Oh, KKN!

Por doonadae

64.5K 8.5K 737

KKN, Kuliah Kerja Nyantai? Kuliah Kerja Nangis? Kuliah Kerja Ngebaper? Semuanya salah, karna sejatinya KKN ya... Más

Kenalan dulu bos!
O1. Kelompok 15
O2. Pemilihan Ketua
O3. Waktunya Observasi
O4. Hari Keberangkatan
O5. Hari Pertama
O6. Bareng Mantan
O7. Kunjungan
O8. Hantu Jatuh Cinta
O9. Langit, Senja dan Kenangan
10. Es Krim dan Hoodie
11. Rahasia
12. Bye Bye Fever
13. Ngerinya Cewek PMS
14. Jadi Badut
15. Maskeran Bersama
16. Festival part 1
17. Festival part 2
18. Sedikit Cerita Masa Lalu
19. Hal Kecil Sederhana
21. Soal Mantu Idaman
22. Barisan Para Mantan
23. Problematika Remaja
24. Gugur Sebelum Berjuang
25. Mencurigakan
26. Awal Mula
27. Kebun Pak Chanyeol
28. Bimbang
29. Galau
30. Memaafkan
31. Kalau Suka, Bilang!
32. Girls Time
33. Pantang Menyerah
34. Selamat Tinggal
35. Selamat Tinggal, Banowati
36. Ryujin and her protector
37. Setia itu Asik

20. Lebih Dekat

1.2K 208 10
Por doonadae

Harusnya pagi itu Ryujin bisa berada di alam mimpi lebih lama jika saja tidak ada gangguan suara lembut seseorang memanggilinya. Seperti biasa kemarin malam Ryujin jadi anak yang terakhir tidur karna diajak mabar game sama Beomgyu yang berakhir diketawain sama Gadis karna Ryujin kalah mulu.

Awalnya gadis itu hanya menggeliat  merasakan sebelah tangannya yang kaku, Ryujin pun mengerjap perlahan membuka mata dan melihat lengannya digunakan sebagai bantal oleh Isa. Matanya perlahan mulai terpejam kembali sembari memutar badan ke arah Isa dan memeluk gadis itu bermaksud melanjutkan tidurnya. Namun sedetik kemudian dia merasakan bahunya sedikit diguncang-guncang sambil terus memanggili namanya.

Masih setengah sadar, Ryujin merubah posisi menjadi telentang sambil meracau menyuruh untuk siapapun yang membangunkannya untuk berhenti.

Tapi bukannya berhenti orang itu malah menyentuh pipinya, menepuk secara pelan.

"Ryujin..."

Secara reflek sebelah tangan Ryujin bergerak, bertengger di pergelangan tangan orang yang menepuk-nepuknya. Matanya pun terbuka dan melihat pemandangan seorang pemuda dengan sarung motif kotak-kotak coklat dengan baju koko lengan pendek berwarna merah maroon berjongkok di sebelahnya.

Ryujin membisu, tatapannya terpaku kepada wajah Haechan dengan surai gelapnya tersisir rapi, terlihat lembab dan berkilau akibat pantulan cahaya. Belum lagi kulit sawo matang Haechan yang membuatnya terlihat lebih manis dan sempurna.

Pasti ini mimpi kan?

"Kamu nggak sholat?" Pertanyaan Haechan barusan langsung menyadarkan Ryujin bahwa dia tidak sedang berada di alam mimpi. Ia melepaskan cengkraman tangan di pergelangan Haechan, menarik tangannya berpura-pura mengucak mata.

"Lagi halangan ya? Kalau iya lanjut aja tidur maaf udah bangunin soalnya cuma tinggal kita aja," ujar Haechan.

Ryujin menggeleng kecil, ia masih terus mengucak matanya menyembunyikan rasa malu yang terukir di wajahnya.

Haechan sendiri juga merasa kikuk. Bangun tidur tadi dia melihat anak-anak yang lain sudah tidak ada, bahkan Hendery dan Giselle yang biasanya masih molor waktu anak yang lain sholat juga tidak ada, hanya tersisa dia, Ryujin dan Isa.

Bisa saja Haechan meninggalkan Ryujin dan Isa untuk ke musholla tapi pemuda ini tidak tega, alhasil dia pun membangunkan Ryujin.

"Anak-anak yang lain udah ke musholla." Haechan memberitahu.

Ryujin melirik sekilas, kemudian mengangguk sebagai balasan.

"Bangunin Isa nanti kita barengan ke musholla." Haechan beranjak dari tempatnya.

Ryujin manut. Mengguncang-guncang tubuh Isa berusaha untuk membangunkan gadis itu tapi Ryujin ingat kalau Isa kemarin mengajaknya ke warung untuk membeli pembalut, "Isa halangan Kak aku baru inget," ucap Ryujin.

Haechan hanya mengangguk kecil.

Ryujin dengan hati-hati menarik lengan yang digunakan sebagai bantal oleh Isa tapi ketika tangannya sudah berhasil bebas, gadis itu tiba-tiba mengaduh seraya memegangi belakang lehernya.

"Awh!" Rintih Ryujin dengan wajah kesakitan.

Dengan raut cemas, Haechan menoleh. Ia kembali jongkok di depan Ryujin memegang kedua bahu Ryujin dengan mata terbelabak, "kenapa?"

"Ini kepala aku sakit banget...nggak bisa gerak...kalau digerakin nyeri..." adu Ryujin.

"Kamu nggak pake bantal ya? Bentar, ini gimana ya aku juga bingung."

"Sakit banget kak." Mata Ryujin kian jelas berair menahan tangisannya, sejak kecil gadis ini memang tidak kuat merasakan sakit.

Haechan makin panik, bingung hendak mencari bantuan kemana. Tangannya juga masih memegangi kepala Ryujin dengan lembut, "ehm...bentar aku kayaknya punya koyo ditempelin itu aja biar sakitnya hilang."

"Gamau! Panas kak nanti yang ada makin sakit."

"Ya terus gimana? Apa mau ke rumahnya Pak Junho aja? Kamu bisa jalan kan atau mau aku gendong."

"Gamau....HUAAAAHH SAKIT KAK!"

Ryujin berteriak kencang membuat Isa tiba-tiba terbangun dan ikut khawatir melihat kondisi Ryujin.

"Haechan ini kenapaaa??" Tanya Isa.

Haechan menggelengkan kepala, "kepalanya sakit nggak bisa digerakin."

"Kita bawah ke rumah Pak Junho aja." Isa yang masih setengah sadar itu menyarankan untuk membawa ke rumah Pak Junho.

Dibantu berdiri oleh Haechan dan Isa, Ryujin langsung dibawah ke rumah Pak Junho. Di sana sehabis solat subuh, kepala Ryujin dipijat oleh seorang mbah pijat katanya sih ada saraf yang kejepit makanya sakit.

Tapi tenang, kepalanya Ryujin sekarang udah nggak sakit dan dia juga udah balik ke posko.

"Buat tiduran aja Jin," ucap Isa.

Ryujin mengangguk. "Udah gak sakit kok jadi gapapa lah," jawab Ryujin kemudian melirik ke arah Haechan yang berdiri tak jauh dari tempatnya.

"Sa gue boleh minta tolong gak?" ujar Ryujin.

"Apa?"

"Gue mau ngomong sama Kak—maksud gue Haechan lo bisa bilang keluar sebentar gak?"

Isa beranjak begitu saja tanpa banyak bertanya serta menutup pintu posko dan duduk di depan menjaga agar anak-anak tidak menerobos masuk.

Sementara itu Ryujin dan Haechan masih saling diam dengan pikirannya masing-masing.

"Terimakasih." Ryujin memecahkan keheningan mereka.

"Buat apa?"

"Semuanya termasuk obat sama bye-bye fever waktu itu."

Haechan tersenyum. "Sama-sama."

Suasana canggung benar-benar kental di ruangan ini.

Perlahan Haechan menghela napas perlahan, tatapannya fokus pada netra coklat milik Ryujin. Gadis ini masih tetap semenarik dan sesempurna itu di matanya, tidak hanya dulu bahkan untuk sekarang pun.

"Ryujin..."

"Iya?"

"Mau ngomong apa?"

Ryujin menelan salivanya dengan susah payah, dia menatap Haechan yang juga menatap ke arahnya. Sebenarnya Ryujin hanya ingin mengucapkan rasa terimakasihnya, tidak lebih dari.

"Aku boleh duduk di situ nggak?" Tanya Haechan menunjuk ke sebelah tempat duduk Ryujin.

Ryujin mengangguk. Kini posisi mereka duduk bersebelahan.

"Inget gak dulu aku pernah ngomong ke kamu minta kalau kita act like nggak ada apa-apa? Kayaknya emang susah ya apalagi lihat situasi kita dulunya kayak gimana," ucap Haechan.

"Aku nggak pernah nyangka kalau kita bakalan satu kelompok KKN, jujur aja aku awalnya pengen berubah kelompok bayangin interaksi sama kamu lagi kayaknya susah banget tapi di sisi lain aku juga seneng karna bisa lihat kamu."

Haechan kembali menghela napasnya, "aku minta maaf karna nggak percaya dan mengabaikan penjelasan kamu dulu."

Rasanya Ryujin pengen nangis aja. Setelah sekian lama Haechan baru juga sadar kalau gosip tentang Ryujin dan Beomgyu dulu itu cuma kebohongan belaka.

"Kakak baru sadar sekarang?"

"Iya," jawab Haechan. "Beomgyu cerita semuanya semalam, tentang kamu dan dia yang tinggal satu rumah."

"Aku juga mau minta maaf sama kamu kak." Ryujin menoleh dengan mata merah karna menahan tangisannya agar tidak tumpah. "Maaf kalau dulu aku egois dan pengen menang sendiri."

"Seharusnya aku juga jelasin dengan baik waktu itu bukan malah bilang kalau aku sama Beomgyu emang punya hubungan, aku udah bohong sama kakak," lanjut Ryujin.

Sepele sebenarnya jika mereka mau saling menjelaskan dan berkomunikasi tapi karna Ryujin dan Haechan sama-sama keras kepala, hubungan yang seharusnya masih bisa dipertahankan itu kandas.

"Jadi sekarang gimana?" Tanya Haechan.

"Apa?"

"Kamu maafin aku?"

"Iya. Kakak sendiri, mau maafin aku?"

Haechan mengangguk.

Seharusnya dari dulu aja mereka ngobrol begini kan enak.

"Kalau aku minta kita temenan tanpa canggung-canggungan, kamu mau nggak Jin?"

Tanpa pikir panjang Ryujin langsung menjawab permintaan Haechan barusan, "Mau!"

Ya, setidaknya kesalapahaman di antara mereka sudah jelas.

🏠🏠🏠

Siang tadi Giselle izin untuk pulang setelah mendapatkan panggilan telfon dari suster yang merawat bundanya membuat anak-anak kelompok lima belas ini kesusahan sendiri karna biasanya semua pekerjaan rumah dan dapur Giselle yang mengurus.

"Gak ada Giselle susah juga bro biasanya jam segini udah siap makanan sekarang malah cewek-cewek pada ribut di dalam," ucap Hendery sembari bermain gitar bersama cowok-cowok yang lain.

Yeonjun mengangguk. "Gue masih inget dulu Karina pernah bikin telur gosong, trauma gue sampe sekarang."

"Mana rasanya manis lagi." Sunghoon ikut menimpali.

Sementara Haechan dan Beomgyu sibuk mabar Mobile Legend dipojokan.

Terdengar beberapa kali suara jeritan Yeji maupun Karina serta umpatan Yunjin dalam bahasa yang cowok-cowok ini nggak paham sama sekali.

"Gaesaeki! Lo kalau goreng tahu tuh jangan dimasukin sama airnya Yeji, ditirisin dulu. Meletup tuh minyaknya," kata Yunjin sembari melindungi diri di balik selimut.

Yeji dan Karina pun juga sama, mereka berdua bahkan memakai helm untuk melindungi wajah mereka dari cipratan minyak. Sementara Ryujin, cewek itu cuma bisa ketawa-tawa melihat kesusahan yang dihadapi teman-temannya niat hati sih dia mau bantu tapi nggak dibolehin sama Karina.

"Ini dimatiin dulu aja ya? Minyaknya kemana-mana nih," ujar Yeji.

Karina menggelengkan kepala, "jangan. Lanjut aja gapapa, kasihan pasti anak yang lain nungguin juga kan buat makan."

Dan ya drama masak-memasak itu pun masih berlanjut hingga adzan mahrib berkumandang. Yang seharusnya jadi makan siang sampai tertunda, dan yang dikira masakannya banyak ternyata hanya ada tiga masakan saja.

Haechan bertukar pandang dengan Jeno setelah melihat menu makan siang delay mereka ini, gorengan tahu dan tempe, sayur sop, dan sambal.

"Kok pada diem? Ayo makan," perintah Yeji sembari mengambil piring.

Anak yang lain pun mengikuti Yeji mengambil makanan mereka tanpa protes, meskipun ketika mengambil sayur sop Hendery mendapatkan jackpot berupa potongan wortel yang cukup besar.

"Not bad lah meskipun tadi sempet lupa mau masukin garamnya," kata Ryujin.

"Karina tuh," tunjuk Yeji kepada Karina, pelaku yang lupa masukin garam ke masakan.

Karina cuma ketawa aja.

Dan sesi makan pun selesai. Setelah membereskan semuanya, anak-anak ini melakukan kegiatan masing-masing.

Ada Yeji dan Yeonjun yang asik mojok berduaan sambil ketawa-ketawa nonton youtube. Ada juga Ryujin yang lagi buka sesi curhat bersama dengan Yunjin dan Isa tapi yang curhat cuma Yunjin, biasa masalah asmara dan ada yang rajin banget kayak Jeno sama Karina yang saling bertukar pendapat tentang proker mereka.

Tentu saja ada juga anak yang gabut macam Hendery yang sudah memasuki mode wibu anti senggol khas dengan headphone telingga kucing serta Beomgyu, Haechan dan Sunghoon yang nyanyi-nyanyi sambil rebahan di tengah aula.

"Gue mau tanya sama lo berdua," ucap Sunghoon di tengah-tengah keasyikan malam itu.

Beomgyu dan Haechan otomatis menatapnya.

"Apaan?" Ujar dua orang itu kompak.

Pertama Sunghoon mengecilkan volume musik di ponselnya, melirik ke arah Ryujin yang masih membuka sesi curhat kemudian mengisyaratkan Beomgyu dan Haechan untuk mendekat ke arahnya.

"Menurut lo berdua kalau cewek baik ke kita tuh tandanya naksir ke kita?" Tanya Sunghoon. Iya, semenjak Isa memberikan opor ayam kepadanya Sunghoon jadi kepikiran terus.

"Baik kayak gimana coba?" Haechan bertanya.

"Ya sikapnya baik gitu kayak tiba-tiba ngasih lo makanan lah pokoknya baik gitu," balas Sunghoon.

"Bentar." Beomgyu memperbaiki posisi rebahannya. "Lo kenapa tiba-tiba tanya soal begituan ke kita? Bukannya lo lebih tau ya, lo kan yang paling mengerti cewek di sini."

"Tau tuh," imbuh Haechan.

Sunghoon cuma senyum tipis karna nggak mungkin juga cerita soal Isa yang tiba-tiba ngasih dia makanan. Sunghoon cuma lagi bingung aja karna kelakuan cewek-cewek yang naksir sama dia tuh persis kayak Isa di mana awalnya ngasih makanan terus besok-besoknya makin menjadi.

Emang sih dia ganteng, tampan, berbakat, tapi kan di kamus seorang Sunghoon tuh nggak ada yang namanya cinlok sama temen sendiri apalagi temen KKN, NEVER.

"Lo sendiri kayaknya udah baikan sama Ryujin ya?" Kini gantian Beomgyu bertanya kepada Haechan karna seharian ini setelah mengobrol berduaan tadi, dua anak manusia itu tak sungkan untuk saling bertegur sapa.

"Hah?!" Haechan menoleh, "oh hahaha iya, makasih ya lo udah mau cerita pas waktu itu meskipun sampe di ketawain sama kunti."

Beomgyu tersenyum sambil mengangguk. Dari pertama dia dan Haechan dekat sebenarnya Beomgyu udah pengen cerita tapi selalu nggak ada waktu yang pas, dia sendiri nggak mau kalau sampai disalah pahami hubungannya sama Ryujin dan pas ada waktu yang tepat akhirnya Beomgyu pun menceritakan semua termasuk kesalapahaman di mana Ryujin dan dirinya digosipkan sudah menikah karna tinggal satu rumah.

"Makasih," ucap Haechan sekali lagi sambil menepuk pelan pundak Beomgyu.

Sementara Sunghoon yang kini kembali menatap ke arah Ryujin segera membuang pandangannya ketika tak sengaja matanya bertemu dengan mata Isa.

Sejak tadi Sunghoon kan emang ngelihatin Isa yang duduk di sebelah Ryujin.

Tak lama tiba-tiba Jeno berdiri. Sembari membaca tulisan dari ponselnya Jeno memberitahu kalau Pak Namjoon besok siang akan berkunjung ke posko, "untuk jam-nya sih mungkin habis dzuhur ya tapi buat jaga-jaga aja besok pagi kita udah mulai beres-beres, masa DPL mau kunjungan posko kita mirip kayak bangkai kapal titanic begini, nggak keurus."

"Saya mau tanya dong Pak Ketuaaa!!!" Yeji mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Apa?" Balas Jeno.

"Kalau besok Pak Namjoon ke sini terus Giselle gimana? Dia udah bikin laporan loh kasihan dong kalau sampe nggak di evaluasi sama Pak Namjoon," ucap Yeji.

"Iya." Ryujin ikut menimpali, "mundur aja udah hari Kamis apa Jumat gitu jangan besok."

Beomgyu yang mendengar ucapan Ryujin tentu saja tidak bisa untuk tidak menyahuti. "Setuju!!! Bilang ke Pak Namjoon aja Jen, Ryujin lehernya patah jadi belum bisa bikin laporan."

"Mulut lo Beomgyu! Kalau leher gue beneran patah orang pertama yang gue gentayangin lo!"

Beomgyu membalas dengan juluran lidah.

"Udah..udah," lerai Jeno. "Mau leher Ryujin patah kek, mau tangannya buntung kek, itu mah nggak ada hubungan sama Pak Namjoon yang mau evaluasi ke sini," ucapnya.

"Pokoknya besok pagi habis subuh kita bagi tim siapa yang bersih-bersih, ke pasar sama masak. Terus soal Giselle dia tadi sore japri gue katanya besok udah bisa balik ke posko," sambung Jeno.

"Ciyee japri-japrian sama Giselle ciyeeee..." goda Yeonjun.

"Suit..suit.." Hendery ikut menggoda.

Jeno sendiri nggak mau membalas godaan laknat teman-temannya itu dan kembali duduk. Di sisi lain Karina yang dulu pernah merasa insiyur melihat kedekatan Jeno dan Giselle sekarang merasa biasa-biasa saja, karna apa? Karna Karina tau kalau Giselle udah punya pacar, so dengan kata lain hubungan mereka berdua murni temenan.

Tapi, siapa yang tau kan? Boleh saja Giselle punya pacar tapi yang tiap hari ketemu kan bukan cowoknya.

Jadi OVT.

🏠🏠🏠

Seguir leyendo

También te gustarán

471K 5K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
1M 84.8K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
37.8K 4.9K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
50.3K 10.1K 12
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...