Next Time, Find Me In Our Wor...

De ztywi29palestina

2.6K 325 143

Menurut Bintang, setiap kisah akan berakhir pada epilog nantinya. Begitu juga dengan hidupnya. Ia yang mulai... Mais

0.0 - PROLOG | PERMINTAAN YANG MENGUBAH SEGALANYA
0.1 | BINTANG YANG HADIR
0.2 | SANDI 505505
0.3 | SESEORANG YANG TIDAK ASING
0.4 | HAL MENYAKITKAN YANG IA SEMBUNYIKAN
0.5 | IA YANG NYAMAN DALAM KEGELAPAN
0.6 | TIDAK PEDULIAN VS SOK AKRAB
0.8 | DIA YANG NYAMAN AKAN KESENDIRIAN, TETAPI MEMBENCINYA
0.9 | SIAPA PELAKU SEBENARNYA?
1.0 | LARI DARI KENYATAAN
1.1 | MENAHANNYA SENDIRIAN
1.2 | BINTANG YANG MEMBENCI SINARNYA
1.3 | KEJUTAN UNTUKNYA, TAPI KENAPA MALAH ....
1.4 | ALASAN YANG SEBENARNYA
1.5 | SESEORANG YANG BERHARGA DI HIDUPNYA
1.6 | PEMBICARAAN MENDALAM
1.7 | DIA YANG LEBIH BAIK
1.8 | KILAS BALIK YANG INDAH
1.9 | DUNIA SESEORANG YANG KINI BERHENTI
2.0 | DI BALIK VIDEO BERNARD YANG VIRAL
2.1 | TABUR DAN TUAI
2.2 | IA TAHU KEBENARANNYA
2.3 | MENJADI DAUN JATUH YANG TIDAK MEMBENCI ANGIN
2.4 | BERDAMAI DENGAN SEMUANYA
2.5 | PENYESALAN YANG TIDAK DAPAT DIPERBAIKI
2.6 | PEMILIK MATA YANG TERSENYUM
2.7 | MISI TERAKHIR BINTANG
2.8 | JANGAN MELIHAT KE BELAKANG
2.9 - EPILOG | MISI YANG BELUM SELESAI
AKHIRNYA!
OPEN PRE ORDER!

0.7 | SESEORANG YANG MIRIP DENGANMU

87 12 4
De ztywi29palestina

Seperti bintang yang bersinar di langit malam, akankah kenangan indah dapat diraih di tengah lautan kesedihan?

- Next Time, Find Me in Our World -

...

Tidak. Bukan terdampar di tempat seperti ini yang Bintang inginkan.

Cowok dengan seragam putih abunya itu memperhatikan langit-langit ruangan. Mata bundarnya terbuka dan tertutup pelan sembari merebahkan kedua tangannya. Menyebalkan, ingin ia mengutuki, tetapi dengan mudah niat itu ditahan begitu mengingat ini tidak seberapa mengesalkan dibanding hari-hari yang dulu.

Hanya terdampar di ruangan remang milik rumah sakit. Digunakan khusus oleh beberapa staff sebagai tempat istirahat, apalagi bila padatnya jam bekerja. Tempat tidur, rak buku, meja belajar, kadang Bintang berpikir bukankah ini tidak jauh berbeda seperti ruangan di rumah?

Ah, Bintang bertaruh, pasti pamannya itu dulu jarang pulang dan lebih sering menginap di sini. Kedekatan yang baru-baru ia lakukan, bahkan Bintang baru mengenal bahwa pria menyebalkan itu termasuk anggota keluarganya. Ya, anggota keluarga dari pihak Papa, dan bodohnya pria yang biasa ia panggil Papa itu telah hidup bahagia bersama keluarga barunya.

Tidak masalah. Bintang memejamkan mata, kedua tangannya perlahan tergepal begitu hawa gelap dari dalam tubuh menguap begitu saja. Sebenarnya tidak masalah, apa pun keputusan Papa ia tidak akan peduli. Hanya saja, kejadian sebelum itu, yang dilakukan pria itu bersama Mama ketika masih bersatu, jelas terekam diingatan Bintang.

Ucapannya, sikapnya, akhir yang ia dapatkan ... Bintang menggertak gigi dengan kesal, sembari mengutuki pikirannya yang mudah sekali larut mengingat hal yang tidak menyenangkan.

"Sial," umpat Bintang, setengah memukul tempat tidur dengan tinggi selututnya. Tak ingin larut dalam pikiran, Bintang bangkit, duduk sembari memperhatikan judul deretan bacaan yang tertera di rak buku.

Berbicara tentang buku, tas, ponsel, dan laptop yang ia bawa ke sekolah kini tengah disita. Tanpa basa basi, pria bernama Binar itu langsung mengambil dan menyimpannya di ruang konsultasi lantai lima. Lantai sembilan ke lantai lima, bahkan berpikir untuk mengunjungi dengan lift saja membuat Bintang mual sendiri.

"Sedang apa?"

Bintang tersentak, pintu terbuka begitu saja, memperlihatkan seseorang dengan tekstur wajah yang bergaris keturunan campuran non asia, alisnya tebal, garis wajah yang tegas, tetapi ditutupi dengan senyuman dan sesekali sorot mata jailnya.

Ah, sekali melihatnya saja Bintang sudah menebak kalau ia akan menemukan Oliver kedua.

"Sepertinya ujian baru bagi Binar untuk menyuruhmu beristirahat." Pria berambut ikal itu duduk di tepian tempat tidur sembari memperhatikan sekeliling ruangan. Untuk Binar yang rapi dan bersih, ruangan ini seperti menunjukkan sisi lainnya. Ah, sisi yang sebenarnya mungkin?

Ruangan minim cahaya. Untuk cuaca apa pun, ruangan ini akan tetap remang dengan gorden tebal yang senantiasa tertutup rapat. Tidak cukup itu, beberapa foto yang tertempel di papan tulis, lalu tumpukkan buku, dan jangan sekali membuka laci di meja belajar itu. Antoni yakin pasti akan lebih jauh berantakkan dibandingkan ini.

"Apa ada keluhan? Pusing? Atau mual? Berbicara tentang efeknya, pernah kita bahas sebelumnya. Tolong hindari kegiatan yang banyak memakan tenaga, dan terpenting lagi jangan terlalu memaksakan diri."

Tidak ada jawaban dari Bintang, kepalanya bersadar di sisi dinding, tak lepas mengedarkan pandangan pada rak buku, menatap kosong.

"Empat hari ke depan, saat merasa sudah membaik, kita lakukan pemeriksaan lebih lanjut," ucap Antoni sekali lagi. Merasa diabaikan, pria itu mengembus napas panjang, menepuk bahu Bintang. "Bersemangatlah. Masih ada banyak harapan."

Bintang tersenyum samar, menggeleng pelan. "Kadang aku berharap sebaliknya."

"Mirip seseorang," desis Antoni, melipatkan kedua tangan, kali ini menyandarkan punggung ke sisi dinding. "Masalah apa yang sebenarnya kamu hadapi, hm? Akui kalau memang terasa berat, jangan coba-coba menanggungnya sendirian."

"Aku tidak banyak mengingat," dusta Bintang, menunduk, mengulumkan bibir sembari menggumam. "Tetapi untuk berdamai dengan rasa sakit itu juga tidak mudah."

"Binar mengetahuinya?" tanya Antoni.

"Minggu depan dia mengatur jadwalku untuk melakukan hipnoterapi," gumam Bintang, menelan ludah. Pria paruh baya ini, sebenarnya Bintang tidak begitu dekat, hanya seperti dokter dan pasien umunnya. Namun siapa sangka, mengetahui ia memiliki hubungan keluarga dengan Binar, secara tak langsung mendekatkan Bintang pada sahabat pamannya itu. "Apa itu menakutkan?"

Antoni menatap lurus dengan pandangan menerawang. "Sejujurnya, terasa jauh lebih lega."

Dahi Bintang mengernyit heran. "Membiarkan mereka mengetahui keseluruhan dari akar permasalahan?"

"Bukankah memang itu tujuannya?" Antoni menoleh, menatap memastikan, lalu bangkit, meraih segelas air hangat dari dispenser, lalu menyodorkannya kepada Bintang. "Minumlah, ini bisa mengurangi rasa mual."

Bintang menurut, menyesap sedikit minuman. Berharap dapat terserap dengan baik di tubuhnya. "Sepengalaman, Om pernah menemukan seseorang sepertimu."

Sedikit tertarik, Bintang mencondongkam tubuh, mengangkat kedua alis. "Aku?"

"Dia selalu bertanya apakah itu menakutkan? Bagaimana bisa menceritakan semua masalah? Memangnya ada yang mendengarkan? Untuk apa?" jelas Antoni, menatap lurus ke arah tumpukan foto polaroid yang tertempel di papan tulis. "Bagaimana saat menjalani sesi itu aku berubah menjadi orang yang tidak kukenal? Bagaimana jika itu terlihat menyedihkan?"

Bintang menahan napas, lalu mengalihkan pandangan kembali meneguk minuman.

"Menahannya sendirian, mengabaikan luka, bukankah sekilas sama seperti luka fisik? Akan menjadi berbahaya bila tidak segera diobati. Seberapa sering mendapatkan luka, ingat, tidak pernah ada seorang pun yang terbiasa dengan rasa sakitnya. Mereka hanya mencoba tidak memikirkan meskipun pada akhirnya akan ada waktu--ketika sendirian, meringis menahan rasa sakitnya."

"Jadi, menurut Om tidak ada yang normal?" tanya Bintang.

"Saat rasa sakit itu melebihi kapasitas hingga dapat mengancam diri, apa menurut kamu bisa dikatakan normal?"

Bintang terdiam. Antoni menatap erat, lalu tertawa pelan sembari mengacak puncak kepala Bintang dengan gemas. "Berhenti memikirkannya terlalu serius. Oh ya, berhubung tidak ada Binar, Om bawakan sesuatu untuk menghilang rasa bosan."

"Berhenti mengacak rambutku." Bintang berdecak, setengah menjauhkan tangan itu dari puncak kepalanya. "Aku tidak mau kalau itu sesuatu yang merepotkan."

"Hm?" Antoni tersenyum meremehkan. Mengeluarkan sekotak permainan dari saku jas putihnya, lalu meletakkannya di hadapan Bintang. "Tidak ada yang bisa menolak permainan ini."

Bintang melongo.

"Uno." Antoni bangkit, meraih bedak tabur dari kotak putih yang tertera di sudut ruangan. "Konsekuensi bagi yang kalah."

____

Thanks for reading! I hope you enjoy it!
Vote, komen, dan krisarnya sangat membantu!
Menurut kamu, gimana part ini?
Update : 13.11.22

Continue lendo

Você também vai gostar

4M 311K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
Twinkle-Us De 🎧📱💻

Ficção Adolescente

3.2K 323 25
[SPIN-OFF SPARK] [SUDAH TERBIT] Blurb: Vanko Dickson dikenal seperti pangeran berkuda yang menarik semua mata. Pujian seolah terus tercurahkan padany...
62.4K 8.2K 42
[Completed] Apa yang akan kamu lakukan jika imajinasimu menjadi kenyataan? ***** Almashyra Mishael Adzra memiliki hobi menulis sebuah novel yang ber...
My Sexy Neighbor De F.R

Ficção Adolescente

598K 7.6K 23
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+