terkadang sendu tak selalu merakit luka
ia juga mengisyaratkan bahagia
seperti saat itu kala ku lihat dia
menggandeng tanganmu dengan penuh mesra
kepadamu dulu aku jatuh cinta
menanam asa bisa bersama sepanjang usia
saat itu engkau di tepian kota
aku masih sendiri kau sudah jadi miliknya
terima kasih atas segala rasa
pada hari itu pun aku turut bahagia
karena aku selalu tahu
menyukaimu bukan berarti selalu memilikimu
terima kasih atas segala rasa
pada hari itu pun aku turut bahagia
karena aku selalu tahu
menyukaimu bukan berarti selalu
terima kasih atas segala rasa
pada hari itu pun aku turut bahagia
karena aku selalu tahu
menyukaimu bukan berarti selalu memilikimu
yang terhebat dari waktu adalah karena
ia terus berputar secara sederhana
kita kembali bertemu di tepian kota
engkau sendiri lagi dan aku sudah berdua
Hal - 'Terima Kasih'
Deby Sasongko.
.
.
.
.
Flashback on
Aku pandangi langit yang sudah mulai gelap,, begituu juga rambut gelap seorang lelaki dibawahku yang sedang aku acak-acak hingga tak berbentuk, bau wangi semerbak muncull dari rambut tebalnya, aku tau dia pasti baru saja mandi tadi malam, tak ku sangka dia mau kembali lagi untuk menemaniku setelah beribu cerita kita bahas tadi siang
Sekarang aku berada dibelakangnya dengan posisi aku duduk lebih tinggi darinya awalnya dia memintaku mencarikan ketombe di rambutnya namun ada yang menegur tidak boleh, akhirnya aku memutuskan untuk main-main rambutnya saja
Dia adalah musuh ku sejak kecil, mas Aji namanya, dengan segala kesempurnaan yang dimilikinya namun tidak dengan rasa bersalahnya, dia sangat takut tidak bisa secepat itu membantu orang tuanya untuk bahagia, aku pernah merasakannya ketika dia menangis..
Tidak ku sangka setelah bertahun-tahun lamanya akhirnya kita bisa bertemuu lagi disini, dulu waktu kecil dia sering membuatku menangis, sekarang berbeda lagii tapi kita lawack bersama
Hobi dia itu meledek anak kecil dan aku korbannya dulu, bahkan dia sampai pernah menangis dimarahi ibunya karena kecerobohannya menjatuhkan adiku hingga kepalanya dijahit dua kali, bahkan mungkin hingga sekarang ini..
Lamunanku terguyar saat tangan anak kecil dibawahku tiba-tiba menarik bajuku hingga aku hampir saja jatuh kebelakang, untung saja aku pegang pundak mas Aji erat erat
"Mbaa ninaa!!! Itu mas Aji nyaa", tangannya masih memegangi bajuku sedangkan tangan satunya sudah siap menerima serangan dari laki-laki itu
"Udah ooo mas nanti nangis!"
Entah benar itu kalimat perintah atau hanya angin malam yang keluar dari mulutku tadi, dia benar-benar tidak menghentikan ritualnya
Tangannya masih memegang tangan anak kecil itu untuk berusaha meraih permen yang dipegang erat olehnya, tawanya tidak berhenti, sampai dia pergi menangis meninggalkan kita berdua yg tertawa terbahak-bahak, disaat itu pula beribu cerita random kita bahas
Ternyata benar dia belum berubah, masih seperti yang dulu, itulah mas Aji
"Mas.. ", aku memegang kedua pundaknya, dia baru saja menyuruhku memijatinya setelah tawa di malam hari itu reda, mungkin sekarang waktunya aku galo..
"Hmm?", jawabnya
"Andai mas Aji itu Aghitsny.. ", aku kembali tersenyum membayangkan seseorang yang ada didepan ku adalah benar Aghitsny
"Duhh.. Mas Aji terlalu ganteng nin", ingin sekali aku tampek mulutnya, baru saja aku ingin menggalo bikin esmosi saja..
"Cihhh ganteng dari mana, iseng juga iya!!", bohong ku, padahal mungkin iya dia bisa dikatakan sempurna
Dia berbalik menatapku sangar tapi wajahnya masih dipenuhi tawa, aku membalas dengan tatapan entah apa itu, mungkin sok sangar atau bahkan sambil menahan tawa juga
"Apahh?!! Emang iya!", tawaku kembali merekah
"Iya deh ngalah aja sama anak kecil!!"
Terserahlahh terserah diaa,, berdebat bersamanya itu sama saja mencari masalah, tidak ada habisnya...
"Nin..", ucapnya sambil berbalik ke posisi semula
"Yaaa.. ", aku masih serius mengerjakan tugas darinya, entah kenapa ini sama sekali tidak terlalu berat, apalagi kita sambil bercerita ngalor ngidul ngetan ngulon, sambil membayangkan yang aku pegang pundaknya ini benar Aghitsny
"Serius deh nih sumpah.. "
"Iya apa", lamunanku terguyar kembali, berusaha menghilangkan bayang-bayang tadi tentang Aghitsny
"Mas Aji juga dulu pernah sesuka itu sama seseorang bahkan sampai tiga tahunan nin, sayang banget kita friendzone, tapi mas Aji juga ga berharap lebih si ke dia cuman jujur aja kalo mas Aji suka gitu, ga sampe memaksakan bisa untuk memilikinya"
Aku tidak tahu harus membalas apa,, aku bahkan belum selama itu menyukainya, prinsip kita sama tidak memaksakan... Tapi ini beda ceritaaa.. Dia sempurna aku bahkan jauh sekali dari kata sempurna.. Mungkin dari awal memang tidak pantas untuk aku menyukainya apalagi singgah dalam hidupnya
"Jadii aku salah mas suka sama dia? Bahkan orang sempurna seperti mas Aji saja tidak bisa mendapatkan orang yang mas Aji suka"
"Lihat aja nanti takdirnya gimana"
"Lelah mas menunggu takdir, jalan alur awalnya saja sudah tidak semudah itu"
"Lah nin kamu segitu aja nyerah, bandingin sama mas Aji yang tiga tahun nin.. "
"Hmm iya mas.. "
"Udahh lanjutin itu tugasnya"
"Tapii cerita random lagi dong tentang mas Aji pas waktu SMK kan dari tadi siang aku udah cerita sekarang gantian mas Aji yang cerita, aku pengin denger deh"
"Banyak banget pengalamanya mulai dari awal masuk sampai mas Aji sekarang udah lulus nin, mau mulai dari mana?"
"Menurut mas Aji mulai dari yang paling seru dehh yang mana?"
"Hmm ada ada yang paling seruu, lanjutin dulu tapi"
"Iya iyaaa..."
Tanganku kembali memegang pundaknya, dia mulai bercerita, aku tersenyum baru pertama kali ini aku berbicara dan mendengarkan alunan kisah sebanyak itu dengan seorang lelaki, bahkan bersama ayahku saja aku tidak pernah, mungkin mas Aji akan selalu aku butuhkan sebagai tempat aku bercerita banyak hal dan bukan hanya tentang Aghitsny saja tapi seisi dunia pun akan aku ceritakan sampai Akar-akarnya
Namun,, mengetahui fakta bahwa sebentar lagi mas Aji akan berangkat untuk memulai kerjanya di jakarta, karena dia ingin membantu melunasi hutang orang tuanya yang jauh dari kata sedikit, jika mengingat ibunya bekerja untuk dirinya dulu hingga sekarang bahkan sampai meminjam hanya agar dia bisa sekolah, mas Aji pasti akan menangis tanpa suara, aku hanya bisa berdo'a semoga dia kembali dengan keadaan sukses, dan membuat orang tua bahagia nantinya
.....
Aku menghempaskan nafas, sungguh aku merindukan mas Aji, aku ingin pergi menemuinya dan bercerita lebih dengannya, namun sekarang aku hanya bisa melihat story instagramnya saja dan tidak berani untuk mengirim pesan sedikitpun, yaaa.. karena takut sekali mengganggunya, memang dari yang aku lihat penampilan mas Aji benar-benar sudah berbeda dari yang dulu, sekarang ia berpenampilan ala-ala anak jaman now dijakarta, berbeda sekali dengan dulunya yang hanya memakai kaos putih dan kolor hitam dengan sendal jepit favoritnya
Aku rasa ia bahagia disana,,,,
Apa benar? ia (orang baik) datang sebentar hanya untuk mengajarkan kita agar lebih tegar dalam menerima sebuah kenyataan?
~nin