My Everything - Nomin

Bởi taekieah

40.6K 3.6K 154

You're my everything dear - Lee Jeno Slow Up! #9 in nono 25/09/2021 Semua yang ada di dalam cerita adalah mur... Xem Thêm

0
1. Brother
2. First Meet
3. Mark's Friends
4. I'm Fine
5. Jung Jaehyun and Problem
6. Jeno's Angry
7. Punishment
8. Because I Love Him
9. Our Time
10. Secret
11. Jaehyun's mate
12. Memory
13. Forest
14. Start
15. The Game 1
16. The Game 2
18. The Game 4
19. Final
20. Back
21. Home

17. The Game 3

490 33 3
Bởi taekieah

Thanks buat yang udah baca
Semoga suka:))












Jeno mendekatkan dirinya ke perapian dengan kedua telapak tangan yang menghadap ke depan, mencoba menghilangkan sedikit rasa dingin yang membungkus tubuh walau tak berpengaruh banyak.

Sedang Mark tak banyak bicara. Alpha Park duduk sedikit jauh dari Jeno dengan sesekali melemparkan tatapan sinis pada sang sahabat. Masih kesal perihal Jeno yang mendorongnya ke dalam air hingga mengharuskan Mark menghabiskan waktu mereka untuk mengeringkan pakaiannya yang basah.

"Hei, aku minta maaf oke"

Lagi, Mark mengabaikan Jeno untuk yang kesekian kalinya.

Alpha muda itu tak mengubris atau pun sekedar menengok ke arah Jeno yang menghela nafas. Paham akan tingkah sahabatnya yang sudah mendarah daging.

"Come on Mark! Aku sudah meminta maaf padamu sejak siang tadi" rengek Jeno. "Setidaknya jangan mengabaikan calon adik iparmu ini" lanjutnya.

Bukannya menjawab, Mark Justru semakin menatap sinis Jeno yang terlihat memelas. Berusaha membujuk Mark dengan rayuan anak anjing yang biasanya ia gunakan untuk membujuk sang ibu.

Tapi sepertinya itu tidak mempan dengan Mark.

"Menjijikkan Lee"

"Kasar sekali"

Jeno menggerutu. Diam-diam menatap sinis Mark yang memilih acuh. Malas meladenin Jeno yang sudah seperti anak kecil yang tak di beri permen.

Tunggal Lee itu lama-lama seperti balita. Mark jadi heran kenapa adiknya bisa tahan akan segala tingkah laku Jeno yang begitu menyebalkan.

"Markkk"

"Kau omega Jeno?"

"Aku Alpha!"

"Maka diam lah"

Mark berucap sarkas. Telak membungkam Jeno yang memilih diam. Tak ingin membuat Mark bertambah kesal yang berujung dengan nyawanya melayang. Pemuda Park itu tidak akan segan-segan menjadikannya umpan para hewan buas bila terlalu mengganggu.

Suasana malam ini terasa sedikit berbeda, bukan karna udara dingin yang mengusik-api unggun seharusnya bisa sedikit menghangatkan.

Baik Jeno atau pun Mark sama-sama berusaha menyerap hangatnya api untuk sedikit menghangatkan tubuh yang sedikit merasa dingin. Panas tubuh mereka memang cukup untuk menghangat tubuh di cuaca dingin, namun bukan berarti mereka tak membutuhkan hangatnya api.

"Setelah keluar dari sini apa yang akan kau lakukan?" Tanya Mark.

Jeno melirik sekilas, sebelum mengangkat bahu dengan jawaban yang terkesan acuh. "Mungkin aku akan mencari dalang di balik semua ini, atau mungkin berterimakasih telah memberikan pengalaman ini"

"Kau hanya merasakan cangkangnya saja, belum isinya Lee" Mark mendorong ranting pohon ke dalam api. Dengan senyum tipis ia berkata, "Nanti, setelah kau berada sangat dekat dengan inti, kau akan merasakan bagaimana menyenangkannya neraka dunia ini" jelasnya kemudian.

Pemuda Lee menatap Mark dalam diam. Tak berniat untuk sekedar menjawab atau pun menyangga ucapan Mark sebelumnya. Pemuda bermarga Park itu jauh lebih berpengalaman darinya yang baru mengalami hal seperti ini.

"Dari 1-10, seberapa parah neraka dunia yang kau maksud Mark?"

"9, itu jika kau bisa bertahan hingga kita sampai ke inti Jeno"

Jeno berdecak, menatap pemuda Park sinis dan kemudian berucap dengan sinisnya, "Aku tidak selemah itu Mark"

"Aku tau, tapi yang kita hadapi bukan hanya manusia, tapi hewan yang ada di hutan ini" Mark menjeda ucapannya, mengambil ranting lain untuk dimasukkan kedalam api. "Kau mungkin selamat dari manusia, tapi hewan berbeda dengan manusia Lee"

Lagi, hening menyelimuti keduanya.

Jeno sendiri tak berniat membuka suara, sengaja menunggu Mark menyelesaikan ucapannya yang terasa menggantung di telinganya.

"Manusia menggunakan akal dan pikiran, tapi hewan menggunakan insting Lee. Mereka tak peduli meski kau tengah dalam pertarungan hidup dan mati, yang ada di kepala mereka hanya makan, makan, dan makan"

Mark menatap Jeno yang balik menatapnya, saling melemparkan tatapan datar masing-masing dengan Mark yang kembali membuka suara.

"Aku bahkan ragu bisa selamat dari mereka"

▪︎My Everything▪︎


Pagi kembali datang dengan cahaya sang surya yang menyinari hutan yang gelap, dengan kedua Pemuda Alpha yang kini tengah berjalan menyusuri hutan dengan sikap siaga yang tak begitu mencolok.

Mewanti-wanti datangnya serangan mendadak yang dapat datang dari arah mana saja.

Keduanya tak mengeluarkan suara, lebih asik menikmati keheningan dengan suara hewan hutan serta udara yang begitu segar bagi paru-paru mereka.

Jeno sendiri bersenandung pelan, mencoba mengusir kebosanan akan suasanya yang begitu tenang, yang entah kenapa terasa begitu berbeda kala keduanya sampai di perbatasan hutan yang terasa berbeda.

Disana, tepat di depan keduanya terpampang jelas bagian hutan yang gelap, tak tersentuh oleh cahaya sang surya yang menyinari. Benar-benar gelap dan terasa dingin.

"Bagian dalam hutan" celetuk Mark yang sendari tadi diam.

Pemuda Park melirik Jeno, mengisyaratkan kedepan dengan gerakan pelan. "Dari sini, mulailah berhati-hati Jeno. Kau harus bisa melindungi dirimu sendiri dan rekanmu, begitu pun denganku, aku akan membantumu selama ada kesempatan"

"Aku mengerti" jawab Jeno.

Pemuda Lee menghela nafas, memejamkan sejenak matanya sebelum kembali terbuka dengan tatapan tajam, menghunus tepat ke depan dengan serius.

"Kau siap Park"

"Kapanpun Lee"

Keduanya mengambil langkah, mulai memasuki hutan tanpa ragu dengan raut wajah datar yang menghiasi. Tak tau akan bahaya apa saja yang menanti mereka nantinya, yang mereka pikirkan hanya bagaimana mereka akan bertahan nanti.

Persetan dengan hari esok, baik Lee Jeno maupun Park Mark hanya peduli pada hari ini. Masalah esok bisa dipikirkan nanti.

Pemuda Lee melirik sekitar. Ia merasa di awasi. Sejak langkah pertama yang mereka ambil, Lee Jeno merasa mereka berdua di awasi. Seolah ada banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka, mengawasi setiap pergerakan mereka dengan hati-hati.

Sepasang mata tajamnya melirik ke satu sisi. Ada sesuatu dari sana, sesuatu yang semakin mendekat hingga Jeno menarik Mark menunduk, menghindari sebilah pisau yang terlempar cepat dan menancap keras pada pohon.

Keduanya sigap menatap awas sekitar, mencari-cari pelaku pelemparan yang kini tak terlihat dimana-mana.

Hingga mata tajam Mark menemukan sesuatu yang tertutupi dedaunan kering, tersembunyi dengan baik dengan warna yang menyerupai daun kering.

Alpha itu dengan sigap mengambilnya, memberikan satu pada Jeno yang menatapnya. "Simpan pertanyaanmu itu nanti Lee" ucap Mark.

Pemuda Lee mengangguk, kembali menatap sekitar yang terasa terlalu sunyi tanpa suara hewan hutan. Benar-benar sunyi hingga Jeno dapat mendengar langkah kaki mendekat ke arah mereka.

"Mereka datang"

"Dari mana"

"Timur"

Jeno kembali menajamkan pendengarannya, menghitung langkah kaki yang terdengar banyak dari arah timur.

Sedang Mark membuka sebuah kotak di sampingnya, kotak yang ia temukan bersamaan dengan senjata yang ia pegang, yang ternyata berisi dua buah pistol beserta 4 magazine.

"Orang itu benar-benar serius" gumam Mark pelan.

Alpha Park mengambil sebuah pistol, mengechek isinya yang terisi penuh dengan peluru, yang kemudian memberikan satu pada Jeno, beserta 2 magazine yang di terima baik oleh Jeno.

Jeno tak banyak bertanya, pemuda itu menyimpan dua magazine pemberian Mark dengan Baik. Kembali menatap sekitar hingga dengan tiba-tiba Jeno mendorong Mark menjauh, menembak tepat ke arah atas hingga sesosok berpakaian hitam jatuh dengan dada berlubang.

"Mark kiri"

Mark bergerak, menghindari sebuah anak panah yang mengarah padanya cepat, hampir melukai bahunya bila Jeno tak memperingatkan.

"Hati-hati"

"Hm"

Kedua dengan lihai menghindari serangan musuh yang mulai berdatangan, baik Mark atau pun Jeno keduanya tengah sibuk dengan urusan masing-masing.

Jeno dengan pistolnya berhasil melumpuhkan beberapa lawan yang menyerangnya, Mark sendiri sedikit kewalahan kala mendapat serangan jarak dekat mau pun jauh.

Alpha Park itu berdecih kala lengannya tergores peluru-hampir bersarang di lengan bila Mark telat seperkian detik saja.

"Hei Mark, jika kau mati disini, aku akan bilang pada Haechan jika kau tidak lebih kuat dari seekor anjing"

"Setidaknya aku bukan anjing rumahan sepertimu"

"Sialan" umpat Jeno.

Pemuda itu menghindar kala sebuah katana hampir menebasnya, balik menendang kaki musuhnya hingga jatuh tergeletak di tanah. Satu kakinya meninjak keras dada pemuda yang jatuh, bersiap menembak sebelum akhirnya memutar menendang seseorang yang ingin menyerangnya dari belakang.

Dor

"4" teriak Jeno.

Mark meroling matanya, "Kau pikir ini kontes menghitung mayat" jengah Mark.

Dor

Dor

"Ya! Jangan membuang-buang peluru sialan, gunakan belatimu bodoh!"

"Terserahku! Kenapa kau sewot sekali"

Jeno memukul tengkuk pemuda terakhir yang menjadi musuhnya, meraih katana milik pemuda itu yang kemudian ia tancapkan pada leher sang empunya.

Dengan tanpa belas kali Alpha Lee itu menarik katana yang telah bermandikan darah dengan kasar, melangkahi begitu saja mayat korbannya yang terkapar dengan darah yang mengalir deras.

Dor

"Sialan! Beri aba-aba dulu bodoh!"

Mark mengusap wajahnya yang terciprat darah, mengusap dengan sapu tangan yang biasa di bawanya sembari mengumpati Jeno yang mengangkat bahu cuek.

Dirinya hanya membantu, malas menunggu Mark yang belum selesai membereskan satu hama terakhir yang mengganggu.

"Kau lama"

Mark berdecih, kembali fokus membersihkan diri seadanya. Bajunya sekarang agak bau darah karna ulah Jeno tadi, berengsek itu memang menyebalkan.

"Jadi kemana kita setelah ini? Mau lurus atau belok? Aku tak tau arah ngomong-ngomong"

"Kau pikir aku tau?"

"Tidak, kau kan bodoh" jawab Jeno asal.

Pemuda tampan itu reflek mengangkat kedua tangannya kala Mark menodongkan pistol kepadanya, membuat gerak peace dengan wajah konyol pada Mark yang berwajah datar.

"Hehe, peace aku hanya bercanda, turunkan pistolmu Mark"

"Cih"

Mark mengabaikan Jeno, berlalu begitu saja meninggalkan Jeno yang mengekor seperti anak ayam. Mate adiknya itu terlalu banyak bicara, benar-benar berisik sembari menggendong katana lengkap dengan sarungnya di bahu-hasil dari merampok musuhnya.

Keduanya meninggalkan tempat itu yang kembali hening tertutup kabut, meninggalkan begitu saja tumpukan mayat dengan bau darah segar yang mulai memancing para predator mendekat. Para hewan itu, mendapat makanan besar.

Tbc.

Akhirnya euy selesai jugaaaaaaaa.

Sorry ya udah lama g up, sempet lupa alur juga sampe, untung inget lagi. Intinya jangan kupa vote aja hehe.

Sorry for typo.

Salam manis T.

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

218K 33.2K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
46.5K 2.3K 18
dua sahabat yang sedang quality time bersama di cafe harus bertemu dengan 2 bayi yang sedang menangis di depan pintu cafe tanpa ada yang memperdulika...
353K 3.9K 82
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
5K 259 17
Kisah seorang siswa kalangan bawah dari sekolah elite, Na Jaemin, yang kehidupannya perlahan-lahan berubah. Berawal dari fakta-fakta yang terungkap s...