The Concert

By parkjonghun

4.3K 758 98

Sasa, salah satu manusia yang bekerja sebagai EO yang akan mengurusi konser 10th anniversary dari grup band t... More

1 (The Start)
2 (The Start 2.0)
3 (The Beginning)
4 (Break up story)
5 (Mundur lagi)
6 (First meeting)
7 (First meeting 2.0)
8 (Septian)
9 (Septian 2.0)
10 (Ngeselin)
11 (Ngeselin 2.0)
12 (Brian)
13 (Brian 2.0)
14 (Jae)
15 (Jae 2.0)
16 (Jae 3.0)
17 (Septian 3.0)
18 (Odun sokap?)
19 (Wirya Indigo)
20 (Odun)
21 (Beginning 2.0)
22 (Langkah 1)
23 (New Studio)
24 (Advice dari Brian)
25 (Jae Lamaran)
26 (Balik Bareng Brian)
27
28 (Ketabrak Ojol)
29 (Fira?)
30 (Some Talks)
31 (When Jae was come home)
32 (Reboot)
33 (Start to fall..)
34 (Septian have rival?)
35 (Devil named Ayas)
36 (Time to think..)
37
38
39
40
41
42
43
44
45
47
48

46

43 7 2
By parkjonghun

Pagi itu, masih di atas tempat tidur kamarnya, Sasa tampak bergerak untuk berguling ke samping dan mencari posisi tidur yang nyaman. Namun gerakannya tersebut tertahan oleh tangan kekar milik seseorang. Wanita itu seketika membuka matanya dengan lemah. Diliriknya sosok pria yang kini tak mengenakan atasan tersebut tengah tertidur pulas dengan tangan yang melingkari pinggangnya dengan posesif. Spontan Sasa teringat pada peristiwa semalam. Wanita itu lantas menghela nafasnya lelah karena merasa bodoh telah terbawa suasana dan perlakuan Brian kepada dirinya.

"Sial.. ". Gumamnya setengah menyesal lalu segera meraih lengan Brian untuk melepaskan rengkuhan lengan besar pria itu dari tubuhnya.

Tapi pergerakan Sasa tersebut rupanya justru membangunkan sang bassist enam hari dari mimpinya.

"Mau kemana?". Tanya pria itu dengan suara parau yang pelan.

Sasa diam. Tidak tau harus menjawab dengan perkataan dan gestur yang bagaimana. Apa yang telah ia dan Brian lakukan sekarang adalah sebuah kesalahan.

"Brian.. ". Gumam Sasa ketika tangan pria itu mulai mengelus pinggangnya.

"Hmm.."

"Bangun..". Imbuh Sasa sebelum Brian kembali melancarkan aksinya.

Wanita itu tak ingin bermanis-manis dengan Brian. Ia hanya tak ingin membuat suasana menjadi berbeda setelah apa yang mereka lakukan semalam. Seperti ketika sebelum semalam mereka adalah seorang kolega, maka setelah kejadian semalam pun mereka tetaplah kolega. Tak ada yang berubah dan tak ada yang mesti berubah.

Namun sang bassist enam hari itu tampak tak ingin mengindahkan perkataan Sasa. Ia masih diam sambil memeluk tubuh Sasa dengan erat. Tampak tak berselera untuk bangun dan beranjak dari tempat tidur. Mereka hanya diam selama beberapa saat sambil menikmati suasana pagi yang hening sampai suara dering ponsel milik Sasa tiba-tiba menginterupsi kegiatan mereka.

"Minggir dulu.. hape gue bunyi.."

"Ck..". Decak Brian kesal lalu terpaksa melepaskan pelukannya untuk kemudian berguling ke samping memunggungi tubuh Sasa.

Setelah tubuhnya terbebas dari rengkuhan lengan Brian, wanita itu lantas mengambil ponselnya yang terletak pada meja kecil di sebelah tempat tidur.

Sasa agak mengerutkan dahinya ketika melihat nama dari kontak yang saat ini tengah meneleponnya. Namun tanpa menunggu lebih lama, wanita itu segera mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Iya bang? Tumben amat telfon?". Buka Sasa sambil membenarkan posisi tubuhnya hingga terduduk dan bersandar pada kepala tempat tidur.

Rupanya sang penelepon itu adalah kakaknya, Mario. Sasa merasa aneh karena tidak biasanya Mario menelponnya. Biasanya, kakak laki-lakinya tersebut akan mengirim pesan terlebih dahulu sebelum menghubunginya lewat sambungan telepon.

Mendengar suara laki-laki pada sambungan telepon Sasa, Brian otomatis membalik tubuhnya untuk menghadap wanita tersebut dan memperhatikan dengan seksama gerak-gerik dari wanita yang kini mulai menarik perhatiannya.

"Jogja? Berapa hari?"

Brian sedikit mengerutkan dahinya ketika mendengar nama kota tersebut disebutkan.

"Gratis ga? Kalo gratis gue mau. Ya lu tau sendiri gue ini miskin finansial hehe.."

Sasa tertawa. Dan hal itu semakin membuat Brian penasaran terhadap identitas sang penelpon.

"Serius lu? Wahhh, boleh deh. Nanti gue packing dulu.. kebetulan juga ini udah masuk libur semester kan. Jadi gue bisa ikut.."

Brian masih diam dalam posisi tidurnya di samping Sasa.

"Okee bos. Nanti gue kabarin lagi.."

"Tengkyuu..". Lalu sambungan telepon ditutup dan Sasa kembali meletakan ponselnya ke tempat semula diiringi rekahan senyuman bahagia yang justru memancing kerutan di sudut mata Brian.

"Siapa? Septian?". Tembak pria itu tanpa basa-basi.

Sasa menggeleng pelan. "Bukan.. kakak gue.."

"Oh..". Brian masih tak puas dengan jawaban yang diberikan Sasa. "Lu mau ke Jogja?". Tambahnya memastikan kesimpulan yang ia dapatkan setelah menguping pembicaraan Sasa dengan kakaknya.

Wanita itu kini mengangguk antusias. "Iya.."

"Kapan?"

Seketika Sasa melihat Brian dengan mata menyipit. Wanita itu merasa aneh dengan serentetan pertanyaan dari Brian yang terkesan seperti interogasi. "Kenapa?". Wanita menelisik heran.

"Ngga..". Jawab Brian cuek lalu beranjak dari tempat tidur untuk berjalan ke luar kamar.

Sasa melihat kepergian pria itu dengan pandangan tak percaya. Ia baru sadar bahwa ternyata Brian memiliki tubuh yang cukup kekar. Wow..

Wanita itu lantas mengikuti langkah Brian untuk keluar dari kamar.

Dilihatnya pria yang kini hanya mengenakan celana panjang bahan berwarna abu-abu tanpa mengenakan atasan sama sekali tersebut tengah mengambil rokok dari dalam saku jaketnya yang ia letakkan di atas sofa.

Sebenarnya Sasa merasa bingung sekarang. Bagaimana ia harus bersikap kepada Brian setelah kejadian semalam. Mereka tidak ada hubungan sama sekali, tapi mereka malah tidur satu ranjang. Apa yang ada dipikiran Brian saat ini? Apa pria itu kini menganggap Sasa sebagai wanita murahan? Berbagai pemikiran tersebut membuat wanita itu lebih memilih untuk menghindari Brian dan berjalan menuju balkon lalu menikmati udara pagi sambil menjernihkan pikirannya.

Jam masih menunjukan pukul 05.00 pagi. Tapi jalanan Jakarta sudah menunjukan kemacetannya. Hari Sabtu. Tapi Jakarta memang seolah tak punya banyak waktu. Mereka yang di bawah itu barangkali sedang berkejaran dengan nasib dan waktu. Di bahu mereka, mungkin juga tergantung harapan mengubah nasib yang bercanda tak ragu-ragu.

Sasa masih terdiam memandang hiruk pikuk kota Jakarta ketika sesuatu yang lembut mengecup sebelah dahinya, dan sepasang lengan kekar serta dada lapang yang hangat mulai menyelimuti tubuh dinginnya.

Sasa tau itu Brian. Ia memilih diam karena masih tak tau harus bersikap bagaimana. Jikalau ia menyangkal sentuhan Brian saat ini pun rasanya percuma mengingat apa yang sudah mereka lakukan tadi malam. Sasa tidak menyalahkan Brian, juga tidak menyalahkan diri sendiri. Apa yang mereka lakukan, adalah pilihan dan tanggung jawabnya sendiri. Perkara Brian akan menganggapnya wanita murahan, Sasa tidak peduli. Toh ia tidak serta merta tidur dengan lelaki yang tidak ia kenali. Brian, menjadi lelaki pertama yang 'dekat' dengan dirinya, setelah ia putus dari mantan pacarnya beberapa tahun yang lalu.

Mereka hanya diam dalam pikiran masing-masing selama beberapa Saat. Brian pun masih menyesap rokoknya sambil memeluk tubuh kecil Sasa.

"What the fuck are we doing right now..?". Gumam Sasa tanpa nada tinggi meskipun susunan kalimat yang ia lontarkan sarat akan kata umpatan.

Brian hanya diam, namun bibirnya tampak tersenyum simpul dengan isi kepala yang hanya ia sendiri yang mengetahui. "I dont know.."

Sasa mencerna jawaban tersebut selama beberapa waktu sebelum memutar tubuhnya untuk menatap langsung ke arah sang bassist enam hari. Kepala wanita itu penuh dengan spekulasi. Baiklah coba kita uraikan. Brian, bassist enam hari. Baru saja putus dari pacar 2 tahunnya. Kemarin lusa, ia bahkan melihat pria itu berkelahi dengan Jae karena mantan pacarnya tersebut. Lalu sekarang apa yang dilakukan pria ini? Spontan wanita itu tertawa sendiri.

Kesendirian yang panjang memang sering membuat manusia lupa diri.

"Lo ngga balik?". Tanya Sasa dingin untuk menyembunyikan rasa malunya karena telah dengan suka rela tidur dengan Brian yang mana adalah pria asing.

Wanita itu sedikit demi sedikit mencoba melepaskan rengkuhan Brian dari tubuhnya.

"Gue suka di sini.. ". Fakta. Brian merasa tenang di apartemen Sasa. Pria itu merasa tenang bahkan ketika pikirannya kacau, tapi kini seolah semuanya mendadak aman dan terkendali. Brian tidak butuh alkohol seperti yang biasa ia lakukan. Something is different..

Dan ketika Sasa melepaskan dirinya dari pelukan Brian pun.. rasanya lengan pria itu merasa tak ingin lepas. Dia juga merasa seperti pria brengsek sekarang karena telah tidur dengan Sasa. Brian berpikir apakah Sasa akan menganggapnya pria brengsek sekarang karena telah tidur dengan wanita asing.

Mereka saling memikirkan hal yang sama terkait diri mereka masing-masing..

"Lo mau sarapan apa?". Tanya Brian ketika wanita itu mulai berjalan masuk ke dalam apartemen kembali.

"Gue mau tidur aja, sabtu waktunya istirahat..". Jawab Sasa sambil lalu.

Brian mengikuti wanita itu ke dalam kamarnya. Pria itu pun juga ikut berbaring di samping Sasa walau diiringi dengan tatapan bingung dari sang pemilik rumah.

"See what?". Tanya Brian sambil mengambil posisi berbaring di samping Sasa.

"Ngapain tidur di sini?"

"Gue cuma mau tiduran, ngga mau ngapa-ngapain..". Seolah tau apa yang ada di dalam pikiran Sasa, Brian pun menjawabnya dengan demikian. Pria itu masih tak mengenakan kaos atasannya yang saat ini masih teronggok di lantai kamar.

Sasa hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan. Ia sendiri juga bingung kenapa ia tidak menendang pria itu dari tempat tidurnya. Seharusnya sebagai wanita normal, Sasa sudah memaki Brian, bahkan ia juga berhak untuk memukuli pria itu. Tapi Sasa merasa ia tidak perlu melakukannya. Ia juga suka berada di samping Brian. Ia suka interaksi mereka. Dan ia merasa nyaman dengan keberadaan Brian di sekitarnya.

"Lo mau ke Jogja?". Tanya Brian memecah keheningan.

"Iya.."

"Kapan?"

Wanita itu tampak menggerakkan tubuhnya untuk mencari posisi tidur yang nyaman. "Minggu depan kalo jadi.."

"Berapa hari?"

"I dont know.. kakak gue minta gue buat ikut liburan bareng keluarganya.. jadi gue ikut aja pumpung gratis dan kebetulan minggu depan sekolah udah mulai libur semester..-"

"- and how about my band's concert?". Sela Brian cepat. Seketika Sasa mengerutkan dahinya. Wanita itu lalu berbalik untuk berhadapan dengan Brian.

"Emang jadi konser? Bella bilang persiapan konser dipending 1 bulan..-"

"- indeed..". Sela Brian lagi.

"So what kalo gitu? I don't have any works related to the concert for one month ahead then..". Jawab Sasa.

Brian terdiam. Sebenarnya perkataan Sasa memang benar. Selama satu bulan ke depan, persiapan konser enam hari dihentikan atas keputusan dari percakapan Brian dan Surya tempo hari. Namun rasanya, ia tidak ingin berjauhan dengan Sasa. Pria itu ingin setiap hari berkunjung ke apartemen sang kepala divisi perlengkapan. Brian nyaman dan Brian suka dengan kenyamanan itu.

"And.. ". Sasa menambahkan kalimatnya dengan gumaman. "We dont have any relationship that give you permission to sleeping in my bed..". Ucap Sasa yang langsung membuat Brian tersentak dari pikirannya.

****

Braaakkk!!! Brandon tersentak dari lamunannya akan jam tangan mewah yang belakangan ini menjadi idamannya. Laki-laki bercelana pendek hitam dan kaos oblong putih itu tampak menegakkan punggungnya yang semula bersandar pada kursi santai di pinggir kolam renang rumahnya.

"Papah jangan egois!". Kini suara teriakan ibunya menjadi pengganti suara benda jatuh yang beberapa saat lalu membuka suasana keributan di dalam rumah mewah tersebut.

Mendengar keributan tersebut, Brandon hanya bisa menghela nafasnya lelah. Diambilnya kunci motor yang sedari tadi ia letakan pada meja kecil di samping kursinya. Laki-laki remaja itu kemudian berdiri dengan malas sambil memutar bola matanya jengah.

"Ribut mulu.. bosen ah dengernya.. ". Gumamnya kesal pada diri sendiri.

"Mamah harusnya ngerti! Partner kerja papah itu banyak.. ". Sayup-sayup terdengar topik keributan kali ini masih mengenai kecurigaan ibunya terhadap perselingkuhan sang ayah yang bahkan sampai saat ini tidak mendapatkan bukti nyata.

Brandon sudah mendengar topik keributan ini sejak lama. Sudah setahun belakangan sepertinya, dan selama setahun itu pun ibunya selalu menuduh tanpa bukti. Hanya sebatas karena ayahnya tidak pernah punya waktu di rumah dan selalu pergi ke luar negeri dengan alasan urusan pekerjaan.

"Kaya tapi broken home buat apaan kalo gini mah.. mending hidup cukup tapi bahagia yekan.. ". Gumam bocah itu lagi kemudian berlalu menuju garasi rumah mewahnya dan menyalakan motor zx kebanggaan. Entah kemana kali ini motor itu akan melaju. Apakah ke club malah milik Denis? Ataukah ke tempat lain? Brandon tidak tau. Biarlah angin membawa laju motornya malam ini.

Continue Reading

You'll Also Like

251K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
53.3K 3.9K 53
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
194K 16.2K 27
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
295K 30.3K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...