kamu mungkin akan menumpahkan teh tersebut langsung kepada Yang Mulia! Luruskan lagi punggungmu dan longgarkan sedikit tanganmu."

"Tuan muda kedelapan, anda terlalu santai. Yang Anda hadapi bukan kenalan biasa melainkan seorang Permaisuri Yang Mulia!"

"Nona kedelapan, kekuatan anda tidak cukup baik dan anda terlalu tergesa-gesa menuangkan teh yang tidak elegan sama sekali!"

Beomgyu mendengarkan semua komentar tajam Mama Bo kepada saudara-saudaranya, mau tidak mau menjadi gugup. Saat ini dia masih memilih daun teh untuk di seduh, dia bahkan tidak berani melirik ke belakang.

"Tuan kelima, ya bagus. Gerakan tidak harus sangat lembut asalkan tidak tergesa-gesa itu cukup."

Beomgyu menahan nafas, kakak kelimanya berhasil. Itu berarti ada sedikit peluang untuknya. "Jangan gugup Choi Beomgyu... Ini hanya menyajikan secangkir teh!"

"Baiklah sekarang giliran tuan muda ketujuh, tuan muda silahkan."

Beomgyu merebahkan tubuhnya diatas ranjang yang sama sekali tidak lembut, tetapi setelah seharian tanpa menyentuh tempat tidur. Bahkan ranjang dengan kasur setipis ini menjadi lembut sekarang. Hosu yang membawa air dari luar merasa tertekan tuannya. "Tuan muda anda telah bekerja keras sepanjang waktu!"

Beomgyu mengerang pelan, "Hosu, apakah sudah belajar tentang etiket Istana hari ini? Saat kembali ingat untuk mengajari Hyein apa yang kita dapatkan hari ini mengerti?" Hosu dan Hyein adalah dua pelayan terpercaya Beomgyu dan telah bekerja dengannya selama lebih dari lima tahun. Keduanya sama-sama budak mati yang Beomgyu biarkan mereka belajar banyak hal seperti membaca dan menulis, memasak, menjahit hingga teknik medis dasar. Secara alami dia akan membawa mereka mengikutinya ke Istana, maka dari itu mereka juga harus menguasai etiket bangsawan ini untuk menjadi layak.

Hosu mengangguk tegas, "Jangan khawatir tuan muda, meski budak ini tidak dapat melakukan sebaik tuan muda. Budak ini tidak akan mempermalukan tuan dengan etiket kelas dasar."

"Bagus. Oke sekarang bantu aku mandi, besok aku harus bangun pagi-pagi untuk membakar dupa lalu berlatih dengan mama Bo lagi."

Setelah mandi Beomgyu bahkan melewatkan makan malam dan segera tertidur lebih awal.

Pagi hari datang dengan cepat dan Beomgyu sudah berada di aula utama kuil untuk mempersembahkan dupanya. Meski masih cukup pagi, ada cukup banyak orang datang lebih awal kali ini dan memenuhi sepertiga aula yang mengejutkan Beomgyu rata-rata yang datang adalah remaja seperti dirinya dan hanya sedikit Penatua yang hadir mendampingi.

Beomgyu berbaris menuju altar dengan pelayan setianya. "Tuan muda budak ini mendengar dari Mama Wang bahwa pengumuman akan dirilis hari ini." Hosu berbisik pelan.

"Oh?" Pengumuman akan dirilis dengan daftar nama yang terpilih mengikuti wajib militer. Melihat lagi pada orang-orang disekitar, Beomgyu tidak tahu apakah mereka berdoa untuk lulus dalam daftar atau masuk kedalamnya.

"Dalam beberapa hari seharusnya kita dapat kembali ke kediaman Choi." Sebelum benar-benar dimulai, masih ada waktu satu bulan penuh bagi semua keluarga bersiap. Beruntungnya keluarganya mereka mendapat informasi lebih awal dan sudah mulai bersiap lebih awal dari yang lain.

Setelah beribadah pagi, Beomgyu tidak segera kembali. Dia memutuskan berjalan-jalan menikmati pemandangan dari lantai atas aula utama. Berdiri dari sini, Beomgyu bisa melihat perbukitan, desa-desa kecil di sekitar dan dinding besar yang mengelilingi ibukota dari kejauhan. "Sayang sekali aku tidak membawa alat lukis ku. Jika tidak, aku bisa melukis pemandangan indah ini sebagai kenangan."

Hosu berdiri sedikit di belakang juga merasa pemandangan di depan sangat bagus. "Tuan mungkin kita bisa mendapatkan beberapa alat dari para biarawan. Atau biarkan pelayan ini bertanya pada tuan muda ketiga."

"Tidak perlu merepotkan orang lain. Ini hanya masalah sepele lagipula—" Kata-kata terhenti sebab Beomgyu melihat di bawah ada sekelompok orang tengah mengelilingi seseorang yang tidak lain adalah adik kedelapannya. Beomgyu mengenali beberapa dari mereka sebagai anak-anak dari keluarga besar lain di ibukota.

Mungkin orang-orang inilah yang dimaksud sebagai sahabat Choi Yejun di dalam buku. Ada seorang shou dari keluarga Keum, gadis keluarga Nam dan keluarga Baek. Mereka bertemu dengan berbagai cara dan menjalani hubungan pertemanan yang cukup erat. Yah setidaknya sampai wajib militer berakhir, Beomgyu memikirkan bagian dimana ketika empat sekawan ini bersama-sama menjalani seleksi besar. Anak keluarga Keum dan Nam gugur sementara Choi Yejun dan Baek Jiheon terpilih. Di harem dimana semua orang bersaing untuk bantuan. Benar-benar ironis bagi dua sahabat untuk sama-sama terpilih. Hubungan Choi Yejun dan Baek Jiheon masih baik-baik saja bahkan setelah keduanya dikanonisasi sebagai selir. Karena pada awalnya Choi Yejun sangat enggan dan selalu berusaha menghindar dari Kaisar yang tentu saja membuat Baek Jiheon memiliki kesempatan yang lebih besar untuk bantuan sang putra langit. Tidak sampai Kaisar perlahan tertarik dengan Choi Yejun dan bantuan Baek Jiheon memudar. Kemudian tidak butuh waktu lama untuk dua sahabat menjadi lawan satu sama lain.

Beomgyu mendengus sinis ketika mengingatnya. Itulah mengapa sejak Beomgyu beranjak dewasa, nenek tua selalu memperingatkan Beomgyu untuk tidak mudah bergaul dengan orang-orang yang sepantaran dengannya. Karena Beomgyu dan orang-orang itu akan menjadi saingan dimasa depan. Beomgyu juga mengembangkan tempramen yang tidak mudah mempercayai orang lain. Bahkan untuk bergaul, Beomgyu lebih suka orang-orang yang lebih tua darinya seperti kakak ketempat atau kelima. Dengan begitu dia dapat mempelajari sudut pandang yang lebih dewasa.

"Sejak tuan muda kedelapan berubah, lingkaran pertemanannya bahkan lebih hebat dari nona muda kesembilan dan tuan muda keenam." Beomgyu tersenyum mendengar komentar Hosu.

"Ayo sudah mulai siang, kita harus menyambut nenek dan kakak ketiga dulu."

Beomgyu tidak tahu bahwa sejak tadi, ada beberapa pasang mata memperhatikannya dari sudut lain aula. "Kamu lihat dia? Itu adalah salah satu orang paling menonjol di ibukota. Selain anak keluarga Lee dan Shin, kamu harus bersaing dengan anak-anak keluarga Choi ini. Mereka tidak hanya punya kecantikan yang luar biasa, tetapi bakat orang lain bahkan lebih dari itu. Meski kamu juga sangat indah, menurutmu seberapa banyak kualifikasi yang bisa kamu sandingkan dengan mereka?"

Sosok di samping yang mendengar cemoohan orang lain hanya bisa mengepalkan buku jarinya, kuku yang telah dipoles menusuk daging tangan. Rasa sakit itu tidak seberapa dengan rasa sakit akibat kata-kata yang menusuk itu.

Wanita tua di sebelah memperhatikan dengan mata dingin. "Selama kamu bisa menangkap mata hijau Yang Mulia, selalu ada cara untuk mengalahkan orang lain. Sebaiknya kamu lebih bekerja keras dalam etiket dan hilangkan sikap kampunganmu itu."

Pelajaran yang diterima Beomgyu dan yang lain dari Mama Bo hari ini masih sama seperti kemarin dengan tambahan tata cara memberi salam sesuai dengan peringkat di Istana. Secara tidak langsung sebenarnya mereka telah diajari sebagaimana seorang selir bertindak.

"Ketika Anda bertemu dengan prosesi Kaisar atau Permaisuri kalian harus bersimpuh ditanah untuk memberi salam. Jika bertemu dengan selir Kekaisaran yang lebih tinggi, kalian bisa memberi mereka busur. Jika bertemu dengan orang yang memiliki peringkat yang sama, kalian bisa saling membungkuk. Kalian juga harus memanggil diri kalian dengan cara mencela diri, aku yakin orang tua dirumah sudah mengajari hal ini tetapi kali ini aku akan memperbaiki postur kalian menjadi lebih baik. Oke, kita bisa mulai melatih sekarang!"

Dan itu butuh waktu berjam-jam untuk memuaskan Mama Bo. Berulang kali membungkuk dan bersimpuh membuat lutut Beomgyu sakit! Jadi begitu dia menyelesaikan latihan di siang hari, Beomgyu meminta Hosu mengkomres lututnya yang lecet.

"Mama Bo benar-benar melakukannya dengan ketat. Pelayan ini ingat bahwa mama yang terakhir kali di undang tuan besar bahkan tidak sekeras ini." Ujar Hosu yang tertekan melihat kemerahan di kulit tuannya.

"Tuan muda apakah salep dingin ini benar-benar ampuh menyembuhkan memarmu? Bengkaknya sangat parah, haruskah kita memanggil tabib?"

"Tidak perlu, salep dingin ini adalah produk terbaru yang aku kembangkan bersama tabib Jung. Khasiatnya tidak diragukan lagi jadi jangan membuat keributan."

"Baiklah tetapi tuan muda anda harus menyembunyikan salep ini atau jika tuan muda keenam dan nona muda kesembilan tahu, mereka pasti akan mencoba mengambil barangmu lagi!"

"Hn, aku tahu. Maka dari itu kamu juga harus tutup mulut."

"Ya.. Ya pelayan ini akan diam!"

Beomgyu dan Hosu berada di ruang samping saat mendengar pembicaraan Choi Yejun dengan pelayannya. Mereka berbagi pandangan tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Beomgyu menyuruh Hosu diam dan dia ingin istrahat sejenak. "Aku akan tidur siang dulu, kamu ingat untuk tetap memperhatikan gerak-gerik adik kedelapan. Jika ada sesuatu yang mencurigakan lagi, beritahu aku."

"Dimengerti, tuan muda."

Pada jam tiga sore, Hosu yang sudah lama berada diluar kembali dan kebetulan Beomgyu sudah bangun dari tidur siangnya. Dia melihat wajah merah dan berminyak pelayannya itu merasa kasihan. "Ayo duduk dulu, minum dan bersihkan dirimu. Tidak perlu terburu-buru."

Hosu terengah-engah di tempat, setelah menerima secangkir air dingin dan meneguknya dalam sekali tandas dia bersikeras untuk berbicara; "Tuan muda, Istana Kekaisaran secara resmi melepaskan berita tadi siang dan daftar juga sudah di kirim. Selain itu, saya telah memperhatikan halaman tuan muda kedelapan hari ini. Salah satu pelayan turun gunung tepat setelah berita diterbitkan, pelayan ini buru-buru mengikutinya dan menemukan bahwa pelayan itu bertemu seseorang. Meski budak ini tidak melihat dengan jelas siapa orang itu, tetapi budak ini masih dapat mendengar isi pembicaraan mereka. Kemungkinan besar tuan muda kedelapan telah membeli orang di istana, saya mendengar mereka berbicara tentang infomasi mama yang akan bertugas memimpin seleksi dan beberapa Kasim yang tampaknya memiliki posisi tinggi."

Beomgyu termenung, Choi Yejun memang memiliki banyak sarana di tangannya dan kemungkinan dia ingin mendapatkan informasi tentang orang-orang di Istana. Tetapi entah apa alasannya, bukankah dia selalu tampak enggan memasuki Istana sebagai selir? Namun langkah dia ambil entah mengapa menunjukkan sebaliknya. Beomgyu merasa dia harus lebih waspada. "Aku mengerti. Kamu cepat pergi membersihkan diri dan beristirahat lah."

"Iya tuan muda."

Beomgyu membersihkan wajah dan berkumur lalu merapikan penampilannya sebelum melangkah keluar.

༺ღ༒ Bersambung...༒ღ༻

Glosarium;

Jinyiwei (Penjaga Seragam Bordir) : adalah polisi rahasia Kekaisaran yang melayani Kaisar pada masa Dinasti Ming. Tugas mereka adalah mengumpulkan infomasi intelijen militer. Ciri khas mereka adalah seragam kuning keemasan dengan token dan pisau khusus.

Shou; adalah kata ganti untuk bottom dalam hubungan gay. Dalam cerita ini, Shou dapat diartikan sebagai gender ketiga setelah Pria dominan dan perempuan.

Di ; adalah sebutan untuk anak-anak yang lahir dari garis keturunan yang sah. Konon anak-anak Di memiliki kehormatan yang lebih besar dari anak-anak shu.

Continue Reading

You'll Also Like

194K 9.5K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
42.9K 6K 36
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
124K 8.9K 56
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
441K 4.6K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...