Your Guardian Angel (The End)

Par Hana_No_Uta

409K 58.7K 2.9K

~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN DITIRU! Kisah cinta fantasi tentang se... Plus

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan (The End)
Epilog

Lima Belas

7.1K 1.1K 85
Par Hana_No_Uta

Menghela nafas Elona berusaha membuat rileks raut wajahnya.

Dia manarik nafas, menekuk kedua pipinya, dan menyemangati diri sendiri dengan beberapa kata penenang.

Hu~ha~hu~ha...

Ia tidak boleh memasang raut wajah buruk dan membuat Ares bertanya-tanya.

Jadi....

Ayo Elona.

Semangat!

"Ares!" Dia membuka pintu.

Gellan yang sedang membaca koran bekas menolah dengan cepat, ia menatap Elona. "Halo Kakak," sapanya dengan raut wajah datar.

Elona tersenyum bahagia, ia berlari dan langsung memeluk adiknya itu. "Berikan kakak nafas buatan Ares!" Dia menghirup aroma tubuh Ares banyak-banyak.

Gellan mendorong Elona, pipinya merona. "Ogak! Lepasin! Sesak!" Gellan kira ia sudah mulai terbiasa dengan Skinship gadis ini, ternyata belum.

"Lihat! Kakak bawa makanan enak malam ini!" Ia membuka bungkus plastik yang ia tenteng sejak tadi. "Bebek Goreng spesial dari tempat kakak kerja dan gaji yang datang lebih cepat di tengah bulan!" Dia juga menunjukkan amplop cokelat yang terlihat tebal. "Kita bisa hidup sampai sebulan dengan ini." Elona tersenyum kecil.

Gellan terdiam, ia menatap wajah gadis itu dengan konyol. "Kakak berhenti tersenyum, itu menyebalkan."

"Eh?" Elona tertegun.

"Jangan berpura-pura, itu menyebalkan." Gellan mengalihkan pandangannya, dia tidak seperti Elona yang biasanya.

Senyum palsu, itu dibuat-buat.

Bahu Elona menurun, gadis itu duduk di hadapan Gellan dengan wajah tanpa senyum.

Wajah kosong tanpa ekspresi.

"Kakak engga pernah bisa bohong yah dari Ares..." Ia mengelus pipi adiknya, hari demi hari kondisi Ares terlihat lebih baik.

Pipinya lebih tembam, tubuhnya lebih berisi, bahan tingginya naik 0,5 cm.

"Kamu tahu..." Elona menghela nafas, ia tersenyum lemah. "Maaf tapi kakak dipecat."

"Kenapa?" tanya Gellan.

Elona terkekeh pelan. "Karena kakak melakukan kesalahan."

"Kesalahan jenis apa? Kok sampai dipecat?" Itu aneh biasanya jika seorang pelayan melakukan kesalahan paling cuma diberi peringatan.

Gellan tidak percaya gadis seperti Elona melakukan kesalahan yang cukup besar seperti mencuri atau korupsi, kesalahan seperti apa yang dia lakukan sampai harus dipecat?

"Hehehe," Elona cengengesan. "Tidak apa-apa, kakak bisa cari pekerjaan lagi, jangan khawatir." Dia memeluk Gellan dengan erat.

Gellan hanya diam, ia membiarkan wajahnya tenggelam di dada gadis itu.

"Selama ada Ares, kakak akan selalu baik-baik saja."

Jadi tolong.....

"Tolong tetaplah hidup..."

Bahu Elona bergetar.

Punggung Gellan basah.

Dia menangis.

Untuk pertama kalinya Gellan melihat gadis yang selalu terlihat kuat itu menangis.

Tidak ada suara.

Dia menangis dalam diam.

Elona tersentak ketika Ares menepuk-nepuk punggungnya, gadis itu terkejut.

"Cup, cup, cup, tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja, menangis lah untuk malam ini, besok kakak harus kembali bekerja, tertawa, dan bersikap seperti biasanya, janji yah."

Tidak pernah ada yang memperlakukannya seperti ini.

Tidak pernah ada yang menepuk-nepuk punggungnya ketika dia menangis.

Tidak pernah ada yang mengatakan kalimat seindah itu hanya untuk membuatnya tersenyum dikala ia sedih.

Ares.

Adiknya.

Cintanya.

Entah sejak kapan sudah berubah.

Ia membuktikan kata-katanya.

Elona tertawa. "Ares, kakak sangat mencintai kamu."

Jantung Gellan berdebar kencang, ia tahu kalimat itu bukan ditunjukkan untuknya tapi, entah kenapa hatinya menghangat dan darahnya mendidih.

Elona melepaskan pelukannya, dia merunduk dan mengecup kening adiknya.

Sekarang giliran Gellan yang mematung.

Senyuman Elona malam ini adalah pemandangan terindah yang pernah Gellan lihat.

Sangat indah, hingga membuat otaknya berhenti bekerja.

Sekilas Gellan memiliki keinginan untuk melumat bibir manis gadis itu dan mengambil senyumannya, menyimpannya hanya untuk dirinya seorang.

Entah sejak kapan seorang Gellan memiliki keinginan yang egois.

***

Sangat egois.

Sejak malam itu Gellan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Elona.

Dia memperhatikannya 24/7.

Meminta sentuhan bahkan ciuman.

"Kakak cium pipi Ares!"

Elona tentu saja memberikannya. "Sudah,"

Sejak dipecat Elona memiliki seluruh waktunya setelah bersekolah untuk bermain dengan Ares. Gadis itu memutuskan untuk tidak bekerja dulu, ia mengikuti saran Dokter Eben untuk beristirahat, dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Ares.

Dokter Eben bilang kondisi Ares tidaklah stabil, bisa redup secara tiba-tiba dan sehat secara tiba-tiba. Sebelum menyesal, sebaiknya Elona harus memberikan banyak perhatian dan waktunya untuk Ares. Dia juga mendapatkan kompensasi yang besar dari kejadian di Cafe, jadi tidak masalah melupakan tentang kenyataan sesekali.

"Disini juga," Gellan menunjuk pipi kanannya.

Elona menurutinya.

"Disini," dia menunjuk dahinya.

"Terus disini, disini, disini, dan disini!" Kedua mata, hidung, leher, bahkan ia hampir menunjuk bibirnya.

Elona tertawa geli melihat tingkah Ares. "Ada apa dengan kamu seminggu ini, kok sering minta cium."

"Engga boleh?" Gellan memberikan Puppy eyes nya.

"Boleh kok," Elona mengacak-acak rambutnya. "Selama Ares bahagia, kakak cium dimanapun itu."

Jadi kalau di bibir boleh kan? Batin Gellan.

Eh tunggu!

Kok kedengarannya dia seperti orang mesum.

Gellan menggelengkan kepalanya.

Tidak bisa dipercaya, ternyata dia memiliki pemikiran seperti binatang.

Padahal ketika bersama Bianva, ia tidak pernah berpikir untuk mencium gadis itu, yang ada di kepala Gellan setiap bersama Bianva adalah menjaganya sebaik mungkin, ia menerima kepercayaan dari Bredy dan tentu saja Gellan tidak akan merusak kepercayaan itu.

Tapi sekarang.

Entah kenapa dia mirip Angsa, tukang nyosor.

"Hari ini kita makan Ayam Goreng, Ares sangat jarang makan ini kan?"

Gellan mengangguk saja, padahal di rumahnya ia bisa makan makanan yang lebih mewah dari semua ini.

Entah sejak kapan masakan Elona menjadi masakan kesukaan Gellan.

Semua yang di masak Elona rasanya lezat.

Lebih baik dari masakan ART di rumahnya.

Apa rahasianya? Padahal bahan-bahan yang digunakan ART nya 1000 kali lebih baik dari bahan-bahan yang Elona gunakan.

"Kakak suapin Ares yah?" Tidak apa-apa kan dia meminta hal seperti ini, lagian tubuhnya hanyalah tubuh seorang bocah 7 tahun.

"Baiklah, mau pakai tangan atau sendok?"

Tangan?

Gellan melirik jemari Elona, itu terlihat seperti jari biasa pada umumnya hanya saja terdapat beberapa beka sayatan pisau. "Mau!" Gellan mengangguk cepat. "Pakai tangan!"

Elona mengangguk mengerti, ia menyuapi Ares dengan tangannya.

"Jangan jilat jari kakak dong," dia merasa geli setiap Ares melakukan itu.

Gellan hanya mengangguk.

"Jangan gigit jempol kakak Ares," Elona menegur keras.

Gellan mengangguk. "Rasanya enak."

"Apanya?" tanya Elona.

"Jar–ayam goreng nya!" Gila dia hampir keceplosan.

Elona tertawa geli. "Baiklah, kakak akan masak ini lagi jika kamu berhenti jilat dan gigit jempol kakak."

"Oke!" Gellan mengangguk mengerti.

Gellan tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya sekarang yang jelas ia tidak ingin melakukan apapun selain bermanja-manja dengan Elona.

Bahkan niatnya untuk kembali ke tubuh aslinya sudah menghilang, yang Gellan inginkan sekarang hanya.

Dipeluk, dicium, dielus, disuap, dan tidur bersama Elona.

Ia hanya ingin bersama Elona.

Lebih dekat, dekat, dan dekat.

"Ares, wajah kamu kenapa merah?"

Sepertinya tali kewarasan Gellan sudah putus.

***

Habisssss.

Tunggu next chapter yah.

Hehehe.

Gellan : hm, gue harap bisa balik secepatnya.

Author : emang lo mau ngapain?

Gellan : rahasia

Author menatap Gellan curiga : lo jangan-jangan.....

Gellan menyeringai.

Author terpesona (⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

14.5K 2.8K 18
Berkisah tentang gadis ceria, sangat ramah, supel namun sedikit nyablak. Dimana gadis yang berusia dua puluh empat Tahun dan dikejar kata 'kapan nika...
Privileges Par 𝐩𝐢𝐢

Roman pour Adolescents

319K 40.3K 20
Alara Innara itu anti sosial. Makan, tidur dan kuota internet membuatnya tetap hidup meskipun dunia memandangnya sebelah mata. Namun secara tidak lan...
42.4K 5.8K 100
17+ Setahun yang lalu, Zita tiba-tiba tersadar dan mendapatkan luka panjang dari telapak hingga pergelangan tangannya. Ia tak mengingat apa yang ter...
2.2M 204K 46
DON'T REPOST MY STORY!!!!! ~Don't copy my story if you have brain~ Novel sudah berakhir. Antagonis mendapatkan Karma. Kedua Tokoh Utama bahagia. Tapi...