Hard Desire (END)

By Ry-santi

37.6K 3.4K 437

#Project Lawyer Series Mengira hubungannya benar-benar berakhir, Sherly Rosalie bertemu Eric Prasaja dalam se... More

Prakata
Moodboard
1
2
3
4
5 ๐Ÿ”ž
6
7
8
9
10 ๐Ÿ”ž
11
12
13
14 ๐Ÿ”ž
15 ๐Ÿ”ž
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
40
41
42
43
44 ๐Ÿ”ž
45
46
47
48 ๐Ÿ”ž
Bab 49
Bab 50 (End)

39

293 50 9
By Ry-santi


Walau tubuhnya masih dalam masa pemulihan, Sherly tidak ingin ketinggalan kelanjutan sidang Gatot yang disiarkan secara langsung di salah satu stasiun TV swasta dengan agenda menghadirkan saksi-saksi. Ditemani Sarah yang menyuapinya sepiring bubur tim dari pihak rumah sakit, bola mata Sherly tertuju pada layar sebesar 32 inci tersebut. Sandra bercerita kalau saat putusan sela, nota keberatan dari tim kuasa hukum Gatot ditolak dan menganggap surat dakwaan penuntut umum sudah sah. Sherly mencibir jika semua itu hanyalah akal bulus mereka yang ingin mengulur waktu bahkan mencari letak kesalahan demi batal hukum.

Suara tegas seorang pembawa berita yang mengenakan kacamata kotak menyebutkan hari ini penuntut umum menghadirkan tujuh orang saksi terkait penggelapan dana mantan direktur PT. Asa Sehat yang bekerja sama dengan rumah sakit Sejahtera. Di antara mereka sebagian besar adalah orang-orang yang bergelut di bidang pengadaan barang rumah sakit Sejahtera, sisanya dari perusahaan alkes Asa Sehat. Sherly jadi penasaran dengan nasib si whistleblower, apakah akan diikutkan menjadi saksi kunci nantinya. Sisi lain dalam diri Sherly membantah, mungkin pihak JPU tidak semudah itu mengeluarkan kartu mati tersebut dengan alasan keamanan. Di salah satu berita yang pernah didengar Sherly, ada salah satu saksi kunci tewas dibunuh oleh sekelompok orang tak dikenal saat ada kasus pencucian uang.  

Kini, saksi-saksi itu disumpah sesuai agama dan kepercayaan sebelum memberikan keterangan yang sebenar-benarnya. Sherly jadi bertanya-tanya apakah Gatot akan menyerah saat menerima fakta-fakta yang bakal memberatkan nanti atau justru melempar serangan balasan. Dia menggeleng lemah, mengaku kalah bukanlah gaya Gatot. Pasti lelaki serakah dan ambisius itu akan mencari jalan keluar sesulit apa pun. Termasuk dokumen yang disimpan Sherly di kediaman Benedict. Berkas-berkas berisi semua aliran dana yang diterima Gatot kemudian ditransfer ke beberapa orang yang mau ikut andil memperkaya diri. Namun, salah satu file yang dicari oleh kawanan Gatot juga berisi tentang beberapa bukti tentang jual-beli jabatan di kalangan rumah sakit.   

Salah satu anggota hakim yang punya tahi lalat di bawah hidung mengajukan pertanyaan kepada salah satu saksi dari rumah sakit Sejahtera. "Apakah saat pengadaan barang alkes, Saudara yang mengusulkan alat-alat yang dibutuhkan dan harga pembanding untuk dikirim ke distributor?"

"Benar, Yang Mulia. Saya mendapatkan daftar permintaan alat dari setiap ruangan, mulai rawat inap, ICU, UGD, farmasi, gizi, hingga ruangan rawat jalan. Yang mengajukan alat-alat tersebut adalah kepala ruangan yang sudah diberi surat perintah dari pimpinan rumah sakit," terang lelaki berpakaian batik. "

"Oke. Apakah benar Anda mendapat telepon dari saksi Eka bahwa anggaran alkes tersebut sekitar lima belas milyar rupiah?" sahut hakim ketua. 

"Betul, Pak," jawab lelaki itu. "Saya menerima informasi tersebut melalui telepon Bu Eka, selaku pejabat Yankesmas di Dinkes Jakarta. Sehingga saya berkonsultasi bersama pimpinan rumah sakit untuk menulis rekapitulasi daftar prioritas alat kesehatan yang tadinya sekitar 40 milyar untuk 212 alkes jadi 15 milyar untuk 100 alkes."

"Apakah Saudara tahu tiga distributor yang bekerja sama dengan perusahaan terdakwa?" timpal hakim anggota lain.

Yang ditanya menggeleng. "Tidak. Saya tidak sempat mengecek tiga distributor tersebut, Yang Mulia. Itu saja saya mendapat melalui email Pak Mawardi selaku kepala pengadaan barang. Dan email tersebut hanya bisa diakses oleh beliau. Kemudian saya mendapat arahan dari beliau untuk menggunakan harga pembanding tersebut."

Bakal sulit nih, batin Sherly mendengar penuturan saksi. Tapi, dia sudah tahu jikalau tiga distributor abal-abal itulah menjadi akar permasalahan.

Selanjutnya, saksi juga menerangkan tentang uang tips yang diberikan oleh Gatot sudah meloloskan harga yang sudah dibuat. Sampai tiga distributor abal-abal yang dikarangnga menang pelelangan. Sementara barang yang dipesan ternyata dimodifikasi kemasannya agar tidak serupa dengan barang yang berasal dari PT. Asa Sehat. Jika ditilik, Gatot bisa memperoleh keuntungan tiga kali lipat dari tiap barang yang dikirim ke rumah sakit tersebut.

"Udah, Ma, Sherly kenyang," tukas Sherly lalu meraih gelas dari sisi kanan. Mengikuti keterangan saksi melalui televisi saja sudah menimbulkan rasa kering di kerongkongan. Diteguk air putih sampai habis tak tersisa.

"Sher ..." panggil Sarah. "Abangmu lusa akan pulang buat cuti tahunan. Mama ingin kita punya quality time, mungkin di Yogyakarta atau Lombok?" lanjutnya memberikan ide berharap sang putri mau meluangkan sedikit waktu untuk keluarga di sela kesibukan.

"Sherly harus kerja kalau udah sembuh, Ma," kilah Sherly berusaha menghindari ruang yang mendekatkannya dengan Sarah. Meski wanita paruh baya itu telah menunjukkan dedikasi sampai bisa menguak siapa yang hendak membunuhnya, tetap saja hati kecil Sherly merasa asing. Entah butuh waktu berapa lama lagi agar semuanya kembali seperti dulu sewaktu di Bekasi. Saat hubungan mereka tak retak akibat skandal cinta terlarang Sarah.

"Kamu kan juga enggak langsung kerja, Sher," ucap Sarah. "Apa Mama masih belum bisa meyakinkan kamu? Mama yang menangisi kamu saat enggak sadar kemarin, Sher. Mama harus apa lagi biar kamu mau memaafkan Mama?"

"Ma, Sherly enggak pengen bertengkar. Sherly juga butuh waktu sampai semua masalah ini selesai. Bukan hanya sama Mama tapi Eric juga!" gertak Sherly mulai emosi. "Kalau Mama merasa enggak dihargai, Sherly minta maaf! Oke!"

Bibir Sarah terbungkam, buru-buru membereskan alat-alat makan itu seraya membesarkan hati lagi menerima sikap dingin Sherly. Memang tidak mudah mengembalikan kepercayaan anak bungsunya dibandingkan dengan Barra. Tapi, Sarah yakin, suatu hari nanti Tuhan akan membukakan pintu hati yang terkunci untuknya. Lagi pula, Eric saja baru bisa menaklukan kembali si gadis keras kepala setelah beberapa waktu lamanya. 

Diam-diam, Sherly merasa tak enak hati setelah memperlakukan sang ibu yang bersedia merawatnya dari koma sampai terbangun dari batas kematian. Dia menarik napas sebanyak mungkin, mencoba menurunkan ego yang selalu menguasai diri. Bayang-bayang masa lalu yang pernah dialami Sherly waktu itu tak pernah bisa dilupakan, walau lidahnya begitu ingin memaafkan wanita yang sudah bertaruh nyawa tuk melahirkannya. Dilirik Sarah tengah mencuci tangan di wastafel, membatin jika tubuh itu makin lama makin renta namun hingga detik ini masih harus memeras keringat demi kebutuhan rumah tangga. Gadis itu mendongak, pikirannya mendadak saling melempar hujatan. Apakah dia sudah terlalu kejam? 

"Mungkin ke Lombok ide bagus," ujar Sherly tiba-tiba. "Gili Trawangan?"

Sarah berpaling, menyatukan alis beberapa saat sambil mengeringkan tangan dengan tisu, kemudian wajahnya langsung bersinar mendengar ucapan Sherly. Dia menyengguk dan berkata, "Boleh. Abangmu dari dulu pengen ke sana belum pernah kesampaian."

"Cih, Bang Barra punya duit banyak cuma bisa disimpen aja enggak pernah buat healing. Kayak enggak hafal sama anaknya sendiri," sindir Sherly. 

"Buat nikah, Sher. Dia pulang sekalian mau ngenalin seseorang ke Mama," kata Sarah mengambil ponsel yang tergeletak di atas sofa. Lalu menunjukkan kepada Sherly sebuah foto gadis manis berseragam tambang oranye mencolok bersama putra sulungnya. Di sana mereka tertawa sambil mengacungkan jempol kanan. "Manis kan?"

"Kok Abang enggak pernah cerita ... oh ... dia main rahasia biar bisa pamer anak sama gue," desis Sherly kesal. "Awas aja lo nitipin anak lo ke gue. Gue bakal gantung lo di pohon mangga!"

"Hush, Sher!" lerai Sarah terpingkal-pingkal. 

###

Ketukan palu dari hakim mengakhiri sidang putusan perkara pembunuhan seorang supir taksi online. Kasus yang sempat ramai diperbincangkan di media sosial karena ibu korban ngamuk-ngamuk anak tunggal yang tengah mencari nafkah direnggut nyawanya begitu sadis. Salah satu tuntutan yang diajukan Eric dikabulkan meskipun sebenarnya dia menginginkan hukuman paling setimpal. Nyawa dibayar nyawa. Empat terdakwa berusia sekitar 18 sampai 25 tahun tersebut akan seumur hidup berdasar pasal 365 ayat 4 akibat pencurian dengan kekerasan.

Ibu korban yang tak terima setelah vonis dijatuhkan pun berteriak menambah riuh suasana sidang yang sempat memanas. Dia mengutuk keras pelaku yang seharusnya sama-sama dihukum mati agar orang tua mereka tahu bagaimana rasanya ditinggal anak tersayang. Sementara Eric hanya bisa mencorong tajam tidak habis pikir akibat terjerat utang nyawa orang lain melayang. 

"Ric!" sapa Benedict melambaikan tangan begitu sang jaksa keluar ruang sidang. "Widih, ngebucin mulu grup wa jarang ditengok. Gimana kabar si tukang kredit?"

"Siapa?" tanya Eric tak mengerti. 

"Sherly. Gue belum sempet jenguk dia. Tapi, kalau nengokin gebetan lo, gue takut dia darah tinggi liat muka gue," canda lelaki itu sambil tertawa. 

"Gitu-gitu udah jadi kesayangan gue. Lo kalau ngomongin dia tukang kredit, bisa gue tuntut lo!"ancam Eric. "Oh iya, masalah berkas yang dia titipin ke elo, aman kan?"

Benedict celingukan sebentar lalu merendahkan suaranya. "Aman. Gila ya bokap lo sama duit, ngeri gue baca berkasnya." 

Beberapa saat lelaki yang tak menyaring ucapannya itu menepuk pundak Eric tuk memberi kesabaran atas masalah yang menimpa keluarganya. Menjadi terdakwa korupsi memang hal sensitif yang ada di Indonesia, kepercayaan masyarakat terhadap beberapa petinggi publik maupun penegak hukum mulai menurun. Koruptor yang seharusnya dihukum mati sesuai janji dianggap angin lalu. Nyatanya, mereka mendekam dalam penjara mewah setelah menikmati uang rakyat dengan hukuman yang tidak sebanding dengan kerugian negara. Alhasil, sebagai bentuk kekecewaan tak jarang kerabat dekat koruptor menjadi tempat pelampiasan para netizen. 

"Enggak apa-apa, kan bukan gue pelakunya. Lagian udah lama juga gue pisah rumah," terang Eric menyunggingkan satu garis tipis di bibir meski mata sipit itu tidak bisa dibohongi. "Penyemangat gue sekarang ya cuma si Sherly."

"Terus kapan lo kawinin? Anak orang lo ajak main gulat di kasur--" ucapan tak senonoh Benedict terhenti ketika Eric melingkarkan lengan kanan kekarnya ke leher lelaki yang sama-sama menjadi buaya. 

"Kawin udah nikah yang belum,"balas Eric. 

"Ric! Gue enggak bisa napas!" pekik Benedict terbatuk-batuk ingin melepaskan diri.

###

"Ayang!" teriak Eric begitu membuka pintu kamar inap dengan senyuman lebar. Namun, detik berikutnya wajah sumringah itu berganti datar saat perawat mendapati tingkah kekanakan Eric. "Maaf, saya kira enggak ada orang." 

"Dasar sinting," gerutu Sherly menahan malu. 

"Kapan saya boleh pulang?" tanya Sherly ketika perawat dengan rambut dicepol rapi selesai memasukkan cairan obat ke dalam selang infus. 

"Kalau dari hasil visite dokter tadi siang, kemungkinan besok atau lusa, Mbak Sherly,"jawab si perawat. "Masih ada keluhan enggak?"

Sherly menggeleng. "Paling ya cuma nyeri aja di bagian bekas operasi. Pusing juga enggak kok."

"Baik, nanti kita catat perkembangannya mudah-mudahan besok dokter Pramudya mengijinkan Mbak Sherly pulang," jelas perawat itu lalu melangkah pergi. 

Setelah benar-benar tidak ada orang, Eric menghamburkan diri ke dalam pelukan Sherly seperti manusia yang tidak pernah bertemu lawan jenisnya. Tanpa sungkan, diraup bibir sang pujaan hati untuk menyalurkan betapa rindu dirinya. Tak mendengar omelan Sherly seperti ada kurang di hidup Eric. 

"Lo keracunan ya bisa-bisanya cium-cium gue!" ketus Sherly mendorong Eric. "Ini masih sore tahu, lo tanya kabar gue gimana kek atau nawarin gue makan kek. Malah nyambar mulut orang aja. Sehat lo!"

"Ini yang gue kangenin." Eric menangkup wajah Sherly dan menggoyang-goyangkannya gemas. 

"Udah gue patahin leher lo kalau gue enggak sakit, Ric!" cerocos Sherly melayangkan tusukan tepat di ulu hati Eric. 

Lelaki itu mengaduh, Sherly tergelak sesekali merintih menahan nyeri di bagian tulang rusuknya yang sempat patah. Jika bukan di rumah sakit, Eric pasti akan membopong Sherly ke kamar mandi yang dipenuhi kecoak agar gadis itu jera berbuat kejam.

"Lo enggak bareng Sandra?" tanya Sherly menepuk kasur di sebelahnya untuk Eric duduk di sana. "Sorry, ya, masih sakit?"

Eric memajukan mulutnya, mendudukkan diri bak anak kecil yang habis dipukul orang. Lalu dia merangkul Sherly, menyesap kuat aroma tubuh di ceruk leher juga mendengar irama jantung sang pujaan hati. Jemari kiri Eric membelai tulang selangka Sherly yang terlalu cekung mirip wadah sabun. "Lo kurusan deh, Sher. Kalau udah diperbolehkan pulang, kita harus sering makan bareng."

"Lo kira gue secacat itu? Enggak usah lebay deh, Ric!" protes Sherly. "Kalau lo ngeliat gue kayak gitu, gue makin kesel."

Eeic bangkit meniti wajah oval Sherly jauh lebih segar dibandingkan kemarin. Sungguh dia berharap gadis itu akan segera pulih seperti sedia kala. Eric ingin mengajak Sherly kencan setelah dia mau merajut Asmara lagi. Bola mata Eric tertuju pada bibir kemerahan Sherly lantas menyapunya dengan jempol kiri. Dia memiringkan kepala hendak memberikan kecupan manis di tempat yang menjadi nikotin baru untuknya.

Hanya satu cumbuan sudah menggetarkan seluruh sel-sel saraf di tubuh Sherly. Bagai disuntik endorfin, sensasi ciuman itu meledakkan hatinya yang terasa gersang akibat tak bertemu Eric seharian ini. Rindu? Mungkin. Sherly sudah lama tidak menyematkan kata itu untuk dirinya sejak lima tahun lalu. Gairah? Ah, Sherly akan mengangguk dan mengacungkan tangan paling cepat jika ada yang bertanya bagaimana dirinya terlena oleh hasrat yang disalurkan Eric. Lelaki itu selalu dan akan selalu bisa memantik api untuk terbakar bersama menuju surga dunia.

"Woy! Sher! Sinting lo ya!" teriak suara bas yang sudah lama tak didengar Sherly.

Seketika gadis itu mendorong Eric dan tercengang bukan main menangkap sosok lelaki berkemaja flanel di ambang pintu.

"Abang!"

"Duh, mampus!" gumam Eric tertangkap basah.

***

Meski udah balikan, mereka love languagenya emang beda dari couple lain. Nggak gelut gak asik 🤣🤣🤣

Continue Reading

You'll Also Like

25K 3.1K 32
This story contains: - Adult content and situations (21+) - Swearing - Subject matter that you may find offensive and disturbing - Toxic relationship...
60.4K 7.5K 35
hanya berisi chat random dan kehidupan sosmed barudak haikyuu & blue lock yang baca selengkapnya.. Warn! [ harshword, non-baku, garing ; jadilah pemb...
18.9K 1.4K 15
"The more you know, deeper you fallen." Sagara, pembalap F1 muda asal Indonesia, kembali ke tanah air karena alasan yang tidak pernah ia sebutkan. Ke...
133K 12.9K 97
Kata siapa tante-tante senang hanya tertarik dengan pria macho berbadan kekar yang doyan pamer otot di balik kaos ketat? [Sebagian part hanya bisa d...