TESTIMONI TIME!
Langsung hayuuuk gas! Tahun baru masa iya size baju nggak baru😁 shopee dan ig @mowteaslim wa 0896032104731
_
__________
Haram baca sebelum vote.
___________
Netra yang fokus membaca hasil kerja ulang soal minggu lalu dari Bara itu menyipit. Sedikit khawatir apabila ada kekeliruan dalam perhitungannya. Namun, setelah diteliti, sepertinya sudah cukup sempurna untuk diserahkan ke ruangan Bara.
Saat Naqiya tiba di depan pintu ruangan Bara, langkahnya dibuat terhenti seketika. Bagaimana tidak? Mahasiswi-mahasiswi baru yang Naqiya kenali dengan atribut kecil seperti —bros dan pita itu terpasang di pakaian mereka—sedang asyik berbicara di depan ruangan suaminya.
Rasa penasaran wanita itu membuatnya memilih mundur dan bersembunyi di balik dinding. Ia harus mencuri-curi dengar apa yang tengah mereka bicarakan.
"Pak Bara baik banget, tumben, kayaknya naksir deh sama aku," Celetuk salah satu dari mereka di sana. "Masa tugasku bener semua, huhu udah baik, ganteng, duh nikah aja yuk, Pak!"
Huh? Apa dia bilang?
Nikah?!
"Iyaa! Kayaknya baiknya ke kamu doang deh, soalnya aku jeblok banget nilai tugas ini," Timpal rekannya yang lain. "Naksir beneran dah tuh kayaknya sama kamu."
Rekan yang lain menyetujui, "Bisa jadi, soalnya kamu selera Om-om gitu. Body nya seksi, goals banget, cantik, pinter, duh nggak bakal nolak Pak Bara kalo diajak ngamar."
What?!
Naqiya berhasil dibuat melotot dengan pembicaraan mahasiswi-mahasiswi itu. Astaga, bahkan umur mereka di bawah Naqiya saat ini. Namun, mengapa pembahasan mengenai suaminya dewasa sekali.
Apa pula tadi, ngamar dengan Pak Bara? Ngamar dengan suaminya?!
Langkahi dulu lah mayat Naqiya kalau berani melakukan itu!
"Hihihi! Siapa tau bisa jadi simpenan Pak Bara, enak, masih single, anti teror istri deh," Dukung rekannya yang lain.
Jiwa emak-emak dalam diri Naqiya rasanya ingin melabrak mereka di sana dan menunjukkan cincin kawinnya dengan Bara pada gadis-gadis mesum itu. Dihentakkan kakinya sedikit keras saat berjalan ke arah pintu ruangan sang suami.
"Eh," Mereka tampak terkejut melihat Naqiya di sana. Bukan, bukan karena mengetahui status Naqiya dan Bara. Melainkan khawatir kalau gurauan mesumnya didengar kakak tingkatnya sendiri.
Mau ditaruh mana wajah mereka?
"Permisi, Kak," Pamitnya sembari beralih dari depan Naqiya yang menahan tawa melihat semburat malu di wajah masing-masing dari mereka.
Tanpa buang-buang waktu, Naqiya mengetuk pintu ruangan suaminya. Setelah dapat jawaban dari dalam, barulah Naqiya berani membuka pintu ruangan Bara.
"Naqiya," Panggil Bara yang langsung mengalihkan fokusnya pada sang istri di sana.
Entah mengapa, sekarang Bara jarang sekali memanggilnya 'sayang' seperti bagaimana ia memanggil Naqiya di luar kampus. Mungkin saja pria itu khawatir akan salah sebut ketika berada di kelas dan kelilingi mahasiswa lain.
Pasti akan menjadi momen memalukan untuk Naqiya. Maka Bara tak menginginkannya.
"Permisi, Pak, saya mau mengumpulkan tugas minggu lalu," Ucap Naqiya sembari meletakkan lembaran tugas itu di meja Bara.
Lirikan Bara hadir untuk lembaran-lembaran itu. Astaga, lembaran sebelumnya saja belum selesai ia koreksi, apalagi milik mahasiswa baru, ditambah lembaran yang istrinya letakkan ini. Pantas saja Bara kurang teliti saat mengoreksi.
"Sini salim dulu," Ucap Bara meminta Naqiya mencium tangannya. Tak biasa bagi mahasiswa cium tangan pada dosennya. Beda dengan murid dengan sang guru.
Naqiya memastikan pintu ruangan sudah tertutup rapat sebelum berjalan ke arah Bara dan mengecup punggung tangan suaminya itu. "Pak Bara," Panggil Naqiya yang ikut formal setiap kali mereka berada di kampus.
"Iya?" Bara menaikkan satu alisnya menunggu kelanjutan kalimat mahasiswi yang ia cinta ini.
Mata Naqiya melirik ke atas dengan dongakannya sehingga mampu menatap Bara. "Kelas saya sudah selesai hari ini, jadi saya mau jemput bayi kita buat pulang ke rumah. Apakah Bapak bersedia mengantar saya?"
Bara yang mendengar permintaan istrinya itu segera melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. "Lima belas menit lagi saya ngajar, Naqiya," Jawab Bara.
Tentu, Naqiya menghela napas mendengarnya. Ia sudah sangat rindu dengan putra semata wayangnya itu. Tak perlu ia menunggu sampai Bara selesai untuk bisa lekas pulang.
Mungkin akan lebih efisien apabila ia memiliki kendaraan sendiri.
"Kamu nggak ke butik dulu? Saya juga mesti ngoreksi tugas-tugas mahasiswa itu," Tunjuk Bara pada kumpulan tugas-tugas mahasiwa. "Kalo nggak pesen taksi online aja ya?"
Naqiya mendengus. Kalau kerepotan mengoreksi tugas mahasiswa, seharusnya tak perlu diberikan tugas untuk mereka!
"Enggak ke butik, Pak, paling rapat via zoom. Nggak papa deh, nanti saya kabari pulang naik apa. Yang jelas saya usahakan pulang karena saya sudah kangen sama bayi Bapak di rumah," Jawab Naqiya dengan penuh penekanan pada kata 'bayi bapak'.
Bara mengangguk, "Saya juga kangen, Naqiya," Jawabnya. Jangan kira hanya Naqiya yang rindu. Dirinya sebagai ayah juga pas ingin lekas bertemu sang buah hati.
Halah, omong kosong. Pria itu doyan berada di kampus karena banyak gadis yang menyukainya. Pasti Bara sering tebar pesona.
Tok! Tok!
"Permisi, Pak Bara," panggilan dari luar pintu itu membenarkan batin Naqiya. Perempuan lagi 'kan? Apa Bara ini adalah dosen spesialis perempuan? Karena sedari tadi yang keluar masuk ruangannya adalah perem—
"Agung," Panggil Bara.
—puan.
Naqiya melongo menyaksikan Bara memberikan hasil revisi yang sudah ia koreksi pada mahasiswa tersebut. Gaya-gaya Agung ini persis seperti Pak Rafi, alias kemayu! Dari suaranya saat mengetuk pintu tadi saja sudah ketara melambainya.
"Bagaimana ini ya, Pak Bara?" Tanyanya lagi-lagi dengan intonasi lembut dan kemayu. "Apakah Agung sudah diacc?"
Astaga.
Agung?
Dia baru saja memanggil dirinya sendiri dengan nama di depan Bara? Manjalita sekali ya saudara-saudara.
Ingin sekali rasanya Naqiya tertawa dan menepuk jidatnya. Ternyata bukan hanya wanita tetapi pria juga bisa cari perhatian dari seorang Bara. Benar-benar ketampanannya mampu menyihir mata orang-orang.
Bara mengangguk, "Sudah bisa daftar seminar proposal," Jawabnya. "Nanti kalau butuh bimbingan bisa WA saya lagi."
Pria bernama Agung itu tersenyum malu-malu, "Terima kasih ya, Pak Bara, baik sekali. Iyah, Pak, nanti Agung wa Pak Bara lagi yah. Kayaknya dalam waktu dekat Agung butuh konsultasi materi presentasi seminar di format pptx—nya."
"Iya nanti bisa hubungi saya saja ya."
Naqiya melongo mendengar nada suara cowok kemayu yang bahkan tak pernah ia gunakan saat bicara manja dengan suaminya ini.
Percayalah! Tingkan kemayu mahasiswa ini bahkan melebihi Pak Rafi!
"Mbak mahasiswanya Pak Bara lagi bimbingan juga?" Tanya Agung pada Naqiya tiba-tiba. Tentu saja, wanita itu seketika mengerjap sadar.
Kalau dilihat dari statusnya sebagai mahasiswa tingkat akhir, seharusnya Agung sudah ada pada saat skandal hubungannya dengan Bara alias dosen tertampan di kampus itu tersebar. Seharusnya Agung mengetahui kalau dirinya adalah istri sah Bara.
"Naqiya," Panggil Bara memotong pembicaraan Agung agar istrinya bisa lekas pulang seperti apa yang gadis itu inginkan. Lekas pulang dan lekas bertemu Gaza.
“Loh?” Matanya mengerjap saat mendengar nama itu disebut oleh dosennya barusan. Ia tak asing dengan nama yang barusan ia dengar dan nama itu merupakan…
"NAQIYA?!" Pekik Agung tiba-tiba yang terkejut bukan main saat menyadarinya. Ia tidak keliru! Matanya terbelalak sempurna kala mendengar nama wanita itu disebut. "I—ini yang namanya Naqiya?" Pria kemayu itu masih melotot dan menutup mulutnya rapat-rapat
Kali ini giliran Naqiya dan Bara yang dibuat bingung dengan sikap Agung. Mengapa cowok itu tampak terkejut bukan main?
"Kenapa, Kak?" Tanya Naqiya kebingungan. "Ada yang salah?"
Bibir cowok kemayu itu mengerucut ke depan dengan alisnya menyatu seperti menahan tangis. Jemari lentiknya masih menutupi wajah yang memerah karena rasa sedihnya tiba-tiba.
"Nggak ada!" Ketusnya. Kepala Agung geleng-geleng, hatinya terasa panas. "Agung permisi dulu, Pak Bara, nanti kalau Agung butuh sesuatu Agung WA Bapak ya." Pamitnya hanya pada Bara. Sementara pada Naqiya, Agung mendelik sebelum melengos pergi.
Sesaat setelah Agung pergi, barulah Naqiya meminta penjelasan pada Bara. Apa apa kok WA? Ada apa dengan WhatsApp mereka? Bara sendiri hanya terkekeh bingung, memang sifat mahasiswa itu tak bisa ditebak.
"Baca nanti WA saya sama dia di rumah," Tutur Bara setelah mendapat tatapan sengit dari sang istri yang meminta penjelasan itu.
Tunggu, apa ini awal mula saingan Naqiya bukan hanya wanita tetapo termasuk juga seorang pria?!
[ B A Y I D O S E N K U 2 ]
FRESH BARU UP HARI INI!! aku spoiler in ada tingkah pak dosen yang bikin ARGHHH 😆boleh cium ga pak?🙏😭