Oh, KKN!

By doonadae

64.5K 8.5K 737

KKN, Kuliah Kerja Nyantai? Kuliah Kerja Nangis? Kuliah Kerja Ngebaper? Semuanya salah, karna sejatinya KKN ya... More

Kenalan dulu bos!
O1. Kelompok 15
O2. Pemilihan Ketua
O3. Waktunya Observasi
O4. Hari Keberangkatan
O5. Hari Pertama
O6. Bareng Mantan
O7. Kunjungan
O8. Hantu Jatuh Cinta
O9. Langit, Senja dan Kenangan
10. Es Krim dan Hoodie
11. Rahasia
12. Bye Bye Fever
13. Ngerinya Cewek PMS
14. Jadi Badut
15. Maskeran Bersama
16. Festival part 1
17. Festival part 2
18. Sedikit Cerita Masa Lalu
20. Lebih Dekat
21. Soal Mantu Idaman
22. Barisan Para Mantan
23. Problematika Remaja
24. Gugur Sebelum Berjuang
25. Mencurigakan
26. Awal Mula
27. Kebun Pak Chanyeol
28. Bimbang
29. Galau
30. Memaafkan
31. Kalau Suka, Bilang!
32. Girls Time
33. Pantang Menyerah
34. Selamat Tinggal
35. Selamat Tinggal, Banowati
36. Ryujin and her protector
37. Setia itu Asik

19. Hal Kecil Sederhana

1.2K 198 23
By doonadae

Film horor tahun 90-an menemani malam anak-anak kelompok  ini. Seharian tadi hujan lebat mengguyur desa membuat beberapa aktivitas mereka terbatas bahkan kunjungan Pak Namjoon juga harus ditunda hari ini.

Sunghoon, Isa, Haechan, Beomgyu dan Jeno berbaring di depan laptop sementara Ryujin, Yunjin, Jeno, Karina, Yeji, Giselle, Yeonjun dan Hendery lebih memilih untuk melihat sambil duduk.

"Gyu, geser sonoan dikit." Jeno mendorong kepala Beomgyu supaya memberikannya ruang untuk bergerak.

Dari film di mulai tadi Beomgyu nggak pernah ngelepasin pelukannya ke Jeno.

Bukannya bergeser Beomgyu malah semakin mempererat pelukannya. Kepalanya disandarkan di bahu kiri Jeno sementara tangannya memeluk pinggang Jeno.

Suasana pun semakin tegang ketika hantu muncul diiringi oleh alunan lagu-lagu mencekam, membuat sebagian besar dari gadis-gadis itu menjerit ketakutan.

Tapi kalau cuma jerit-jerit sih gapapa ya, ini mereka juga jambak, mukul, bahkan sampai nendang.

"Aw..sakit Yeji ini nanti rambutku botak kamu jambakin," adu Yeonjun.

Hendery juga sama. "Ryujin lo kalau takut mending kaga usah lihat udah tidur sono. Main keplak-keplak aja."

Sunghoon dan juga Beomgyu ternyata tidak luput dari keganasan Isa, satu-satunya cewek yang berbaring di depan.

"Sakit Sa jangan digigit dong tangan gue!" Keluh Sunghoon.

"Rambut gueee!!!! Isa lepasin rambut gueee!!!" Teriak Beomgyu.

Mereka kembali lagi fokus menonton film yang semakin mendekati ending, semakin seru. Hingga tiba-tiba lampu di posko mati diikuti oleh suara guyuran hujan dan kilatan petir.

Semuanya panik, berteriak saling memanggil nama satu sama lain. Untungnya ada cahaya dari laptop yang masih menyala, Jeno dengan cepat merabah kantong celana dan menyalakan senter hp sebagai penerangan sementara.

Teman-temannya saling berpelukan satu sama lain tapi ada juga yang tetap santai seperti Hendery dan Haechan, sisanya udah pada pelukan kayak teletubis.

"Gara-gara Yeji nih belum beli token pulsa jadi mati kan," seru Haechan yang pasrah kedua tangannya dipeluk-peluk sama Yunjin dan Giselle.

"Kok gue sih?! Kemarin udah beli kok lima puluh ribu," balas Yeji.

"Udah, udah, gue mau tanya ke Pak Junho dulu semuanya kumpul aja di depan laptop biar nggak mencar-mencar." Jeno memerintah membuat teman-temannya dengan sigap berkumpul di depan laptop.

Ryujin sendiri sejak mati lampu tidak melepaskan pelukannya di lengan Hendery. Gadis ini juga membaca semua doa yang dia bisa karna sempat melihat sesuatu tinggi besar berada di pojokan.

Dugg dugg dugg

Tiba-tiba terdengar suara tumbukan dinding membuat lagi-lagi mereka berteriak.

"Jeno bajingan, lo jangan main-main deh gelap begini mana ujan! Gak usah becanda," ucap Yeonjun memeluk erat tubuh Yeji. Keduanya sama-sama ketakutan bahkan suara jeritan yang paling keras tadi berasal dari Yeonjun.

Isa semakin beringsut kepada Sunghoon, posisi mereka kini duduk berdampingan dengan Beomgyu yang berada di sisi kirinya.

"Tau Jeno, nggak usah main-main gitu! Lagi genting nih," omel Ryujin yang sebenarnya tau suara itu bukanlah suara dari Jeno.

"Gue duduk di samping lo Ryujin gimana bisa gue mainin tembok," bantah Jeno yang sedang menghubungi Pak Junho menanyakan perihal lampu mati di posko ini.

Karina yang duduk paling belakang memegangi kaos Hendery sambil terus memperhatikan Jeno. Suaranya memang berasal dari arah Jeno tetapi jarak mereka dengan tembok sangatlah jauh, kalau pun bisa Jeno harus punya tangan panjang dulu untuk mengetuk-ngetuk tembok.

Dugg dugg dugg

Untuk kedua kalinya suara tersebut berbunyi kembali, mata mereka langsung menoleh ke sumber suara yang sekarang berganti ke tembok belakang mereka.

"Anj–" Isa buru-buru menutupi mulut Sunghoon ketika mendengar pemuda itu akan mengumpat. Dengan hanya sorotan cahaya dari laptop Jeno, Sunghoon dapat melihat Isa sedikit melotot kepadanya memperingatkan untuk tidak bicara sembarangan.

"Astaufirullah tuh kan gue juga bilang apa tadi nggak usah nonton horor, didatengi langsung kan," ucap Haechan yang awalnya terlihat berani mulai menampakkan ketakutannya. Pemuda itu bahkan membalas pelukan Yunjin dan Giselle.

"Tau! Baca istigfar banyak-banyak deh sekarang," seru Ryujin dengan mata masih terpejam.

"Istigfar tuh astaufirullah kalau sampai salah kayak yang dulu, kebangetan sumpah." Kini giliran Yeji yang berkomentar.

Mereka membaca istigraf sebanyak-banyaknya dengan Giselle dan Hendery yang membaca pujian menurut agamanya. Memang tidak terdengar suara hentakan tembok lagi melainkan suara erangan binatang seperti harimau yang membuat semua anak itu semakin ketakutan.

Karina bahkan yang awalnya tadi memengang kaos Hendery, kini berganti memeluk pemuda itu dari belakang. Jeno pun juga memegangi tangan Ryujin erat, sambil terus berusaha untuk menghubungi Pak Junho.

"Ryujin lo kan indomie tuh usir kek suruh pergi kita kan nggak ganggu," ujar Yunjin yang baru buka suara karna sejak awal sudah takut dan trauma insiden dulu ketika di ulti dua hantu.

"Ngusir? lo kira Ryujin pawangnya apa," sahut Beomgyu. "Eh tapi mana Ryujin? My best friend lo jangan ampe kesurupan Ryujin, mana dia? Sini, sini." Beomgyu mengerayai lantai mencari keberadaan Ryujin karna takut kalau tiba-tiba temannya itu kesurupan.

Dulu soalnya pernah waktu kemah di SMP suasananya mirip banget kayak gini, tau-taunya Ryujin nggak kuat dan kesurupan untung aja bisa dikeluarin dibantu sama Pak Ustad meskipun lumayan lama sih.

"Lo disitu aja gue gapapa, aman sama Bang Dery sama Jeno," ucap Ryujin.

Sementara Haechan sejak tadi sebenarnya juga sudah mengkhawatirkan 'mantannya' itu karna tau kalau Ryujin sangat benci dengan gelap.

Di tengah-tengah ketegangan itu Sunghoon masih sempet-sempetnya berpikir buat menggoda Isa. Mukanya mendekat ke telinga Isa membisikan sesuatu kemudian tersenyum, "sekarang atau nanti pas udah nyala?" Ucap pemuda itu.

Tadi lagi-lagi Sunghoon berkata kalau Isa harus membayar pelukannya itu dengan ciuman, tapi karna Isa bukan cewek yang dengan muda tertipu muslihat seorang playboy dia biarkan saja ucapan Sunghoon.

"Kok gue dicuekin?" Bisik Sunghoon.

Isa melirik. "Emang mau dicium bagian apa?"

"Terserah, lo juga dari tadi meluk tangan gue mulu kan jadi ciumannya yang lama."

"Boleh, aku tanya dimana dulu?"

Sunghoon menggerakan jari menyentuh pipi kanannya. "Disini," jawab pemuda itu.

Isa kemudian mengangguk. Tangan kanannya meraih kepala Sunghoon memutar wajah pemuda itu agar menghadap kepadanya, mereka berhadapan.

Sunghoon sendiri terkejut dengan gerakan Isa, dia jadi grogi kalau Isa beneran mau nyium dia. "G–gue becanda Sa.."

"Tapi aku nggak lagi becanda, kamu mau aku cium di sini kan?"

Suara derasnya hujan di luar membuat omongan kedua anak ini hanya bisa didengarkan oleh mereka sendiri.

"Oke, aku cium kamu sekarang."

Sunghoon menahan nafasnya dengan jantung yang tiba-tiba berpacu dengan kencang. Bukan, bukan ini respon yang diinginkan Sunghoon, dia tidak ingin Isa menanggapinya dengan serius seperti kebanyakan gadis-gadis lainnya.

Tapi terlambat, sesuatu sudah menempel di pipinya bertepatan juga dengan nyalanya lampu.

"Tangan lo ngapain itu nempel di pipi Sunghoon?" Tanya Beomgyu sedetik setelah lampu menyala dan menatap Isa serta Sunghoon.

Yang lain pun juga ikutan melihat Isa dan Sunghoon.

Jari-jari tangan Isa sengaja dikuncupkan kemudian ditempelkan ke pipi Sunghoon karna memang tidak mungkin Isa benar-benar memberikan ciuman kepada lelaki pecinta seribu satu wanita ini.

"Oh, ini? Gak tau, nggak sadar aja tiba-tiba di pipinya Sunghoon," jawab Isa santai sambil menjauhkan tangan dan dirinya dari Sunghoon.

"Bisa gitu ya?" Ucap Beomgyu bingung.

Jeno pun segera menyarankan untuk tidur sebelum terjadi kejadian seperti tadi. Semuanya pun setuju dan menuju ke kasur masing-masing sementara Sunghoon masih duduk membeku di tempatnya.

Apa-apaan Isa tadi? Itu hanya jari-jari yang menyentuh pipinya tapi jantung Sunghoon sudah berdisko saja. Pemuda ini mengerjap tersadar ketika namanya dipanggil oleh Jeno yang menyuruh dia untuk segera tidur, Sunghoon pun mengangguk dan berdiri melewati kasur Isa untuk ke kasurnya sendiri.

Mata mereka bertemu, dengan Isa yang hanya tersenyum sekilas kemudian memejamkan mata sembari menarik selimut.

Dalam hati Isa bersorak gembira, 'emang enak dikerjain balik makanya jangan suka godain orang'

🏠🏠🏠

Pagi harinya sebagian besar dari anak-anak itu masih merasa ngeri dengan kejadian yang menimpa mereka kemarin malam termasuk Sunghoon yang bahkan sampai nggak bisa tidur.

"Lo tau nggak sih Hoon kalau nguap tuh nulat? Lo jangan banyak nguap anjir, gue jadi ikutan ngantuk juga nih," ucap Ryujin ketika matanya tak sengaja melihat ke arah Sunghoon yang menguap.

Mereka memang sedang duduk-duduk santai di teras depan, menunggu giliran untuk buang air besar.

"Ngantuk banget gue gara-gara kejadian semalam," ujar Sunghoon.

Ryujin mengangguk. "Hantu iseng tuh emang suka gitu, udah pergi kok jadi tenang aja."

"Lo–" Sunghoon memutar tubuh menghadap ke arah Ryujin, "gue penasaran lo sejak kapan sih bisa lihat begituan?"

"Hantu?"

"Iya."

"Sejak kecil," jawab Ryujin. "Kenapa lo penasaran rasanya jadi indigo?"

Sunghoon menggelengkan kepala, "enggak sama sekali."

"Iya gak enak tau tiap ke tempat sepi ketemunya sosok yang aneh-aneh."

"Lo kan juga aneh."

"Dikira gue demit apa? Noh si Isa sama Yunjin udah kelar, gue duluan ya." Ryujin langsung berlari ngacir ketika melihat Isa dan Yunjin berjalan kembali ke posko setelah melakukan ritual pagi mereka, apalagi kalau bukan buang air besar.

Ngomong-ngomong soal Isa, Sunghoon jadi inget soal kemarin di mana dia godain Isa eh malah balik di goda sama cewek itu mana Sunghoon ngira Isa beneran cium pipinya lagi, malu banget.

"Ngapain lo disini?" Tanya Yunjin kepada Sunghoon yang melamun.

"Hah?!" Ucap Sunghoon tersadar, pemuda ini menatap Yunjin dan Isa bergantian. "Gak ngapa-ngapain lah nunggu Ryujin ke WC."

"Orang ke WC kok ditungguin, ayo Sa masuk." Yunjin menarik lengan Isa untuk masuk ke posko. Isa menurut tetapi sebelumnya dia tersenyum kepada Sunghoon.

Sunghoon membalas senyuman Isa itu dengan kikuk. Rasanya aneh sekali melihat senyuman Isa kali ini padahal sebelumnya juga biasa-biasa saja.

Dari arah dalam Giselle berteriak karna sarapan pagi itu sudah jadi. Otomatis Sunghoon masuk tidak jadi buang hajat karna takut kalau makanannya bakal dihabisin sama yang lain.

"Masak apa Sel?" Tanya Hendery juga ikut bergabung duduk melingkar.

"Opor sama bakwan jagung," jawab Giselle. "Itu tolong dong Bang Yeonjun ambilin centong buat nasi."

Yeonjun yang memang berada di dekat rak penyimpanan sendok mengangguk dan mengambilkan centong nasi, mengopernya kepada Giselle yang dari awal mereka berada di desa ini dipercaya oleh yang lain sebagai juru masak mereka.

"Ryujin, Beomgyu sama Haechan mana?" Tanya Jeno ketika sadar ketiga orang di kelompoknya tidak ada.

"Buang hajat," jawab Sunghoon.

Selagi Giselle masih menata makanan dibantu oleh Isa dan Karina, bertepatan dengan itu Ryujin bersama Beomgyu dan Haechan kembali. Mereka bertiga bersorak gembira melihat menu masakan yang disiapkan oleh Giselle, terlihat cukup menggiurkan.

Anak-anak sudah menyerbu habis-habisan makanan tersebut sampai hanya menyisahkan kuah opor dan beberapa remahan bakwan jagung. Sayangnya Sunghoon yang tadinya juga mau ikutan war ngambil opor ayam harus rela cuma makan sama bakwan jagung karna Haechan dengan tidak tau diri langsung menyerobotnya.

"Lo cuma makan bakwan aja?" Tanya Haechan kepada Sunghoon.

"Gara-gara lo gue cuma kebagian ini aja," jawab Sunghoon sembari mengigit bakwan jagungnya.

"Kok gue? Salah gue apa ya?"

Sunghoon tidak membalas ucapan Haechan dan melanjutkan makannya.

Sementara Isa yang melihat Sunghoon makan dengan lauk bakwan jagung itu merasa kasihan, dia sebenarnya juga tidak kebagian ayamnya tapi karna Yeji berbaik hati membagi, Isa dapat merasakannya juga.

Acara sarapan pun selesai dan anak-anak yang piket hari itu bertugas untuk mencuci piring dan yang lain bersiap untuk melanjutkan kembali proker mereka. Kata Jeno tadi Pak Namjoon akan mengunjungi mereka besok, maka dari itu hari ini anak-anak yang biasanya males-malesan jadi bersemangat.

"Boncengin dong lo mah gitu Bang pleaseee!!!" Ryujin memohon-mohon kepada Hendery untuk menebeng motor, dia terlalu malas berjalan kaki ke puskesmas karna jalan ke sana yang lumayan jauh dan menanjak.

Hendery kekeh menggelengkan kepala. "Gue udah sama Isa, lo sama Haechan sana nganggur tuh boncengannya."

"Sama lo aja kenapa sih?"

"Iya deh, iya! Buruan naik lo."

Ryujin nyengir berhasil menghindari boncengan mantannya. Gadis ini dengan cepat naik ke motor Hendery dan menyuruh pemuda ini untuk segera melajukan motor.

"Yang lain gimana?" Tanya Hendery.

"Kan bisa nyusul yang penting kita sampe ke puskesmas duluan."

Hendery gak bisa nolak dan berakhir mereka berangkat lebih dulu ke puskesmas.

Hari ini ada acara vaksin di puskesmas yang mana membutuhkan beberapa bantuan dari anak-anak KKN meskipun tidak semuanya karna anak pendidikan tentu saja harus mengajar hari ini.

Giselle dan Haechan keluar dari posko bersamaan.

"Gue masih bingung kenapa gue juga harus ikut bantu di puskesmas? Gue bukan anak kesehatan kayak lo," ujar Haechan merasa bingung karna selalu saja dia kebagian hal-hal yang diluar dengan jurusannya.

"Proker lo, Bang Dery, Isa sama Yunjin udah jalan kan? Terus karna kalian nganggur gak ada pilihan lain selain ngajak kalian," jawab Giselle.

"Bener sih tapi–"

"Gak usah tapi-tapian udah." Giselle memotong ucapan Haechan. "Ini Isa mana sih lama banget."

Mereka berdua memang sedang menunggu Isa sebelum berangkat bersama ke puskesmas.

"Isa ayo buruan," teriak Giselle.

Isa dari dalam menyahuti dan tak lama keluar sambil menguncir rambutnya.

"Udah kok ayo," ucap Isa. "Loh? Bang Dery sama Ryujin mana?" Sambungnya bertanya ketika hanya melihat Giselle dan Haechan di halaman.

Giselle mengangkat bahu, "gatau mungkin udah ke sana. Ayo buruan kita boncengan bertiga keburu siang."

"BONCENGAN TIGA?!" Ujar Haechan berteriak. "Lo mau kita boncengan tiga kayak cabe-cabean? Enggak, mending lo sama Isa aja yang berangkat biar gue jaga posko."

"Enak aja. Gak bakalan ditilang polisi juga kan Chan kalau boncengan tiga, ke situ doang."

"Tapi tetep Sel boncengan tiga tuh gak boleh, lo lihat nih motor kecil begini mana muat."

"Muat kok kita bertiga kurus begini."

Haechan dan Giselle masih berdebat tentang boncengan tiga membuat Isa perlahan melangkahkan kaki pergi.

"Jalan kaki aja deh," gumam Isa meninggalkan kedua temannya berdebat.

Isa sebenarnya nggak masalah mau naik motor atau jalan kaki, toh tujuannya udah jelas mau ke puskesmas. Di jalan dia berpapasan juga dengan Yeonjun yang terlihat terburu-buru kembali ke posko karna laptopnya ketinggalan, Isa juga bertemu dengan Giselle dan Haechan dan langsung menyuruh gadis itu segera naik ke motor tapi Isa menolak, dia lebih memilih jalan.

"Nanti biar Haechan jemput kalau kita sampai sana, lo pelan-pelan aja ya Sa." Pesan Giselle kepada Isa.

Isa pun mengangguk dan melanjutkan jalan kaki.

Saat melewati warung Bu Eunha, Isa melihat ada seorang warga sarapan di sana dengan lauk opor ayam. Gadis ini jadi teringat dengan Sunghoon yang tadi tidak sempat merasakan opor masakan Giselle, Isa menghentikan langkah kaki sebelum akhirnya memilih masuk ke warung tersebut.

🏠🏠🏠

Sorenya anak- anak itu satu persatu kembali ke posko begitu pula dengan rombongan dari puskesmas.

"Gue nggak mau lagi lo boncengin gila apa bisa mati duluan gue sebelum nikah." Giselle ngomel kepada Ryujin yang memang pulangnya tadi nekat boncengan tiga bersama dengan Isa.

"Kenapa emang? Padahal kan seru tuh kayak naik roller coster," jawab Ryujin.

"Seru pala bapakmu! Jantungan yang ada," ucap Giselle.

Hendery dan Haechan yang juga barusan datang penasaran dengan pembicaraan cewek-cewek ini dan bertanya, "ada apa sih?"

"Nih Ryujin bawa motornya ugal-ugalan udah kayak mau ketemu sama Tuhan aja," ujar Giselle. "Besok-besok gak usah suruh Ryujin bawa motor deh kasihan yang diboncengin bisa mati muda."

Ryujin terkekeh dengan Isa yang juga ikutan tertawa kecil di belakang tubuh gadis ini.

"Assalamuallaikum!" Salam Beomgyu dan Sunghoon yang juga baru saja pulang.

"Waalaikumsalam," balas Haechan. "Tumben lo berdua udah pulang biasanya ngopi di warung Bu Eunha."

"Gak ada cewek di sana daripada cuma berduaan sama Beomgyu mending pulang," jawab Sunghoon.

"Bu Eunha tuh cewek kaga lo godain?" Sahut Ryujin.

Sunghoon menoleh. "Udah kali cuman beliau bilang kalau nggak suka berondong."

Hendery hanya geleng-geleng kepala mendengar percakapan tidak berguna sore ini.

Tak lama Yeonjun dan Yeji datang.

"Bawa apaan tuh??" Tanya Haechan ketika melihat Yeji membawa sebuah rantang.

Yeji mengangkat rantang besi tersebut dan menatap ke arah Isa, "gue gak tau kata Bu Eunha sih ini pesenan Isa," jawab Yeji.

Demi apapun Isa lupa kalau tadi dia sempat pesen opor ayam ke Bu Eunha, niatnya memang mau diambil pas pulangnya dari puskesmas.

"Nih," ujar Yeji memberikan rantang tersebut kepada Isa.

"Makasih ya udah dibawain."

"Sama-sama. Emang lo beli apaan sih Sa?"

"Oh ini makanan," jawab Isa. "Mumpung udah dateng makan yuk."

Tentu saja anak-anak ini tidak bisa menolak makanan gratis. Dengan cepat mereka mengambil piring serta nasi dan berkumpul membentuk lingkaran di sekitaran Isa.

Rantang susun empat itu pun dibuka, ada opor ayam, oseng cumi, gorengan tempe dan tahu serta mie goreng.

"Sa makasih ya gue bakalan makan nih," ucap Haechan.

"Makasih Isayanggg!!!" Sahut Ryujin.

"Makan! Makan! Makan!" Beomgyu juga tak mau kalah.

Isa tersenyum. Gadis ini melihat Sunghoon yang tidak ikut makan karna tadi cowok itu melangkah keluar posko.

"Opornya boleh buat aku nggak?" Tanya Isa.

Yeji mengangguk mendorong rantang berisi opor ayam ke arah Isa. "Makasih," ujar Isa. Gadis ini melangkah keluar kemudian memberikan rantang tersebut kepada Sunghoon yang sedang merokok.

"Opor ayam buat kamu," ucap Isa.

Sunghoon menoleh, "hm?"

Isa menarik satu tangan Sunghoon, menaruh rantang tersebut di telapak tangan pemuda itu.

"Aku tadi lihat kamu nggak kebagian opor ayamnya jadi aku beliin tadi di warung Bu Eunha, kamu makan ya aku masuk dulu."

Isa tersenyum dan melangkahkan kakinya masuk kembali ke posko.

Sementara itu Sunghoon terdiam sambil memandangi ayam opornya, "ini— jangan-jangan..."

🏠🏠🏠






A-yoooooo!!!!! Happy reading all💜

Continue Reading

You'll Also Like

74.2K 5.4K 24
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ Ma...
1M 85.3K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
38.6K 5K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
483K 5.1K 86
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...