WHITE LOTUS - TAEGYU

By winterlazulli

44.5K 4.6K 1.6K

✦; summary❞ "Tentang dua orang licik yang bertemu dan saling memanfaatkan satu sama lain untuk kemudian salin... More

【KONTEN】
00【WL❦】- Hujan Musim Semi
02【WL❦】- Kehilangan Simpul
03【WL❦】- Wajib Militer
04【WL❦】-Seleksi
05【WL❦】Perubahan Plot
06【WL❦】-Meninggalkan tanda
07【WL❦】- Tarian Peri
🔞08【WL❦】-Melayani Kaisar
09【WL❦】-Bukan Orang yang langka
10【WL❦】-Promosi
11【WL❦】- Paviliun Xuehua
12【WL❦】-Kehamilan Selir
《TOKOH DAN VISUALISASI》pt.1
《TOKOH DAN VISUALISASI》pt.2
《TOKOH DAN VISUALISASI》pt.3
13 【WL❦】- Daftar Nama
14 【WL❦】- Istana Musim Panas
15【WL❦】- Sepasang burung
16 【WL❦】- Bertemu
17【WL❦】- Rencana
18【WL❦】- Tur Selatan dan Wajib Militer
19 【WL❦】- Promosi kedua
20 【WL❦】- Veteran dan pendatang baru
21【WL❦】- Perjalanan pertama
22- 【WL❦】memetik pucuk teh di puncak gunung.
23- 【WL❦】digigit ular
24- 【WL❦】Alergi
25- 【WL❦】Kerikil yang dilempar ke dalam danau
26- 【WL❦】Soo Cairen diusir
27- 【WL❦】Rumah kaca
28- 【WL❦】Kesetian pada diri sendiri
29- 【WL❦】Nona Guo
30- 【WL❦】Kepingan Salju
31- 【WL❦】Perompak
32- 【WL❦】Sesuatu terjadi
33- 【WL❦】Kehamilan
34- 【WL❦】Kedatangan rombongan
35-【WL❦】Provokasi Guo Jia
36-【WL❦】Tragedi dan promosi pt.1
37- 【WL❦】tragedi dan promosi pt.2
38-【WL❦】Berlayar ke selatan
39-【WL❦】Saingan cinta?
40-【WL❦】Memindahkan tempat tinggal
41-【WL❦】Menyadari sesuatu...
42-【WL❦】Kembali ke Ibukota
43-【WL❦】Gejolak Harem
44-【WL❦】Membangun Ambisi
45-【WL❦】Menetapkan langkah..
46-【WL❦】Pikiran
47-【WL❦】Ling Guiren
48-【WL❦】Melahirkan
49-【WL❦】Resep?
50-【WL❦】Bunga dicermin dan bulan di air
51-【WL❦】Kembalinya teratai putih
52-【WL❦】Kecurigaan Kaisar
53-【WL❦】Hati ular dan macan tutul
54-【WL❦】Kekacauan?
55-【WL❦】Kaisar yang merajuk?

01【WL❦】- Mengunjungi Kuil

613 80 3
By winterlazulli

【White Lotus❦】

———

Halaman Sayap Wangi seperti namanya, berada di sayap kanan dan dipenuhi bunga-bunga beraroma wangi. Sebagai seorang selir biasa, hobi ibunya bahkan lebih elegan dari nyonya utama. Konon ini salah satu alasan mengapa ayahnya cukup menyukai ibunya. Berbicara tentang ibunya, dia adalah wanita dari selatan dan menikah dengan rumah perdana menteri saat berumur 18 tahun dan memiliki Beomgyu ketika berusia 19 tahun yang sangat cepat. Melihat waktu bergerak tidak terasa hingga tujuh belas tahun berlalu. Wajah cantik ibunya ternyata tidak banyak pudar.

"Ibu selir." Beomgyu memasuki halaman dengan langkah yang tanpa dia sadari cepat dan penuh semangat.

Nama keluarga ibunya adalah Jang dan dipanggil Jang Yiniang oleh orang-orang. Melihat putra semata wayangnya datang ke halamannya, wajah wanita itu tersenyum penuh kasih. "Aku dengar kamu pergi keluar bersama teman-temanmu, mengapa sudah kembali? Aku sudah menyelesaikan belajar lima buku besar dan empat seni, saatnya lebih banyak bermain diluar. Beomgyu-ah."

Beomgyu menyerahkan payung minyak kepada pelayan ibunya dan segera naik ke atas ranjang Kang untuk memeluk sang ibu. "Aku merindukan ibuku hari ini jadi kembali lebih awal. Ngomong-ngomong aku meminta Hyein mengirim kue kepadamu bu, apakah kamu sudah mencobanya bu?"

Jang Yiniang tengah menjahit sesuatu dan menerima kata-kata manis putranya mau tidak mau merasa gemas. "Berapa umurmu masih begitu lengket terhadapku huh? Apakah adik-adikmu tahu bahwa kakak mereka bisa seperti bayi kecil bila dihadapanku?"

Beomgyu mengerucutkan bibirnya. "Hanya di depan ibu akan bersikap seperti bayi! Aku ini kan memang bayi kecil ibu." Memiringkan kepalanya dan berkedip genit pada sang ibu. Membuat wanita itu tertawa terbahak-bahak dibuatnya.

"Ya, kamu adalah bayi kecilku yang paling manis dan lucu."

Sepasang ibu dan anak berbagai pot madu satu sama lain hingga hujan diluar mereda.

"Bu, kamu membuat jubah untuk ayah lagi?" Tanya Beomgyu memperhatikan pola bangau terbang dibagian keliman jubah tampak hidup.

Jang Yiniang memiliki keterampilan yang sangat baik dalam menjahit sayang sekali Beomgyu hanya bisa memiliki secuil keterampilan ini dari ibunya. Paling-paling dia hanya bisa menjahit pola ikan koi atau teratai di atas saputangan. Sisanya benar-benar tidak bisa dikatakan lagi.

"En, aku memperhatikan jubah ayahmu yang terakhir kali aku buat sudah usang. Jadi gantilah dengan yang baru. Ngomong-ngomong sudahkah kamu memberi salam pada ayahmu hari ini?"

Beomgyu yang sibuk mengigit kue tertahan dan ingat bahwa dia memiliki tujuan lain untuk menemui ibunya. Buru-buru membersihkan remahan di sekitar bibirnya, Beomgyu pun menatap ibunya dengan serius. "Bu, sebenarnya ayah...." Dia menceritakan rencana ayahnya dengan suara pelan.

Jang Yiniang tentu saja terkejut. Bukannya merasa bahagia untuk kemuliaan putranya. Jang Yiniang malah merasa tertekan. "Beomgyu apakah kamu benar-benar menerima permintaan ayahmu? Ini tentang masa depan mu sendiri. Meski Istana Kekaisaran itu tampak mulia dan agung, dibalik semua kemegahan itu adalah ladang pembunuhan yang tidak kalah seperti medan perang!" Bagaimana seorang ibu rela membiarkan putra satu-satunya memasuki tempat dimana manusia dan iblis berkumpul?

Beomgyu tahu apa yang dikhawatirkan ibunya. Tetapi sang Kaisar sudah dua kali menyatakan niat, berani mereka menentang kehendak keluarga Kekaisaran? Orang takut bahwa seluruh klan akan terlibat!

Memegang kedua tangan ibunya dengan lembut meremasnya, Beomgyu berkata; "Bu, jika bukan aku yang pergi. Siapa yang akan menggantikan ku? Justru karena istana adalah ladang ranjau, ayah mempercayaiku untuk melangkah masuk. Ayah percaya pada kecerdasan ku dan ayah memiliki kekuatan untuk menjaga ku didalam sangkar emas itu."

Mata bunga persik selir Jang memerah. "Tidak bisakah itu tuan muda kelima? Keenam atau kedelapan bahkan kesembilan? Mengapa harus kamu!"

Beomgyu tidak berdaya. "Bu, kakak kelima sudah memesan pertunangan satu tahun yang lalu. Kakak keenam itu baik, tetapi tempramennya terlalu jujur dan lurus. Orang seperti dia akan mudah menyinggung orang. Adapun adik kedelapan, ayah tidak berpikir dia mampu. Bagaimana sebelumnya dia pengecut. Adik kesembilan, bibi kedua belum tentu mau mengirimnya ke istana."

Sebenarnya ada alasan lain yang tidak bisa Beomgyu sebutkan. Misalnya karena sejak awal, ayahnya hanya ingin dia memasuki Istana. Itulah mengapa dalam dua tahun terakhir, Beomgyu bekerja keras melatih diri. Guru-guru yang diundang ayahnya adalah yang terbaik itu adalah kedok untuk kultivasi Beomgyu agar terlatih. Dan mama Istana yang diundang lebih ketat terhadapnya dalam pelajaran etiket. Beomgyu tahu dengan sangat jelas. Dia sendiri punya motif egois untuk menyetujui hal ini.

Bakat menarinya hebat, kaligrafinya indah dan sitarnya bahkan lebih baik, dia pandai dalam catur yang selalu mendapat pujian dari para master. Wajahnya cantik dan otaknya cerdas. Semua kesempurnaan ini menyadarkan Beomgyu bahwa dia layak untuk memerankan tokoh utama. Mengapa dia harus mengalah dengan adik kedelapan yang palsu dan curang itu dan menjadi umpan meriam yang berakhir menyedihkan! Beomgyu tidak akan pernah menjadi pengecut bahkan jika dia kalah dia harus kalah dengan cara indah dan bermartabat.

Jang Yiniang masih ingin membujuk tetapi Hosu datang tepat waktu untuk memberitahu bahwa para tamu telah tiba. Para selir biasa seperti Jang Gyuri tidak dapat muncul di tempat umum tetapi Beomgyu harus memperlihatkan wajahnya jadi dia bergegas pergi.

"Bu, jangan khawatir lagi. Percaya padaku dan percaya pada ayah bahwa dia tidak akan meninggalkan ku jika sesuatu terjadi dimasa depan." Meski di dalam buku, ayahnya digambarkan sebagai pria bajingan. Meskipun ayahnya bukan suami yang baik, dia adalah ayah yang bertanggungjawab dan mementingkan kesejahteraan anak-anaknya lebih dari yang orang lain lihat. Jika tidak, mengapa ayahnya mau merepotkan mengundang master terbaik untuk mendidik anak-anaknya? Mendorong anak-anaknya berlatih sangat keras? Semua karena ayahnya peduli. Di lingkaran bangsawan, orang tidak hanya memandangmu berdasarkan latar belakang, orang akan memandang sebaik apa wajahmu, bakatmu, kemampuan mu dan karaktermu untuk menemukan pasangan yang layak bagi anak-anak mereka. Tuntutan ketat inilah yang harus dipenuhi anak-anak seperti mereka. Sayangnya hanya sedikit yang bisa menangkap niat baik ayahnya.

Beomgyu merapikan penampilan sebelum pergi kehalaman kakak perempuan tertuanya. Tentu saja dia telah menyiapkan hadiah untuk menambahkan mahar pada kakak keempat itu. Sekotak perhiasan dengan mutiara selatan yang indah. Cocok untuk kakak perempuan yang lembut dan lembut.

"Sangat hidup disini. Dimana kakak perempuan? Aku ingin melihat wajah cantik saudaraku sebelum dia menikah." Beomgyu menggoda dengan sengaja. Beberapa saudara dan sepupu mengelilingi Heejin yang memerah malu.

"Saudara ketujuh!"

Heejin menutup wajahnya dan mencicit dengan kesal kearah Beomgyu. "Kamu datang terlambat tetapi sangat bersemangat untuk mengejekku!"

Beomgyu tertawa renyah, "Oh calon pengantin tidak boleh marah."

Choi Jinni memandang Heejin dengan tersipu. "Kakak bagaimana rasanya bertunangan?" Entah dia benar-benar bertanya atau sengaja mengoda yang jelas itu semakin membuat Heejin malu.

Seungmin tersenyum kecil, "Kenapa kamu menggoda kakakmu seperti itu? Jika kamu ingin tahu ya mintalah bibi kedua untuk melamar pria tampan untukmu ba~"

Choi Jinni menghentakkan kakinya, "Kakak keenam kamu menggertakku!"

Semua orang tergelak. Mata Beomgyu tanpa sengaja jatuh ke sudut dimana adik kedelapan mereka berdiri dengan kedinginan. 'Hah~ dia bermain acuh tak acuh sepanjang waktu.' Beomgyu menggelengkan kepalanya tanpa sadar.

Acara pertunangan secara alami dilaksanakan dengan sangat lancar dan dua keluarga memutuskan untuk mengadakan pernikahan sebelum musim gugur. Beomgyu bersenang-senang dengan para saudara hingga malam. Begitu dia kembali ke halamannya dia jatuh terlelap setelah menyentuh tempat tidur.

Pagi di musim semi itu menyegarkan dengan aroma bunga yang mulai mekar. Beomgyu bagun ketika matahari mulai merangkak naik. Para pelayan kecil segera menyiapkan air dan sarapan akan dibawa dari dapur umum. Sarapan adalah bubur beras putih dengan potongan daging dan sayur, ada juga dumpling berisi sayuran gemuk kesukaan Beomgyu.

Hosu datang dan Beomgyu mengibaskan tangan agar para pelayan lain keluar. "Tuan muda tugas yang anda berikan kepada budak kemarin, budak ingin melaporkannya."

"Bicaralah."

"Budak ini bertanya pada mata-mata kita di halaman tuan muda kedelapan bahwa kadang-kadang pelayan kelas dua di sisi tuan muda Yejun sering menemui asisten kepala pelayan Choi...."

Asisten kepala pelayan Choi? Bagus! Bagus sekali! Siapa orang yang paling dipercaya ayahnya di mansion? Itu adalah kepala pelayan Choi! Dan siapa yang paling dipercaya kepala pelayan Choi? Itu adalah asistennya yang juga putranya sendiri! Tidak diragukan lagi bahwa infomasi penting yang di dapat Choi Yejun berasal dari sumber terpercaya.

"Hosu, cari cara untuk dapat membeli pelayan kelas dua yang sering digunakan saudara kedelapan. Yang berpotensi dipercaya oleh adik tersayangku."

Beomgyu menduga bahwa Choi Yejun sudah mendengar kabar tentang wajib militer. Tetapi apakah kali ini dia tahu bahwa Beomgyu adalah kandidat terbaik ayahnya atau tidak. Bagaimana tidak tercatat di dalam buku bahwa Yejun mengetahui tentang pemanggilan Beomgyu ke ruang kerja ayahnya.

Beomgyu hanya ingin waspada agar dia tidak dihitung oleh orang lain seperti di dalam buku!

Beomgyu pergi ke halaman utama untuk memberi salam pada Nyonya dan Nyonya tua untuk rutinitas pagi. "Saudara ketujuh."

"Kakak ketiga." Beomgyu tersenyum lebar kala melihat sosok pria mengenakan seragam akademi Kekaisaran berdiri di depan halaman Nyonya tua. Inilah Choi Yeonjun, satu-satunya putra dominan ayahnya. "Kamu benar-benar kembali... Berapa lama kamu akan mengambil cuti kali ini kakak?"

Choi Yeonjun sedikit mirip dengan Beomgyu, sekitar lima poin hanya saja dia lebih tinggi dengan fitur wajah tegas dan mata Phoenix yang tajam. Membuatnya tampak dingin diluar. Melihat salah satu adik kesayangannya, Yeonjun menepuk pucuk kepala Beomgyu gemas. "Kamu sangat bersemangat menanyakan hari libur ku... Kamu pasti berencana menarik ku untuk bermainkan beruang kecil?"

Beomgyu mengerucutkan bibirnya, "Jarang bagimu untuk bisa bertemu dengan ku kakak ketiga!" Beomgyu meraih lengan kokoh kakaknya dan tanpa malu bergelayut seperti anak kecil. "Nenek mengajak kami pergi ke kuil dalam dua hari. Kakak ayo pergi juga dan mari kita naik gunung!"

Yeonjun mendengus geli, "Kamu benar-benar kekanak-kanakan."

"Biar saja! Kakak kamu harus menepati janjimu kali ini."

"Entahlah, aku mendapat undangan dari siswa Akademi Oriental untuk saling bertukar pengalaman."

"Lihat kamu mengikari janjimu lagi!"

"Hei jangan merajuk."

Pemandangan harmonis antara kakak beradik secara tidak sengaja memasuki pandangan seseorang. Mata almond dengan dingin memandang dua orang itu dari kejauhan.

"Tuan muda ketiga akhirnya kembali! Ah ada tuan muda ketujuh juga datang." Mama Wang di samping nenek muncul menyambut mereka dengan senyum hangat. Wanita paruh baya itu segera mempersilahkan dua kakak beradik untuk masuk.

"Mama Wang apakah nenek sudah sarapan? Hari ini dapur membuatkan  bubur daging kesukaan nenek." Beomgyu berkata masih dengan semangat anak kecilnya.

Mama Wang menatap tuan muda ketujuh dan menjawab, "Nyonya tua sudah lama bangun dan sarapan dihabiskan dengan cepat."

Yeonjun menahan tubuh adik kecilnya dengan satu tangan, seperti menahan anak berusia lima tahun. "Bagaimana kesehatan nenek akhir-akhir ini, aku dengar nenek menderita flu beberapa hari yang lalu."

Mama Wang; "Memang benar Nyonya tua mengalami flu tetapi berkat bakti tuan besar dan para cucu yang perhatian untuk mengundang tabib Kekaisaran. Tubuh Nyonya tua dapat sembuh dan kembali energik seperti biasa."

"Apakah itu cucu ketiga yang datang?" Suara dalam khas wanita tua yang berwibawa datang dari dalam. Begitu manik tua itu melihat sosok Yeonjun, layaknya menemukan harta berharga, binar bahagia tidak dapat disembunyikan. "Anak nakal akhirnya kamu pulang!"

Yeonjun dengan hati nurani yang bersalah bergegas ke sisi Nyonya tua dan mulai membujuk dengan mulut manisnya. Meninggalkan Beomgyu yang cemberut.

"Nenek kamu mulai meninggalkan ku setelah kedatangan kakak ketiga!"

Nyonya tua dan Yeonjun tidak berdaya di tempat. "Kamu— berapa umurmu masih cemburu terhadap kakakmu sendiri?"

"Nenek melupakanku dan tidak mencintai ku lagi ah!"

"Anak ini."

Tidak perlu lama sampai gelak tawa yang jarang terdengar di halaman muncul dan orang-orang Nyonya tua tahu bahwa tuan mereka dalam suasana hati yang baik dan itu berkat dua tuan muda yang paling dicintai Nyonya tua itu.

Namun suasana berganti dengan cepat setelah Nyonya tua membuka sebuah topik. "Beomgyu apakah kamu sudah berbicara dengan ayahmu?"

Beomgyu tersentak untuk beberapa detik dan kemudian mengangguk tenang. "Iya nenek, ayah dan aku sudah berbicara."

Yeonjun secara alami juga mengetahui apa yang terjadi. Membayangkan bahwa salah satu adik kesayangnya harus berjuang sendirian ditempat seperti Istana Kekaisaran. Wajahnya tenggelam. "Adik ketujuh, selain ayah. Kakak ketiga juga akan menjadi pendukungmu."

Beomgyu terkejut lagi dan memandang kakak laki-lakinya dengan lembut. Meski dia dan Yeonjun berbeda ibu, sejak masih kecil mereka dibawa oleh Nenek tua dan ayah untuk diajar bersama dan secara alami hubungan persaudaraan mereka kuat tanpa terhalang status sah dan tidak sah.

"Aku tahu kakak laki-laki adalah yang paling bisa aku andalkan."

Nyonya tua melihat hubungan harmonis dua saudara itu dan tidak bisa tidak puas. Dia menatap Beomgyu, ini adalah anak yang dia ajar dengan kedua tangannya sendiri. Nyonya tua Choi paling tahu seberapa mampu Beomgyu. Meski begitu tidak diragukan bahwa dia juga merasa tertekan.

"Beomgyu ketika kamu memasuki Istana yang paling penting adalah mematuhi aturan. Tetap rendah hati dan jangan sombong, selalu ingat untuk lebih banyak mendengar dan lebih banyak melihat.... Meski Permaisuri tidak terlalu disukai oleh Kaisar. Kaisar sangat menghormatinya, setidaknya tujuh poin penuh. Bahkan jika dimasa depan kamu disukai, selama Permaisuri masih berdiri ditempatnya selama sehari kamu masihlah berada dibawahnya...."

"Cucu ini memahami ajaran nenek." Beomgyu mengangguk patuh meski dia sudah tahu tentang ini. Mendengar petuah tetua dapat membuatmu memahami banyak hal karena mereka lebih berpengalaman. Beomgyu tidak berani meremehkannya hanya karena dia punya buku rahasia.

"Baiklah, selama menunggu pengumuman wajib militer Nenek tua ini akan mengajari mu lebih banyak hal lagi."

"Iya nenek."

Nenek tua menepuk tangan Beomgyu lembut, "Kamu adalah yang tertua diantara Yejun dan Jinni. Adapun hal-hal untuk memasuki Istana aku akan menyerahkan tanggungjawab persiapannya kepadamu."

Beomgyu telah lama berlajar tata graha dengan Nyonya tua dan memahami semua urusan pelataran dalam dengan baik. Misalnya distribusi pakaian selama empat musim, pembukuan sejumlah harta benda, pemesanan perhiasan untuk dipakai semua orang bahkan termasuk pelaksanaan perjamuan. Beomgyu menguasainya dengan baik. Arti dari kata-kata neneknya adalah, bahwa dia yang telah dipilih oleh ayah dan neneknya. Beomgyu bisa menyesuaikan pakaian dan perhiasannya secara mandiri tanpa harus berkompromi dengan dua saudaranya yang lain.

"Nenek yakinlah."

Beomgyu bergerak cepat dengan meminta Hosu menemui kepala urusan rumah tangga Choi. "Pergi dan temukan paman Choi, katakan bahwa aku ingin menemukan ahli perhiasan dan penyulam terbaik secepatnya. Katakan juga bahwa ini di bawah perintah Nyonya tua. Lalu pergi ke rumah bordir bibi Yu dan katakan pakaian untuk adik kedelapan dan kesembilan harus dibuat lebih awal."

Hosu mengangguk tegas, "Ya tuan muda."

Nyonya tua puas dengan sikap Beomgyu. "Bagus."

Yeonjun menepuk bahu Beomgyu dengan ringan, "Istana adalah tempat dimana kekuasaan bekerja, atas dan bawah memerlukan uang. Tapi jangan khawatir, kakak laki-laki mu ini telah menabung banyak uang, aku akan memberikannya untuk kamu gunakan. Jangan khawatir kekurangan uang dimasa depan."

Mendengarnya— nenek tua Choi tertawa tetapi Beomgyu dengan cepat menggeleng. "Bagaimana aku bisa menggunakan uang saudaraku? Uangmu digunakan untuk calon kakak ipar masa depan ku ba~" Tentu saja dengan setengah godaan untuk sang kakak.

Tegelak, nenek tua berkata; "Adik ketujuh mu masih yang paling perhatian. Kamu dengar apa yang dia katakan? Dia ingin kamu segera menemukan istri! Yeonjun kamu juga tidak lagi muda ah, aku akan meminta ibumu untuk menemukan beberapa calon agar kamu bisa segera memberikanku cicit kecil yang lucu."

Wajah masam Yeonjun membuat Beomgyu terkikik. "Haha Nenek, nanti jika aku menemukan calon yang cocok saat wajib militer aku akan menulis surat Untukmu ba~"

"Ya Choi Beomgyu lebih baik kau tutup saja mulut mu!" Yeonjun memicingkan matanya tajam dan Beomgyu mengejeknya sebagai balasan.

"Tidak mau!"

"Tuan muda kelima, tuan muda keenam, kedelapan dan nona muda kesembilan ada disini." Suara Mama Wang sengaja dikeluarkan dengan keras untuk memberitahu ketiga orang didalam untuk menyudahi diskusi rahasia mereka.

Beomgyu menyusut ke sisi lain Neneknya, wajahnya sudah kembali normal dengan senyum lembut dan ceria untuk menyambut saudara-saudaranya.

"Nenek! Kakak ketujuh.. Ah Kakak ketiga!" Begitu mereka melihat sosok Yeonjun, tidak diragukan lagi antusiasme mereka naik tajam.

"Kakak ketiga ada disini."

"Hei mengapa begitu bersemangat." Yeonjun merasa matanya akan juling karena dikelilingi oleh adik-adik ini. Nyonya tua dan Beomgyu tertawa disamping.

"Baiklah anak-anak hentikan itu, kakak ketigamu baru kembali dari akademi dia pasti lelah. Ayo kalian datang kemari untuk menyambutku bukan?" Nenek tua berbicara.

Beomgyu menambahi, "Semuanya~  nenek punya sesuatu untuk diberi tahu."

Satu persatu anak itu akhirnya diam dan menatap Nyonya tua dengan antisipasi.

"Dalam waktu dekat wajib militer akan diberlakukan dan segera ibukota dipenuhi gelombang besar para pendatang. Rumah Perdana Menteri kita juga akan mengikuti wajib militer ini..."

Beragam ekspresi muncul diwajah para tuan kecil. Beberapa tampak antusias atau bahkan gugup. "Apa itu artinya kita akan tinggal di Istana untuk menjalani pelatihan?"

"Apakah Rumah kita benar-benar akan mengirim orang nenek? Apakah itu adik ketujuh, kedelapan dan sembilan?"

"Benar, umur adik ketujuh dan kedelapan sudah memenuhi persyaratan. Adik kesembilan juga pasti masuk dalam daftar."

Ekor mata Beomgyu diam-diam menangkap sosok yang berada di belakang barisan. Pada Choi Yejun yang menyendiri dan tampak begitu tenang. Melihat bahwa orang lain tidak menunjukkan tanda-tanda, Beomgyu tahu bahwa Choi Yejun sudah mendapatkan informasi ini lebih awal seperti dirinya.

"Ya, kemungkinan aku, adik kedelapan dan kesembilan akan memasuki Istana untuk wajib militer. Oleh karena itu nenek berencana membawa kita semua mengunjungi kuil guna mempersembahkan dupa dan berdoa untuk kelancaran acara besar tersebut." Beomgyu melemparkan senyumnya dan kebetulan manik persik Beomgyu bertemu dengan mata dalam Choi Yejun.

"Adik kedelapan kamu bisa meminta pelayan mu untuk membuat persiapan sejak dini. Terutama pakaian dan perhiasan untuk dikenakan selama di Istana, kamu bisa memintanya dari bibi Yu dari halaman bordir untuk menyesuaikannya."

Semua mata segera menuju kearah Choi Yejun. Shou muda yang selalu pengecut dalam keluarga telah lama berbubah tetapi orang lain semakin terasa jauh. Nyonya tua melihat cucu ini dengan pandangan dalam. Wajah orang cantik, jenis kecantikan yang dingin dan berani, layaknya bunga mawar berduri diantara kumpulan bunga warna-warni. Mata orang lain mungkin tampak tenang, tetapi tempramen sombong dan jejak keangkuhan yang samar tidak dapat disembunyikan darinya. Hanya melihat saja, Nyonya tua tahu bahwa anak kedelapan ini adalah tipe orang yang memandang rendah orang lain karena merasa berbeda sendiri.

Dan apa yang dibaca oleh nenek tua Choi sama sekali tidak salah. Choi Yejun yang telah lama memasuki tubuh orang lain adalah seorang dari era yang lebih maju, dari segi pola pikir maupun teknologi telah lama melampaui era Kekaisaran kuno. Begitu dia memasuki tubuh ini dengan ingatan pemilik asli yang menganggap semua orang di rumah memandang rendah dia dan ibunya, segela macam gertakan dan ketidakadilan yang terjadi, bagaimana dia bisa menerimanya?

Seorang pria dengan tiga istri dan empat selir dimata Choi Yejun adalah sampah! Ayah pemilik asli adalah bajingan yang bias terhadap anak-anak yang menonjol. Nenek tua di halaman belakang adalah wanita licik yang hanya tahu memerintah demi kepentingan keluarga, saudara-saudara berhati hitam yang pencemburu dan para selir jahat itu benar-benar tidak tertahankan dimata Choi Yejun. Tentu saja dia tidak berdamai, dengan kecerdasannya dan sistem ajaib yang dia punya. Choi Yejun bertekad untuk memperkaya diri dan membantu ibunya membalas semua pelecehan dimasa lalu. Selama dua tahun terakhir dia membuka banyak bisnis dengan ide-ide terbaru dan menghasilkan banyak uang. Choi Yejun berpikir untuk meninggalkan keluarga Choi ini. Sayang sekali ayah yang baik dan nyonya tua berniat menyeretnya kedalam Istana. Heh! Yejun sangat tidak sudi menjadi selir Kaisar sampah!

"Adik kedelapan ayo ikuti aku dan adik kesembilan pergi menemui paman Choi. Kamu harus memilih perhiasan untuk kamu bawa nanti." Choi Yejun menatap sosok kakak ketujuh dengan perasaan rumit.

Diantara saudara-saudara di halaman belakang. Selain kakak ketiga, yang ketujuh ini adalah yang paling asing dalam ingatan pemilik asli. Pelayan pemilik asli mengatakan bahwa hubungan Choi Yejun dan Choi Beomgyu tidak lebih dari kesopanan dipermukaan. Memang benar bahwa Choi Beomgyu tidak pernah menggertak Yejun, tetapi tampilan acuh tak acuh orang lain kadang sangat mengganggu. Choi Yejun merasa saudara ini adalah seorang teratai putih! Yang tampak lemah lembut tetapi memiliki hati ular dan kalajengking, orang takut Choi Beomgyu sebenarnya adalah babi yang memakan harimau!

"Iya kakak ketujuh." Choi Yejun dengan enggan mengikuti di belakang.

Jika Beomgyu tahu apa yang dipikirkan Choi Yejun tentang menjadi teratai hitam. Beomgyu pasti akan tertawa terbahak-bahak.

Membawa dua saudaranya, Beomgyu menemui bibi Yu di halaman bordir. "Tuan muda ketujuh, tuan muda kedelapan, nona kesembilan. Ini adalah kain-kain yang baru datang dari selatan, motif terbaru menyesuaikan tren pasar. Ada juga brokat shu dan sutra dan brokat awan yang dipesan khusus oleh Nyonya tua untuk ketiga tuan kecil pilih." Bibi Yu menampilkan lusinan baut kain dengan senyum lebar.

Choi Jinni dengan mata merah menatap kain dengan pola-pola bunga yang indah. Semua kain dan brokat berkualitas ini benar-benar surga, bahkan Choi Yejun tidak bisa menahan untuk tidak melirik beberapa kali. Beomgyu sendiri juga sangat puas, wajib militer ini tidak lain adalah ajang memamerkan kekayaan seseorang. Oleh sebab itu neneknya secara khusus menginstruksikan dia untuk membuat pakaian lain dengan hati-hati.

"Nah tunggu apa lagi? Kalian berdua pilih lah, kita diberikan kesempatan untuk mengambil lebih awal dari yang lain jadi jangan sia-siakan." Ya semua hak ini diberikan oleh neneknya yang seorang penguasa halaman dalam bahkan Nyonya utama tidak dapat berkutik.

"Benarkah kakak?" Choi Jinni tentu saja sangat senang. Sebagai anak dari kamar kedua, meski perlakuannya tidak buruk. Itu masih sangat rendah dibandingkan kakak perempuan ke empat dan dia terbiasa mendapat kain yang lebih buruk dari gadis kamar utama.

Choi Yejun bahkan ragu-ragu mendengarnya, dia secara alami selalu mendapat yang paling buruk. Dengan kata-kata kakak ketujuh, mungkin dia bisa mengambil kesempatan disini bukan?

Beomgyu mengangguk tegas, "Tentu saja, selama tidak melewati batas kalian bisa memilih yang manapun kalian suka. Ayah, ibu dan nenek tidak akan marah. Ayo cepat pilih."

"Berapa banyak yang bisa kita dapat?" Yejun dengan hati-hati bertanya.

Choi Jinni dengan penuh harap menatap Beomgyu.

Terkekeh pelan Beomgyu menuangkan air dingin kepada dua adik ini. "Wajib militer umumnya belangsung sepuluh hari sampai hari pemilihan. Dan akan ada beberapa acara besar untuk dihadiri termasuk saat penampilan bakat di hadapan ibu suri dan Permaisuri. Yang paling utama adalah membuat empat pakaian formal. Sisanya kalian bisa menghitung sendiri berapa banyak pakaian yang bisa kalian bawa dan tentu saja brokat dan kain yang kita dapat masing-masing adalah enam baut."

"Begitu banyak?" Choi Jinni dan Yejun terkejut.

Beomgyu sekali lagi tertawa, "Tentu saja, ini adalah acara khusus."

Ya dengan begitu, Choi Jinni mengambil dua brokat sutra dan shu dengan motif bunga dan kupu-kupu, dua kain satin berwarna kuning angsa dan merah muda yang cantik serta dua kain berwarna lebih lembut. Choi Yejun memiliki selera yang unik tentu saja, dua brokat awan dengan pola bangau dan sulur, kain yang dia pilih berwarna merah cerah, putih yang suci, kain hitam dengan rajutan benang perak yang berani dan selembar bulu serigala abu-abu. Ketika bibi Yu dan Choi Jinni menatapnya dengan pandangan aneh karena kombinasi kain yang unik, Choi Yejun masih mempertahankan wajah dinginnya.

Beomgyu tahu bahwa kain-kain yang tampak vulgar ini akan menjadi pakaian indah ditangan saudara kedelapannya yang maha kuasa. Tentu saja berkat sistem ajaibnya yang membantu Choi Yejun membuat desain pakain yang akan membuat tren dimasa depan. "Adik kedelapan kamu sangat berani." Beomgyu tidak berdaya dibuatnya.

Choi Yejun memandang Beomgyu dengan senyum tipis. "Aku hanya ingin ini."

Beomgyu tentu menyetujui, "Ya tentu saja kamu bisa mendapatkannya."

Choi Jinni tertawa kecil, "Orang yang vulgar." Cibir nya yang hadiahi putaran bola mata dari Yejun.

Beomgyu sendiri sudah mendapatkan miliknya. Brokat sutra dan awan masing-masing satu dengan pola sederhana. Satu Biru safir dan yang lain adalah putih tulang. Dua kain satin juga berwarna serupa dengan brokat. Ada juga kain satin hijau tua dan merah ruby. Warna yang Beomgyu pilih secara alami tajam tetapi itu bukan jenis yang mencolok mata, Beomgyu sudah memiliki bayangan pakaian yang elegan dikepalanya.

"Seperti yang diharapkan dari kakak ketujuh. Seleramu masih semenarik biasanya." Puji Choi Jinni.

Beomgyu terkekeh, "Aku tidak mau bersaing dengan adik perempuan ku yang cantik ba~ ayo biarkan para pelayanan mengatur ini dan mari kita pergi mengurus perhiasan."

"Oh ya ampun akhirnya aku mendapat perhiasan baru. Kakak tahu kah kamu, temanku kemarin memamerkan kalung permata yang baru keluar dari Paviliun Harta Karun.. Aku sangat iri."

Sama seperti memilih kain, Beomgyu membiarkan adik-adiknya pergi lebih dulu untuk memilih. Dan dalam sekejap, dua hari datang dengan cepat. Waktu bagi anak-anak keluarga Choi pergi ke kuil akhirnya tiba.

"Hosu akan mengikuti sementara kamu akan tinggal untuk mengawasi orang-orang dirumah, jika ada yang mencurigakan ingat untuk mengirim seseorang untuk menemuiku. Terutama perhatian pergerakan dari hamalan sebelah." Beomgyu memberikan instruksi kepada Hyein.

"Yakinlah tuan muda, budak ini akan mengerjakan tugas dengan baik!"

"Bagus."

Ada tiga gerbong besar untuk mengangkut lebih dari sepuluh orang dengan barang-barangnya. Nenek tua ditemani Bibi Wang mengatur orang-orang, Beomgyu tiba bersama Hosu dan menemukan bahwa dia akan menaiki gerbong yang sama dengan neneknya. Tetapi wajah anak-anak lain yang satu gerbong dengan Choi Yejun agak buruk.

Sayangnya Nyonya tua tidak menerima komentar apapun dan mendesak semua orang untuk naik agar bisa segera pergi. "Cepat, kita akan pergi ke kuil Kekaisaran kali ini yang agak jauh. Jika terlambat kita hanya akan sampai pada malam hari."

"Kuil Kekaisaran?" Wajah cemberut anak-anak terganti dengan senyum lebar. Bagaimana kuil Kekaisaran memiliki pemandangan yang indah dan tentu saja tidak bercampur dengan orang biasa yang lebih tenang dan ekslusif.

Beomgyu membantu Nenek tua masuk, laku dirinya sendiri dan juga Yeonjun dan tiga pelayan lainnya. "Nenek gunakan bantalan lembut untuk duduk jangan menyakiti pinggang mu."

"Ya ya aku tahu nak."

Gerbong meninggalkan mansion Perdana Menteri yang mengah membelah jalanan ibukota dengan dikawal selusin penjaga.
Dua cucu dan seorang nenek berbincang sepanjang jalan.

"Acara kali ini sangat besar dan banyak rumah tangga bangsawan mengirim anak dari rumah mereka hingga kerabat jauh untuk mengikuti wajib militer. Dalam beberapa hari orang-orang akan datang ke ibukota dan kuil biasa akan penuh dengan pengunjung. Seperti yang kalian tahu, banyak keluarga memanfaatkan ziarah ke kuil untuk membangun koneksi, rumah tangga kita pasti akan menerima ambang batas tamu yang ingin memanjat naik. Ayahmu secara alami tidak ingin kamu berkolusi dengan siapapun sebelum memasuki Istana. Jadilah aku membawa kalian jauh Ke kuil Kekaisaran, setidaknya hanya keluarga tertentu yang dapat memasuki kuil dan resiko kamu terlibat dengan orang-orang jauh lebih sedikit. Juga karena aku ingin mengajarimu beberapa hal lagi untuk persiapan diri." Jelas Nyonya tua panjang lebar.

Beomgyu mengerti, dengan ayah yang seorang perdana menteri dan menjadi salah satu anggota suksesi Kaisar Muda. Orang-orang dengan niat tertentu pasti akan mengarahkan mata biru mereka pada kediaman Perdana Menteri. Tidak diragukan bahwa berbagai trik dan skema akan dirancang untuk menarik pihak mereka kedalam kapal seseorang. Ayahnya mungkin bukan pejabat yang jujur tetapi ayahnya sangat jelas tentang kesetiaan kepada Kekaisaran. Itulah mengapa dia dapat berdiri dengan kokoh di dua generasi Kaisar hingga hari ini. Nenek tua dan Nyonya tentu saja tidak mau melibatkan keluarga dengan orang-orang yang tidak relevan.

"Jadi begitu, cucu ini sekarang mengerti. Ayah dan Nenek adalah yang paling melindungi kita semua."

Kuil Kekaisaran berada jauh diluar ibukota dan berada di atas bukit. Perlu waktu setengah hari untuk sampai. Di perjalanan selain berbicara dengan nenek dan saudaranya, Beomgyu menikmati pemandangan alam dengan seksama. Beberapa gerbong lain terlihat di depan dan belakang. Mungkin beberapa rumah tangga bangsawan lain juga pergi untuk menghindari ibukota yang ramai.
Beomgyu melihat lambang di sebuah gerbong milik keluarga Kim. Salah satu klan besar dibawah kaki Kekaisaran. Salah satu putri dari keluarga ini akan memasuki Istana yang mana juga menjadi saingan paling sulit bagi Choi Yejun di dalam buku.

"Ada gerbong milik keluarga Kim di depan." Ujar Beomgyu dengan setengah berbisik.

Mata Nyonya tua segera mimicing setelah mendengarnya. Mungkin wanita tua itu mengingat sesuatu dan segera menarik Beomgyu lebih dekat. "Dua tahun lalu keluarga Kim juga mengirim seorang anak ke Istana, Kaisar menyukainya untuk sementara waktu tetapi karena kesombongan orang lain akan rahmat Kaisar dia secara tidak sengaja menyinggung Permaisuri. Tidak ada yang tahu kesalahan apa yang dia lakukan tetapi dalam waktu singkat namanya terhapus dalam daftar harem. Itu membuat keluarga Kim menjadi lelucon untuk waktu yang lama. Seseorang memberitahu ku bahwa, tuan kedua Kim membawa selir luarnya untuk memasuki pintu. Selir itu memiliki seorang putri yang sangat cantik, konon setara dengan Permaisuri Pangeran Yongle. Mungkin saja anak yang dikirim kali ini adalah anak ini. Meskipun aku tidak tahu seberapa pintar dia, keluarganya memiliki banyak sarana. Beomgyu kamu harus berhati-hati.”

Beomgyu juga tahu bahwa gadis keluarga Kim itu cantik, buku menggambarkannya sebagai kecantikan yang tiada tara. Itulah mengapa dia sangat disukai Kaisar dan membuat Choi Yejun cemburu yang terpenting bahwa orang lain memiliki banyak trik di lengan baju untuk menangkap Kaisar dan mempromosikannya dari seorang Guiren kecil bertahap menjadi salah satu Fei yang tinggi. "Iya nenek, cucu ini akan selalu mematuhi kata-katamu."

Kuil Kekaisaran itu berdiri dengan megah, Beomgyu dapat melihat genteng merah dan tiang-tiang besar berwarna merah. Terakhir kali dia datang sekitar lima atau enam tahun yang lalu. "Kuil Kekaisaran semakin terlihat menawan."

"En, Kaisar baru menyumbang banyak uang untuk pemugaran Kuil ketika Yang Mulia naik tahta. Tidak heran para biarawan dapat membangun lebih banyak ruangan dan mengganti ubin-ubin itu." Yeonjun menyahut.

"Begitu kah? Yang Mulia murah hati." Puji Beomgyu.

Yeonjun menemukan bahwa mereka hampir tiba dan berkata pada adiknya;
"Kenakan penutup kepala saat aku turun nanti."

"Baik."

Kuil Kekaisaran tidak memiliki ribuan anak tangga yang lebih memudahkan para orang tua untuk cepat sampai ke aula utama. Mereka disambut biarawan dengan sangat hormat melayani nenek tua itu. Beomgyu segera bergabung dengan saudara-saudaranya untuk melihat-lihat sekitar.

"Jangan pergi terlalu jauh, sebentar lagi biarawan akan mengantar kita ke halaman sementara." Ujar Yeonjun mengingatkan adik-adiknya.

"Baik kakak ketiga."

Mereka melihat kolam teratai, hutan bambu, pohon doa yang dipenuhi bait-bait merah dan berkeliling sampai lelah. Beruntungnya tidak perlu waktu lama untuk mendapatkan halaman untuk beristirahat. Rombongan keluarga Choi dibawa memutar ke bagian belakang kuil. Disana lah halaman dapat disewa untuk sementara waktu.

Entah kebetulan atau tidak, halaman mereka bersebelahan dengan halaman Keluarga Kim. Nenek tua Choi dan wanita tua di keluarga Kim adalah kenalan lama, begitu dua orang bertemu, reuni secara alami terjadi.

"Aku benar-benar sudah lama tidak melihatmu." Suara Nenek tua Choi terdengar seolah-olah dia merindukan teman lama.

"Tubuhku sudah tua dan tidak dapat berjalan jauh selama beberapa tahun terakhir, baru tahun ini menjadi lebih baik maka dari itu aku memutuskan untuk mempersembahkan dupa kepada dewa." Balas Wanita tua Kim.

Beomgyu yang mengintip dari sela-sela kain tipis mendengus diam-diam. Seperti yang dikatakan neneknya di kereta. Keluarga Kim telah menjadi lelucon dalam dua tahun terakhir karena cucunya yang dibuang oleh Kaisar. Siapa yang punya wajah tebal menghadapi dunia dengan tamparan sekeras itu? 'Nyonya tua Kim pasti merasa sangat sakit dihatinya akibat hal memalukan itu.'

Beomgyu tidak tertarik dengan pembicaraan orang tua jadi setelah memberi salam ringan dia pamit pada neneknya untuk masuk lebih dulu.

"Hei Choi tua, apakah itu cucu ketujuhmu?" Beomgyu samar-samar mendengar tetapi dia dengan tenang berjalan masuk bersama adik-adiknya.

Hari pertama mereka menyelesaikan masalah halaman disiang hari dan pada malam hari Nyonya tua membawa para cucu itu untuk membakar dupa lalu mendengar ceramah Guru besar dan menyalin beberapa lembar sutra. Baru setelah wajah semua orang lelah, Nyonya tua membubarkan mereka untuk beristirahat.

Beomgyu meminta air panas dan mandi dengan bantuan Hosu, setelah berendam selama dua batang dupa. Beomgyu tidak berencana segera tidur melainkan ingin berjalan-jalan di halaman untuk sementara waktu. Halaman yang mereka dapat sangat luas, bahkan memiliki paviliun air dan meja batu untuk bersantai. Beomgyu membawa Hosu dan lentera besar untuk menikmati malam yang sepi.

"Tuan muda apakah anda ingin secangkir teh dan kue?" Tanya Hosu setelah dia menyalakan dupa pengusir serangga.

Beomgyu berpikir sebentar sebelum menyetujui. "Bawakan aku kue bunga."

"Iya tuan muda." Hosu bergegas kembali ke dalam meninggalkan Beomgyu seorang diri yang asik membaca sebuah buku.

Sembari bersenandung pelan, Beomgyu membalik halaman buku dan tenggelam dalam bacaannya.

"Choi Jinni kembalikan liontin giok milikku."

"Ya Choi Yejun apa maksud kata-katamu, apakah kamu menuduhku mencuri barangmu?"

"Aku tidak menuduhmu, aku hanya memintamu untuk mengembalikan barangku."

"Heh! Bukankah itu sama saja? Kamu benar-benar berani ya huh!"

Beomgyu mendengar suara-suara dari belakang dan beranjak dari tempatnya hanya untuk menemukan adik kedelapan dan kesembilan saling berhadapan.

"Apa yang kalian lakukan?" Suara Beomgyu mengejutkan keduanya.

"Saudara ketujuh lihat Choi Yejun menuduhku mencuri barangnya padahal aku hanya meminjam liontin giok jelek miliknya untuk sementara waktu!" Choi Jinni mengadu secara menggebu-gebu.

Wajah Choi Yejun pahit dan dia menggelengkan kepalanya sembari menepis tuduhan Choi Jinni. "Aku hanya meminta barangku kembali. Aku tidak memanggilmu mencuri tetapi kamu sendiri yang mengakuinya, bagaimana mengambil barang orang tanpa izin sama saja dengan mencuri!"

Wajah Choi Jinni memerah antara malu dan marah, "Kamu! Aku mengambilnya karena kamu terlalu pelit, aku hanya ingin melihat sebentar siapa juga yang benar-benar menginginkan liontin jelek itu!"

"Lihatkan kamu mengambil barangku, sekarang aku ingin barang itu kembali. Cepat berikan, bukankah menurutmu itu jelek? Jadi mengapa masih kamu ambil? Kamu pasti sangat menginginkan barangku kan?" Nada Choi Yejun menjadi tajam dan dengan sengaja sedikit mengejek.

Choi Jinni mendengus marah, "Aku sudah membuangnya!"

Wajah dingin Choi Yejun berubah dalam sekejap. "Beraninya kamu membuangnya! Apakah kamu pikir aku tidak berani dengan perempuan heh?" Choi Yejun hendak meraih Choi Jinna tetapi Beomgyu menahannya lebih dulu.

"Tunggu tenang dulu adik kedelapan." Beruntungnya Beomgyu sedikit lebih besar dari Choi Yejun dan mampu menahan adik kedelapan dengan baik. Choi Jinni menyusut ke belakang takut-takut.

"Mengapa kamu begitu marah hanya untuk sepotong giok jelek!" Tetapi mulutnya masih tidak berhenti untuk membuat keributan.

"Choi Jinni berhenti bicara!" Beomgyu menegur. Baik, tanpa diberitahu Beomgyu bahkan bisa menebak bahwa adik perempuan ini pasti yang membuat masalah lebih dulu.

"Giok itu hadiah dari ibuku dasar jalang kecil! Bisakah sehari saja kamu tidak mengganggu hidup orang lain? Tidak hanya mencuri tetapi kamu juga membuang benda berharga orang lain, apakah ini pendidikan yang ibumu ajarkan? Sampah!"

Beomgyu benar-benar terkejut dengan kemampuan memarahi adik kedelapan yang sangat langsung tetapi dia dengan cepat menutup mulutnya. "Choi Yejun bagaimana kamu bisa mengatakan kata-kata kotor seperti itu!"

"Jangan bawa-bawa ibuku ya!"

"Kenapa? Apakah kamu tersinggung?"

"Diam kalian berdua!" Melihat keduanya hendak berkelahi lagi tanpa ragu menarik telinga keduanya dengan kencang.

"Aah! Sakit—"

"Kakak ketujuh lepaskan!"

Beomgyu mendengus tetapi dia benar-benar melepaskan cubitannya. "Mengapa kalian selalu bertengkar? Choi Jinni apakah kamu benar-benar membuang giok adik kedelapan? Jawab dengan jujur!"

Mengusap telinga yang memerah dan dengan mata yang berkaca-kaca, Choi Jinni mencicit. "Aku tidak membuangnya, hanya menyembunyikan disuatu tempat."

Beomgyu melotot kesal. "Lain kali jangan mengambil barang orang lain tanpa izin apalagi mempermainkan nya seperti ini!"

"Tetapi Choi Yejun terlalu pelit!"

"Itu karena kamu terlalu egois!" Balas Choi Yejun. "Apakah kamu tidak mengerti bahasa manusia yang menolak? Mengapa kamu harus bersikeras? Benar-benar tidak bisa menghargai orang lain!"

Beomgyu memijit alisnya. "Jinni cepat minta maaf pada adik kedelapan."

Jinni cemberut, "Kenapa aku harus meminta maaf!"

Choi Yejun mendengus.

Beomgyu memicingkan matanya. "Choi Jinni apakah menurutmu mempermainkan orang lain itu menyenangkan? Kamu sudah membuat kakak kedelapan panik tahu? Apalagi barang yang kamu mainkan memiliki arti khusus, kamu tidak bisa menggertak orang dengan cara seperti itu!"

"Aku hanya bermain-main!"

"Minta maaf atau kamu mau membawa ini ke hadapan nenek?" Beomgyu tidak pandai memarahi orang atau membujuk orang seperti adik kesembilan. Jadi dia mengancam dengan membawa nama wanita tua itu yang pasti akan berhasil.

Benar saja wajah Choi Jinni seketika gelisah. "Jangan kakak, aku... Aku akan minta maaf."

Berbalik pada Choi Yejun, dengan enggan Choi Jinni mengakui kesalahannya. "Kakak kedelapan, aku tahu aku salah. Aku tidak akan melakukannya lagi jadi maafkan aku kali ini oke?"

Baik Yeonjun atau Yejun tahu bahwa permintaan maaf itu tidak tulus tetapi keduanya tidak peduli. "Hmm.."

Beomgyu mengangguk puas. "Bagus, segera kembali ke kamarmu untuk menyalin buku kebijakan!"

"Apa? Aku sudah meminta maaf tetapi kenapa masih diberi hukuman?"

"Kamu harus diberi hukuman untuk membuatmu jera dan berhenti menggertak orang lain!"

"Tidak adil, kakak delapan juga harus dihukum dia telah berkata kasar terhadap ku! Ayo kakak ketujuh kamu tidak boleh pilih kasih!"

"Oke! Adik kedelapan juga akan menyalin buku kebajikan. Setelah kembali dari kuil kalian harus menyerahkannya kepadaku atau aku akan memberitahu ayah tentang kelakuan buruk kalian. Mengerti?"

"Choi Jinni!" Teriakan kesel Choi Yejun menjadi penutup malam hari ini.

Beomgyu bergegas kembali ke tempat dimana dia meninggalkan bukunya. Hosu sudah menunggu disamping meja batu.

"Tuan muda apakah kamu menengahi tuan muda kedelapan dan nona kesembilan lagi?"

Beomgyu mengangguk tidak berdaya.

"Nona kesembilan terlalu sering menggertak tuan Yejun." Komentar Hosu seraya menuangkan teh untuk tuan mudanya.

"Hmm cepat atau lambat dia akan menerima akibatnya." Bisik Beomgyu pelan. Choi Yejun bukan orang yang bisa menahan keluhan kecil dan Beomgyu tahu bahwa adiknya akan memberi balasan untuk masalah hari ini kepada Choi Jinni.

Tetapi itu bukan urusan Beomgyu jadi dia dengan mudah melemparkan masalah itu kebelakang pikirannya. Lebih baik melanjutkan menikmati malam hari ini.

Dengan satu tangan menopang kepala dan tangan lain memegang buku serta cahaya lentera yang menerangi sosok itu. Pemandangan seorang kecantikan yang lembut terpancar. Seolah orang yang galak ketika memarahi kedua adik bukanlah sosok itu.

Di atas bebatuan besar bayangan hitam perlahan memudar.

Dan kesunyian menjadi satu-satunya teman Beomgyu ditempat itu.

☆࿐ཽ༵༆༒Bersambung...༒༆࿐ཽ༵☆

Glosarium

Guiren(貴人; guì rén) : salah satu pangkat selir Kekaisaran tingkat rendah. Tergantung pada dinasti yang berkuasa. Secara harfiah berarti Bangsawan.

Fei (妃; fēi) : adalah Pangkat Selir Kekaisaran tertinggi dibawah Permaisuri. Biasanya dibagi dengan sub sesuai peringkat dan gelarnya.

Yiniang; adalah cara memanggil seorang selir biasa.

Continue Reading

You'll Also Like

38.2K 4.9K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
65.8K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
314K 23.8K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
244K 36.7K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...