(Seri 2) D'FORSE | FINDING TH...

Autorstwa omerafe

29.8K 3.7K 453

Setelah berhasil keluar dari dimensi kerajaan D'Forse, Varischa berniat masuk kembali ke dalam dimensi keraja... Więcej

PRA KATA
PROLOG - STEPHEN
BAB 1 - PERTEMUAN KETURUNAN KESATRIA PEDRO
BAB 2 - TURN BACK TIME
BAB 3 - GUA PUTIH
BAB 4 - LEMBAH DIRMAGA
PENTING! DIBACA!
BAB 5 - D'JINO
BAB 6 - DIBALIK PERCINTAAN
BAB 8 - PERJALANAN MENUJU LEMBAH DIRMAGA
BAB 9 - PENGARUH ANTHANASIUS
BAB 10 - HEWAN DI ATAS DINDING GUA
BAB 11 - SANG TETUA
INFO INSTAGRAM
BAB 12 - ANTHANASIUS DAN VARISCHA
BAB 13 - PERTEMPURAN
BAB 14 - PERTEMPURAN (2)
BAB 15 - AKHIR DARI SEGALANYA
BOYKOT NCT!

BAB 7 - PERSIAPAN PERANG

1.4K 214 25
Autorstwa omerafe

-BAB 7-

|PERSIAPAN PERANG|

"Aku berencana memulangkan Varischa dan Stephen. Aku akan mengajak mereka kembali," ucap Tuan Amberson.

Namun hal itu tampaknya tak disetujui oleh Raja Maizer. Terbukti dari raut wajahnya yang berubah dalam hitungan detik. Saat ini mereka berdua sedang diskusi. Hanya berdua saja, di dalam rumah milik Pangeran Inocenzio. Adik-adiknya sedang berada di luar, asik sarapan dengan ikan bakar yang dimasak oleh Pangeran Inocenzio dan juga Stephen.

"Tapi... bagaimana dengan Raja Ambraka? Aku sudah berjanji untuk menolongnya," protes Raja Maizer.

Tuan Amberson tampak tenang berdiri di balik jendela yang mengarah langsung ke para anak muda yang asik makan di luar sana, memunggungi Raja Maizer. Dia merasa sudah tidak ada lagi harapan yang bisa mereka lakukan untuk membantu Raja Ambraka, sementara Varischa tidak siap melakukannya. Maka dari itu Tuan Amberson melakukan diskusi ini dengan Raja Maizer.

"Kalian bilang hanya Varischa yang bisa melakukannya, bukan? Tapi Varischa tidak mau melakukannya. Dan aku tidak ingin memaksanya untuk melakukan hal yang berbahaya ini," jawab Tuan Amberson.

"Kau bisa membujuknya terlebih dahulu, Kesatria Pedro. Aku yakin dia pasti mau dan bisa. Hanya saja dia sedikit takut," kata Raja Maizer, berusaha untuk membujuk.

Tuan Amberson berbalik badan. Menatap dalam ke mata Raja Maizer. "Trauma seorang wanita tidak bisa disembuhkan begitu saja. Sebagai seorang pria bijak dan dewasa, sekaligus Raja besar dari sebuah kerajaan, kau seharusnya bisa mengayomi orang-orang yang berada di bawah kekuasaanmu. Dan Varischa adalah keturunanku. Dia memiliki darah bangsa D'Forse. Aku tidak ingin dia menjadi korban selanjutnya dari permasalahan kerajaan ini. Dia tidak tahu apa-apa."

Dan selanjutnya Raja Maizer terdiam. Tuan Amberson melangkah keluar, namun belum sempat ia menyentuh pintu, Raja Maizer kembali bersuara.

"Susah menjadi diriku, Kesatria Pedro. Aku selalu serba salah. Aku berada di tengah-tengah jembatan kayu yang talinya hampir putus. Salah melangkah sedikit saja, maka aku akan jatuh ke dalam jurang. Di satu sisi aku sudah berjanji dengan Raja Ambraka, penguasa Lembah Dirmaga. Tapi di sisi lain aku juga tidak ingin mengorbankan Varischa untuk yang kedua kalinya. Mana yang harus aku pilih, Kesatria? Mengingkari janjiku dan membuat harga diriku sebagai Raja tercoreng? Atau mengorbankan salah satu keturunan bangsa D'Forse dan melukainya?"

"Aku tahu betapa susahnya menjadi dirimu. Tapi aku juga tahu, kau masih mempunyai hati nurani untuk tidak melukai salah satu keturunan bangsa kita," kata Tuan Amberson dan setelahnya ia melangkah keluar setelah berhasil membuka pintu.

Raja Maizer mendesah panjang. Ia banting tubuhnya ke kursi sembari mengusap kasar wajahnya. Dan tampaknya kali ini Raja Maizer harus mengambil keputusan yang berat. Yaitu, memulangkan Varischa, Stephen, serta Tuan Amberson ke dimensi Alzura.

"Cleon, antarkan kami ke Istana. Aku akan pulang bersama dengan Varischa dan Stephen."

Acara makan ikan bakar yang terasa nikmat itu seketika berhenti begitu saja ketika Tuan Amberson datang dan langsung berbicara pada intinya. Semua orang saling pandang, dahi-dahi mereka berkerut karena kebingungan. Tadi, setelah berbicara dengan Raja Maizer, Tuan Amberson langsung menemui Pangeran Cleon yang sedang asik berkumpul dengan saudara-saudaranya.

"Kenapa? Bukankah kita akan ke Lembah Dirmaga untuk menyelamatkan istri dan wilayah kekuasaan Raja Ambraka?" heran Stephen. Bahkan mulutnya masih penuh dengan daging ikan, belum sempat tertelan.

Tuan Amberson memberikan gelengan kecil dan juga helaan napas pendek. "Kau sudah terlalu lama pergi, orang-orang akan mencarimu nanti."

Stephen cengo. Ikan yang ia bakar tidak memiliki rasa lagi setelah mendengar ucapan Tuan Amberson. "Aku tidak akan pergi!"

"Ya, kau harus pergi dan pulanglah ke negara asalmu," jawab Tuan Amberson sembari berlalu meninggalkan Stephen untuk pergi menemui Varischa.

Stephen sudah merasa sangat nyaman di tempat ini. Meskipun sebenarnya harus terpapar udara dingin secara terus-menerus. Tapi tidak mengapa, Stephen menyukainya. Dan dia sangat ingin pergi ke Lembah Dirmaga untuk membantu Raja Ambraka yang telah kehilangan wilayah dan istrinya. Stephen merasa berat meninggalkan tempat ini. Rasanya ia tidak rela sebelum benar-benar menyelesaikan apa yang seharusnya menjadi misinya. Namun, seberusaha apa pun Stephen memberontak, tetap saja Tuan Amberson tidak mau mendengarkannya.

Keenam Pangeran dan juga Stephen langsung memandang Raja Maizer yang baru saja keluar dari rumah dan melangkah ke arah mereka. Dan Raja Maizer hanya memberikan Gedikan bahu singkat sebagai jawaban atas tatapan-tatapan penasaran dari keenam Pangeran dan juga Stephen.

Tuan Amberson masuk ke dalam rumah yang menjadi tempat tinggal Varischa. Sejenak ia melihat ke sekitar rumah, sepi, tidak terlihat tanda-tanda Varischa berada di dalam rumah. Lalu, Tuan Amberson melangkah menuju salah satu kamar, dan kosong. Bahkan, tempat tidurnya dalam keadaan yang masih rapi. Seketika Tuan Amberson dirundung panik. Segala pemikiran buruk langsung menerjang otaknya. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Varischa? Bagaimana jika ada yang berniat mencelakai Varischa? Atau bagaimana jika ada yang mencuri keturunannya tersebut?

Dengan langkah tergesa-gesa, Tuan Amberson melangkah keluar sambil berteriak memanggil nama Varischa. Hal itu tentu saja menarik perhatian semua orang. Dan dari nada panggilan Tuan Amberson yang terdengar meninggi dan panik, maka ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.

"Ada apa, Kesatria Pedro?" tanya Raja Maizer mendekati Tuan Amberson. Yang lain juga segera mengikuti.

"Di mana Varischa?" Tuan Amberson membalas dengan pertanyaan.

"Varischa ada di dalam rumah itu," jawab Pangeran Inocenzio.

"Tidak ada! Aku sudah mengecek kamar Varischa. Dia tidak ada di kamarnya," kata Tuan Amberson.

"Apa maksudmu? Aku sendiri yang melihatnya dia masuk ke dalam rumah," tambah Stephen.

Tuan Amberson tak berucap lagi. Tak mungkin bagi Varischa kabur dari tempat yang memiliki suhu dibawah 0 derajat. Hewan-hewan saja sedang bersembunyi dari udara dingin tersebut, mana mungkin Varischa berkeliaran di luar sana dengan salju es yang menutupi semua permukaan. Jika pun iya, Varischa bisa mati kedinginan di luar sana, apalagi udara di sekitar hutan lebih dingin dibandingkan di luar hutan. Itu dikarenakan hutan sangat rapat akan pepohonan sehingga udara panas tidak bisa menembus sampai ke dalam bagian hutan terdalam.

Tak lama dari kebingungan mereka semua, Pangeran Cleon tidak sengaja melihat ke arah jalan keluar hutan. Terlihat Varischa sedang bersama Raja Ambraka yang dalam wujud serigala, melangkah keluar dari hutan menuju kawasan rumah tepi tebing sambil berbincang-bincang. Raja Ambraka memang bisa berbicara, baik dalam wujud manusia atau pun serigala. Varischa tampak sudah akrab dengan Raja Ambraka, terbukti dari Varischa yang sesekali tertawa kecil di sela-sela obrolan mereka.

"Orang yang kalian khawatirkan sedang tertawa bahagia di sana," celetuk Pangeran Cleon.

Semua orang langsung mengikuti arah pandang Pangeran Cleon. Seketika wajah-wajah termangu hadir di wajah mereka semua. Beberapa menit yang lalu mereka dirundung kepanikan, sekarang yang ada mereka heran.

"Apa ini? Mereka tampaknya sudah sangat akrab," kata Pangeran Inocenzio. Kepalanya sampai miring melihat pemandangan yang tidak pernah ia sangka akan terjadi.

Raja Maizer, keenam Pangeran, Tuan Amberson, dan Stephen masih diam di tempat, sampai Varischa dan Raja Ambraka datang mendekati mereka. Raja Ambraka mengubah wujudnya terlebih dahulu menjadi manusia di hadapan semua orang. Perawakannya sangatlah besar dan tinggi dari pada yang lain. Tak heran jika ia menjadi seorang penguasa Lembah Dirmaga, tempat dari salju abadi di dimensi Azra yang menampung berbagai hewan kutub.

"Kau dari mana saja, Varischa? Semua orang mencarimu," kata Stephen.

Varischa terlihat biasa saja. Tapi dari sorot matanya ia seperti ingin mengatakan sesuatu. Kata-kata Varischa hampir keluar, namun malah tertahan di ujung lidah. Tuan Amberson mengerti arti dari tatapan itu. Mungkin agak berat atau Varischa sedikit tertekan untuk mengatakannya.

Raja Ambraka melangkah lebih dekat dalam wujud manusia. Dia hanya mengenakan celana seperti kain yang dililitkan dengan tubuh bagian atas yang tidak mengenakan apa pun. Otot-ototnya bisa terlihat dengan jelas.

"Varischa setuju untuk membantuku," kata Raja Ambraka to the point.

Tentu saja hal itu mengagetkan semua orang. Terutama Stephen sendiri. Karena tadi pagi mereka baru saja berdebat hebat hingga suasana menjadi sedikit tidak enak. Tapi sekarang Raja Ambraka mengumumkan bahwa Varischa siap untuk membantunya.

Varischa tampak gugup. Sebenarnya Varischa masih agak takut dan trauma jika berurusan dengan semua hal yang ada di kerajaan ini. Tapi demi Raja Ambraka yang terlihat putus asa, Varischa rela melakukannya meskipun nyawa yang harus menjadi taruhan. Ya... agaknya Varischa mengulang masa lalunya yang begitu sangat kelam.

Tadi, saat ia selesai berdebat dengan Stephen, Varischa berpikir ulang. Kata-kata Stephen terulang secara terus-menerus di dalam pikirannya. Perkataan Stephen sedikit menyentuh relung hati yang paling dalam. Maka dari itu Varischa menurunkan egonya dan pergi menemui Raja Ambraka yang sedang istirahat di dalam hutan, lalu membicarakan tentang bagaimana cara untuk menyelamatkan wilayah Lembah Dirmaga.

"Kau yakin, Varischa? Bukankah tadi kau tidak mau melakukannya?" tanya Stephen, sedikit merasa bersalah sebenarnya jika harus mengorbankan Varischa.

"Ya. Sebenarnya aku masih takut. Tapi... kata-kata mu tadi masih bersarang di kepalaku. Kau benar, jangan sampai dia merasakan apa yang kita rasakan selama ini. Jangan sampai dia merasakan kehilangan seseorang yang kita sayang, seperti yang kita semua rasakan. Maka dari itu aku berpikir ulang dan menyanggupi permintaan Raja Ambraka," jelas si rambut oren tersebut.

"Jika kau tidak bisa, maka jangan dilakukan. Kita akan pulang sekarang juga. Aku tidak mau membuatmu terpaksa melakukan ini," kata Tuan Amberson.

"Tidak, Tuan Amberson. Aku akan tetap melakukannya. Sekali masuk, maka tidak ada jalan keluar lagi," ucap Varischa.

"Baiklah." Suara Pangeran Cleon mengalihkan atensi semua orang. "Bagaimana kalau kita mulai bersiap-siap untuk merebut kembali daerah kekuasaan yang sudah diambil oleh Anthanasius?"

Perlahan, senyum di wajah yang lain satu-persatu mulai terbit. Misi untuk menyelamatkan wilayah dan juga istri Raja Ambraka akan segera dilakukan. Sorak sorai kegembiraan terdengar dari seluruh prajurit yang berada di sekitar lokasi. Akhirnya setelah sekian purnama, mereka kembali aktif sebagai prajurit yang akan pergi ke medan perang. Tidak lagi hanya sekedar menjaga wilayah sekitar kerajaan yang sebenarnya sudah sangat aman.

Kerumunan mulai menipis, orang-orang mulai bergegas untuk menyiapkan persiapan perang. Mulai dari senjata, kekuatan fisik dan bela diri, perbekalan makanan, sampai dengan hewan-hewan peliharaan prajurit yang akan ikut berperang juga dilatih kembali untuk meningkatkan insting perang mereka.

Varischa pergi dari sana menuju rumah yang ia tinggali. Ia juga harus berpikir bagaimana menggunakan kalung Ratu Ramera, karena sejujurnya ia tidak tahu kekuatan seperti apa yang ada di dalam kalung ini.

Raja Maizer mendiskusikan langkah bagus seperti apa yang bisa mereka lakukan untuk menaklukkan Anthanasius yang berkhianat pada kerajaan. Serta menetapkan hukuman apa yang pantas untuk pengkhianat kerajaan. Perdana Menteri Xenova, Kepala Panasehat Emogene, Jenderal Savero, Kepala Rakyat Zambruka, dan Ketua Wanita Laquitta, dipanggil untuk menghadap Raja Maizer di rumah utama Pangeran Inocenzio. Rapat tertutup dadakan segera dilakukan untuk menemukan hasil yang sesuai.

Pangeran Rugero membangkitkan kembali pasukan bayangan hitam yang sudah lama tertidur akibat badai salju yang menimpa kerajaan. Di tepi tebing, ia memejamkan mata dan menggunakan suara batin untuk memanggil pasukan bayangan yang ada di bawah tanah Istana untuk bangkit dari tidur. Pasukannya yang tidak terlalu banyak, mendengar panggilan tersebut dan segera bangkit dari tanah menuju tepi tebing.

Pasukan bayangan hitam Pangeran Rugero tiba di dekat tepi tebing, mereka berdiri melayang di depan Pangeran Rugero yang merupakan tuan dari pasukan tersebut. Kalian tahu mengapa pasukan tersebut bernama bayangan hitam? Itu karena pasukan ini memang hanya berwujud bayangan tanpa memiliki fisik seperti manusia. Pakaian mereka serba hitam dengan kain penutup kepala. Kalian tahu malaikat kematian? Pasukan bayangan hitam ini mirip sekali seperti malaikat kematian dengan pedang yang masing-masing berada di punggung mereka. Bedanya mereka tak bersayap, hampir mirip seperti hantu juga.

Ilustrasi Pasukan Bayangan Hitam

Ketika malam hari, pasukan ini tidak akan bisa terlihat sama sekali, hanya Pangeran Rugero yang bisa mengetahui keberadaan mereka. Karena gelapnya bayangan mereka sama seperti gelapnya malam.

"Persiapkan diri kalian. Kita akan memulai peperangan setelah sekian lamanya," kata Pangeran Rugero kepada seluruh pasukannya.

Pasukan bayangan hitam pun menurut. Mereka semua langsung kembali ke kerajaan untuk mempersiapkan diri. Seperti berlatih bergerak cepat secepat bayangan dan mengasah kembali senjata mereka yang telah tumpul.

Di sisi lain Pangeran Jeofrel memanggil pasukan gaib miliknya. Pasukan ini diberi nama gaib karena wujudnya yang tak terlihat. Berbeda dengan pasukan bayangan hitam yang masih dilihat karena tertutupi oleh jubah hitam, tapi pasukan milik Pangeran Jeofrel ini sama sekali tidak bisa dilihat oleh siapa pun kecuali Pangeran Jeofrel. Cara memanggil pasukan gaib milik Pangeran Jeofrel pun terbilang unik, dengan menggunakan siulan khusus yang mirip seperti nyanyian, pasukan gaib yang sedang berpencar ke seluruh penjuru hutan pun mendengar panggilan tersebut.

Karena badai salju yang mereka hadapi, pasukan milik Pangeran Jeofrel ini bersembunyi di mana saja dan sengaja diistirahatkan. Ada yang di atas bukit, ada yang di atas pohon tertinggi, ada yang di bawah bebatuan, bahkan ada yang bersembunyi di balik semak-semak. Kini siulan itu terdengar, dan semua pasukan gaib keluar dari persembunyiannya menuju Pangeran Jeofrel yang kini berada di tepi tebing juga.

Pangeran Rugero yang masih berada di sana melihat ke sekitar, ia tidak bisa melihat satu pun pasukan Pangeran Jeofrel.

"Di mana mereka?" tanya Pangeran Rugero.

"Di belakang mu," jawab Pangeran Jeofrel.

Dan sedetik kemudian ada angin yang berhembus dibelakangnya, Pangeran Rugero melihat ke belakang, tapi ia tak melihat apa pun. "Angin?"

"Kau tidak akan bisa melihat mereka, hanya aku yang bisa melihatnya," tambah Pangeran Jeofrel.

Pangeran Rugero melihat ada banyak jejak kaki di dekatnya tapi tidak ada orang disekitarnya, itu pasti jejak kaki pasukan gaib. Pangeran Rugero mengedikkan bahu. Dia tidak peduli tentang pasukan Pangeran Jeofrel. "Pasukanmu memang pandai menipu. Sama seperti dirimu yang penuh tipu muslihat," katanya sembari melangkah pergi.

"Tcih!" Pangeran Jeofrel bersedih kecil.

"Persiapkan diri kalian. Cari jalan pintas dan aman menuju Lembah Dirmaga," titah Pangeran Jeofrel pada seluruh pasukannya.

"Baik, Tuan!" jawab seluruh pasukan perang gaib. Dan kemudian mereka semua terbang seperti angin yang tak terlihat ke langit yang tinggi.

Stephen ada di sekitar sana, sedikit melongo melihat apa yang dilakukan oleh Pangeran Rugero dan Pangeran Jeofrel.

"Kau tidak ikut?" tanya Pangeran Cleon yang tidak memiliki pasukan apa pun, namun memiliki kekuatan sihir. Ia hendak menuju ke bawah tebing untuk menemui Pangeran Inocenzio dan juga D'Jino.

"Apa yang mereka berdua lakukan tadi?" Pertanyaan dibalas pertanyaan.

Pangeran Cleon melirik sekilas ke arah Pangeran Joefrel yang baru saja selesai memimpin pasukannya. "Kakakku sedang membangkitkan dan mengumpulkan pasukan mereka yang sudah lama berisitirahat untuk dibawa ke medan perang. Kak Rugero memiliki pasukan bayangan hitam yang mematikan, jika bayangan itu melewati tubuhmu, maka tubuhmu akan terbelah menjadi 2. Dan Kak Jeofrel memiliki pasukan gaib yang pandai memanipulasi keadaan dan membuat bingung orang-orang. Mereka tidak bisa dilihat oleh siapa pun kecuali Kak Jeofrel karena dia adalah tuannya," jawabnya.

Stephen sampai melongo. "Wah... aku masih tidak percaya dengan apa yang kudengar dan kulihat."

"Itu baru kedua Kakakku. Kau belum melihat keahlian Kakakku yang lain. Ayo ikut aku!"

Pada akhirnya mereka turun ke bawah tebing menggunakan seluncuran es yang terbentuk secara alami. Pangeran Inocenzio dan Pangeran Hannes serta D'Jino ada di bawah sana, entah sedang melakukan apa. Tapi tampaknya Pangeran Inocenzio sedang melatih D'Jino agar bisa terbang lagi, mengingat bahwa sayapnya tidak bisa berfungsi akibat bagian sarafnya terbakar 9 tahun yang lalu.

"Aku masih saja takjub dengan semua yang ada dimensi ini," kata Stephen yang melangkah bersama dengan Pangeran Cleon. "D'Jino yang tidak mati padahal sudah terbakar hebat ketika ritual bulan purnama, hanya saja dia tidak bisa terbang lagi. Dan lihat lah! Kita berjalan di atas air laut yang membeku tanpa ada keretakan sedikit pun. Bahkan D'Jino yang beratnya bisa ber ton-ton sekali pun tidak membuat es ini retak."

Pangeran Cleon tersenyum sedikit sembari melangkah gagah mendekati Pangeran Inocenzio. "Beberapa waktu yang lalu kami pernah mencoba mengukur ketebalan es air laut ini dengan cara digali dan dilubangi. Tapi ternyata esnya benar-benar sangat tebal. Butuh satu hari untuk kami bisa menembus es ini. Dan ketebalannya ternyata mencapai 40 inci. Atau setara dengan tinggi 1 meter."

"Pantas saja tidak ada keretakan," gumam Stephen merasa sangat kagum. Ia bahkan melihat ke sekeliling yang dipenuhi oleh es air laut yang membeku.

"Apa di dimensi Alzura tidak ada laut yang membeku?" tanya Pangeran Cleon.

Stephen berpikir sejenak, sebelum akhirnya menggeleng dan mengedikkan bahu. "Sekarang tahun 2012 dan setahuku belum pernah terjadi. Hanya terjadi di Kutub Utara, tempat terdingin di bumi atau di dimensi Alzura. Tapi tidak tahu jika di masa depan, mungkin saja ada laut di luar Kutub Utara yang dapat membeku akibat cuaca ekstrem."

"Sebenarnya laut susah untuk membeku karena memiliki kadar garam di dalamnya. Makanya air biasa lebih cepat membeku dari pada air laut," tambah Stephen.

"Tapi laut ini memiliki kadar garam yang tinggi," sanggah Pangeran Cleon.

"Ya, aku tahu. Aku juga tahu bahwa apa yang terjadi di dimensi Alzura merupakan kebalikan dari dimensi Azra. Jadi jika laut di dimensi Alzura tidak bisa membeku, maka di dimensi Azra lautnya bisa membeku," jawab Stephen diakhiri dengan sebuah seringaian jahil.

Tawa renyah Pangeran Cleon pecah seketika. "Kau pintar juga rupanya!" ledeknya.

Bisa dikatakan bahwa Pangeran Cleon dan Stephen sedikit sefrekuensi. Jika saja Pangeran Cleon hidup di dimensi Alzura, bisa dipastikan bahwa Pangeran Cleon merupakan anak sultan keluarga sosialita dengan kehidupan yang mewah dan memiliki lingkungan pertemanan yang asik layaknya remaja.

"Hei, Ino! Jino masih tidak bisa terbang?" tanya Pangeran Cleon sedikit berteriak.

Terdengar helaan napas dari Pangeran Inocenzio. 9 tahun lamanya ia mengajari D'Jino untuk terbang dan selama itu pula Pangeran Inocenzio melakukan terapi pada D'Jino untuk sayapnya yang masih belum berfungsi. Kebakaran itu telah merusak saraf punggung dan sayap D'Jino hingga sekarang tidak berfungsi lagi. Selama 9 bulan itu pula Pangeran Inocenzio selalu berpegang teguh pada diri bahwa suatu saat nanti D'Jino pasti bisa terbang lagi, meskipun tabib kerajaan mengatakan bahwa kemungkinan itu sangat kecil.

"Masih belum bisa," jawab si Pangeran bungsu. "Padahal Jino berharap bahwa dia akan ikut berperang ke Lembah Dirmaga. Tapi dengan kondisinya yang seperti ini tidak mungkin Jino bisa ikut dengan kita. Jalur di hutan sangat kecil untuk tubuh Jino, dia juga masih belum bisa mengecilkan tubuhnya seperti dulu. Sementara terbang pun masih belum bisa," jelasnya.

Stephen mendongak, memperhatikan si naga yang tingginya diperkirakan setinggi 5 lantai. Ada ekspresi murung dari si naga ini. "Hei, big boy! Apa kau merasakan sakit di punggungmu?"

"Rawrr!"

"Hah? Apa katamu? Kau kira aku spesialis berbicara dengan hewan?" protes Stephen pada si besar.

"Ugh! Si bodoh ini! Sudah tahu kalau aku hanya bisa bicara pada tuanku saja," geram D'Jino dalam batin.

Bola mata Pangeran Inocenzio berputar, si bungsu ini harus berapa kali mengingatkan pada Stephen bahwa D'Jino hanya bisa berbicara dengan Pangeran Inocenzio. Hanya dialah yang bisa mendengar dan mengerti ucapan D'Jino. "Jino bilang, dia tidak merasakan sakit apa pun. Hanya saja sayapnya masih kebas."

Stephen tampak berpikir sejenak. Dia sedikit tahu tentang masalah saraf yang rusak dan tidak bisa diobati. Terutama pada saraf hewan. Tapi masalahnya hewan ini terlalu besar, pasti sarafnya juga dalam ukuran yang banyak dan besar. Stephen kemudian naik ke punggung D'Jino, hal itu tak luput dari pandangan Pangeran Cleon dan Pangeran Inocenzio. D'Jino pun membiarkan Stephen melakukan sesuatu yang tidak ia ketahui, bahkan D'Jino segera merendahkan tubuhnya agar Stephen bisa naik ke permukaan punggungnya.

Stephen pandangi bekas bakar dari punggung si naga tersebut. Terlihat corak bekas terbakar berwarna lebih terang dari kulit D'Jino yang lain. Sama umumnya dengan kulit manusia yang terkena luka bakar, pasti akan berwarna lebih terang dari pada kulit aslinya.

"Nah, big boy. Yang perlu kau lakukan hanyalah menggerakkan sayap mu ke atas dan ke bawah." Interupsi Stephen terdengar oleh D'Jino.

D'Jino mengepakkan kedua sayapnya dan berusaha untuk terbang. "Tidak, tidak! Jangan mencoba untuk terbang. Hanya naik turunkan saja sayapmu ke atas dan ke bawah secara berulang-ulang."

Stephen mencegah D'Jino yang hendak mencoba untuk terbang. D'Jino pun menurutinya.

"Lakukan seperti ini." Stephen merentangkan kedua tangannya lalu menaik turunkan kedua tangannya. D'Jino melirik ke belakang, kemudian mengikuti gerakan yang ditunjukkan oleh Stephen. D'Jino mengembangkan sayapnya, lalu mengangkat sayapnya ke atas dan kemudian menurunkannya secara perlahan. Hal itu dilakukan secara berulang-ulang.

D'Jino sedikit meraung karena ia merasakan kebas di bagian otot-otot sayapnya. Tapi D'Jino tidak menghentikan gerakan pada sayapnya. Ia bertekad untuk bisa terbang lagi seperti dulu. Pangeran Inocenzio sedikit khawatir pada hewan kesayangannya ini. Kedekatan mereka sejak kecil serta ialah yang merawat D'Jino hingga dewasa, membuat Pangeran Inocenzio menganggap D'Jino adalah saudaranya sendiri. Pangeran Inocenzio masih ingat dulu saat kecil ia sering membawa D'Jino yang masih bayi untuk tidur di kamar dan kasurnya. Hal itu membuat Pangeran Cleon sedikit kesal karena harus berbagi kasur dengan seekor hewan.

"Cukup!" perintah Stephen. Kemudian ia turun dari punggung D'Jino dan berdiri di hadapan sang naga. "Sekarang coba kau melompat-lompat sedikit sekaligus kepakkan sayapmu secara perlahan."

D'Jino menurut, ia mulai melompat-lompat sehingga menimbulkan getaran di sekitar mereka. Kepakkan sayapnya juga menimbulkan angin yang kencang.

"Ayo terus! Kau pasti bisa!" teriak Stephen menyemangati D'Jino.

D'Jino seberusaha mungkin untuk membuat dirinya bisa terbang. Sampai akhirnya Pangeran Inocenzio perlahan tersenyum karena melihat tubuh D'Jino yang mulai terangkat ke atas secara perlahan, menandakan bahwa ia bisa terbang. Pangeran Cleon juga tersenyum dan sedikit deg-degan sekaligus takut apabila D'Jino terjatuh lagi seperti sebelum-sebelumnya. D'Jino masih berusaha mengepakkan sayap-sayapnya untuk membuat ia bisa terbang, namun dikepakkan terakhir D'Jino merasa lelah dan mengakibatkan ia kembali terjatuh dengan cukup keras ke permukaan es.

Bugh!

Bunyi benturan tubuh D'Jino terdengar cukup kuat. Pangeran Hannes yang menyaksikan di pinggir laut meringis melihat sang naga kesayangan Adik bungsunya terhempas cukup kuat ke permukaan es. Buru-buru Stephen, Pangeran Inocenzio, dan Pangeran Cleon menghampiri D'Jino yang tergeletak menahan sakit dan terlihat sedih karena usahanya yang gagal.

"Tidak apa-apa, big boy. Kau sudah melakukannya dengan baik. Hanya perlu latihan yang sering," kata Stephen menyemangati D'Jino.

Kini, Pangeran Cleon mengajak Stephen untuk bertemu dengan Pangeran Hannes. Katanya ia ingin melihat kemampuan Pangeran Hannes yang memiliki pasukan air paling cerdik dan mampu mengendalikan air. Pangeran air tersebut duduk di sebuah bebatuan tepi laut, kalau laut ini tidak membeku, ombak air laut sudah pasti menghantam bebatuan tersebut. Tapi sekarang air sedang membeku.

"Di mana pasukan air mu? Aku ingin melihatnya?" tanya Stephen setelah berhasil memanjat bebatuan dan duduk di sebelah Pangeran Hannes. Ia terlihat sangat bersemangat.

Hembusan napas Pangeran Hannes terdengar, kepulan asap keluar dari mulut sang Pangeran air. "Tidakkah kau lihat semua air membeku di sini? Pasukan air ku juga terjebak di dasar danau karena air danau yang membeku. Jadi, aku tidak bisa memperlihatkannya padamu," jelasnya.

Stephen sedikit kecewa. "Padahal aku ingin melihat atraksi air yang pernah kau tunjukkan pada Varischa seperti di buku yang ditulis oleh Ibuku," gumamnya.

"Ya, mau bagaimana lagi? Aku juga sedih karena harus terpisah cukup lama dari seluruh pasukanku."

Hening sesaat. Pandangan mereka semua tertuju pada D'Jino yang masih berusaha untuk terbang dan Pangeran Inocenzio yang sibuk menyemangati D'Jino. Seketika Pangeran Hannes ingat sesuatu. "Mungkin setelah kita sampai di Lembah Dirmaga, aku bisa menunjukkan keahlianku dalam mengendalikan air. Karena di Lembah Dirmaga ada satu air terjun yang tak pernah beku dan menjadi sumber kehidupan bagi seluruh penghuni Lembah Dirmaga."

"Benarkah?" Stephen memastikan.

"Ya! Tentu saja."

"Baiklah, kalau begitu aku akan ke tempat Jemiriel. Aku ingin melihat pasukan wanitanya yang kata Cleon memiliki wajah yang sangat cantik." Setelah itu, Stephen langsung turun dari bebatuan kemudian melangkah ke arah tangga untuk naik ke atas tebing.

Pangeran Hannes menatap sangsi pada si Adik yang memiliki kekuatan sihir. Jahil sekali pada Stephen. "Kau berbohong? Sejak kapan pasukan Jemi sangat cantik?"

Pangeran Cleon menyengir lucu dan kemudian menggeleng. "Aku hanya ingin mengerjainya."

Setelah itu terdengar helaan napas dari Pangeran Hannes. "Sebentar lagi akan ada kejadian yang membuatnya trauma."

Dan hanya di balas cekikikan oleh Pangeran Cleon.

Tak lama kemudian...

"AAAAAAA! CLEON! KAU PEMBOHONG!"

"HAHAHA" Tawa Pangeran Cleon pecah seketika saat mendengar teriakan Stephen dari atas tebing yang menggema sampai ke bawah tebing.

Ketahuilah, pasukan Pangeran Jemiriel memiliki penutup kepala berupa selendang semerah darah yang menutupi bagian kepala hingga hidung. Hanya bagian bibir merekalah yang bisa terlihat. Dan saat itu para pasukan wanita Pangeran Jemiriel sedang membuka selendangnya untuk di cek satu-persatu untuk melihat apakah ada dari mereka yang sedang sakit atau tidak bisa ikut dalam peperangan di Lembah Dirmaga nanti. Dan tiba-tiba Stephen datang melihat wajah asli dari pasukan milik Pangeran Jemiriel, hingga akhirnya ia syok dan berteriak kaget.

Mengapa demikian? Karena pasukan wanita Pangeran Jemiriel memiliki kelainan pada mata mereka. Yaitu memiliki mata ketiga yang terletak di atas dahi mereka.

Maaf kalau ada typo.
Maaf karena lama update.
Maaf dan maaf ya guys(。•́︿•̀。)

Udah libur ges muehehehe
Aku udah mulai lanjut ceritanya, kok.
Kalau seandainya aku lama update, itu tandanya aku lagi nyusun ide cerita supaya nyambung dari 1 seri ke seri yang lain ya guys!
So, jangan bosan untuk nunggu update-an selanjutnya!

Love you and miss you♡

Ome🌻
Ig: omerafe19
Twt: omerafe199

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

3.3K 712 85
"Kamu mau tau apa yang paling penting?" "Apa?" "Kamu harus paling banyak tertawa di dunia, apapun penyakitnya, orang yang selalu tersenyum nggak akan...
6.5M 669K 70
Bagaimana jika ternyata orang yang membully mu tetiba menjadi kakak angkat mu? _____ Shara Yovanca. Perempuan yatim piatu dengan hidup yang sebatang...
1.1M 104K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
68.5K 7.6K 35
[Completed] BELUM SEMPAT DI REVISI ❝ Aerum seseorang tak sempurna yg dikirim tuhan untuk kulengkapi kekurangan nya ❞ -HuangRenjun Start : 25/01/20 En...