Bad Duda [END]

By AloisiaTherin

6M 643K 167K

"Kamu kenapa belum nidurin saya?!" "Maksud bapak apa ya?!" "Ma-maf, maksudnya nidurin anak saya." **** Anya... More

BAD DUDA
PROLOG
s a t u
d u a
t i g a
e m p a t
l i m a
e n a m
t u j u h
d e l a p a n
s e m b i l a n
s e p u l u h
s e b e l a s
d u a b e l a s
t i g a b e l a s d u a
e m p a t b e l a s
l i m a b e l a s
e n a m b e l a s
t u j u h b e l a s
d e l a p a n b e l a s
s e m b i l a n b e l a s
d u a p u l u h
d u a p u l u h s a t u
d u a p u l u h d u a
d u a p u l u h e m p a t
d u a p u l u h l i m a
d u a p u l u h e n a m
d u a p u l u h t u j u h
D u a p u l u h d e l a p a n
D u a p u l u h s e m b i l a n
T i g a p u l u h
T i g a p u l u h s a t u
T i g a p u l u h d u a
T i g a p u l u h t i g a
Chapter 33 Extra Scene
T i g a p u l u h e m p a t
T i g a p u l u h l i m a
T i g a p u l u h e n a m
Extra Scene - Honeymoon day 2
T i g a p u l u h t u j u
T i g a p u l u h d e l a p a n
T i g a p u l u h s e m b i l a n
E m p a t p u l u h
E m p a t p u l u h s a t u
E m p a t p u l u h d u a
E m p a t p u l u h t i g a (END)

d u a p u l u h t i g a

107K 12.9K 5.2K
By AloisiaTherin

Hi! Cici is here!

Gimana? Kangen Bian gak?

Ini panjang banget! Harusnya bisa dibuat 2 part! Jadi anggap aja kata maaf keterlambatan update 🐭

Ehm, harap hati hati di chapter ini ya 🙈

Next chapter kome 5K nieh! Bisa yok!

🦛🦛🦛

“Panggil Bi dulu!” pinta Bian. Tangannya masih melingkar erat di pinggang ramping Anya dengan kepala mendongak ke atas, menatap wajah Anya dengan melas.

“Apaan sih, geli tau nggak!”
Jawaban Anya berhasil mengundang cemberut di bibir merah Bian.

Sebenarnya Bian kalau seperti ini nampak menggemaskan di mata Anya.

Bagaimana tidak, pria yang biasanya cuek dan bodo amat itu kini malu malu manja di depannya.

“Malu ih, udah punya anak, kelakuan masih kayak gini.” Ledek Anya, membuat Bian mengigit lengan Anya pelan.

“Ah! Jangan di gigit Bian!” pekik Anya.

Bian tersenyum lebar. “terserah mau panggil apa aja deh, asalkan jangan pak lagi.” Kekehnya.

Anya hanya tersenyum kecil sembari mengelus rambut lembut Bian yang ikal.

“Jangan manja manja, ribet ngurus dua bayi.” Tegur Anya, membuat Bian menghembuskan nafas panjang.

“Kamu ikhlas nggak sih nikah sama aku? Apa cuman aku doang yang mulai cinta sama kamu?” cerca Bian.

“Ikhlas lah, lagi pula siapa yang enggak seneng nikah sama duda kaya raya, ganteng lagi. Terjamin sampek tua tau, hidup aku.”

Bian menampar pantat Anya dengan gemas. “Kok gemesin sih jawabannya.”

“Heh! Heh! Heh! Belum sah udah pegang pegang pantat! Enak aja!” Hardik Anya dengan mata melotot.

“Kan seminggu lagi kita nikah.”

“Ngebet banget sumpah astaga.” Anya melepas tangan Bian yang melingkar di pinggangnya. Ia memilih untuk duduk di sebelah Bian.

“Kamu tau? Jamal udah berani deketin kamu. Kalo Jamal nggak deketin kamu, nikah bulan depan juga nggak masalah.” Tutur Bian dengan kesal.

“Kenapa jadi merembet ke Jamal?”

“Jamal itu ganteng! Saingan aku di kompleks ini! Bedanya aku duda idaman, dia perjaka incaran.”

Perkatan Bian barusan berhasil mengundang tawa renyah dari bibir Anya.

Duda satu ini memang deh! Kalo nggak bikin kesel, ya bikin ngakak!

Mana ada ia tertarik sama Jamal? Ya walaupun Jamal ngganteng sih, tapi dia kan tukang sayur..

Salah satu tujuan hidup Anya adalah mejadi kaya raya tanpa usaha, dan sepertinya Bian yang berhasil mencapai kriteria itu.

Anya hanya menampilkan ekspresi nyinyir, membuat Bian nyengir.

“Capek.. Udah lama aku enggak nyetir jauh.” tiba tiba Bian mengeluh, membuat Anya merasa kasihan.

Sepanjang perjalanan tadi hanya ada keheningan. Itu karena dia gugup kembali bertemu kedua orang tuanya, dan takut akan respon kedua orang tuanya saat tau putri gadisnya Ketika pulang membawa kabar akan menikah dengan duda.

Untungnya saja, kedua orang tuanya tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Bahkan sekarang Joilin sudah berhasil akur Bersama kedua orang tuanya. Hal yang langka bagi Anya, karena orang tuanya itu termasuk golongan orang yang anti ribet.

Sudah tau sendiri kan, bocil itu seribet apa?

“Sini, aku pijeti.” Tawar Anya, yang langsung di angguki Bian.

“Pijeti punggungnya ya, encok ini.”
Bian mengelus punggungnya yang sakit.

“Begini aja udah encok, gitu mau trabas malam pertama-“

BRUKK!

Oke, Anya akui di acari mati saat ini.

Masalahnya, secepat kilat Bian sudah membalik posisi. Bian yang mulanya berada di bawah, kini tiba tiba sudah berada di atas tubuh Anya yang membeku.

Sialan! Senjata makan tua ini namanya! Salahkan juga mulutnya yang suka cari perkara.

“Apa? Ulangin, mau denger lagi.” Salah satu sudut bibir Bian tertarik ke atas, menampilkan senyuman sarkas, yang sialnya berhasil membuat tubuh Anya merinding.

“E-enggak,-“ Anya menggelengkan kepala.

“Ulangin, sayang.” Bian mengelus rambut Anya dengan sensual.

Anya menelan salivanya dengan kuat kuat.

Sial! Bisa habis di terkam saat ini juga dirinya!

“Mau aku habisin sekarang?” Bian menempelkan ujung hidungnya ke ujung hidung Anya, membuat nafas gadis itu tercekat.

“Min-minggir,” Anya berusaha mendorong tubuh Bian dari atas tubuhnya, tapi naas, Bian malah mengangkat tangan Anya ke atas, mencekal kedua tanga itu di atas kepalanya. Membuatnya berhasil diam tidak berkutik.

“Gimana tadi katanya? Ngremehin aku di ranjang? Iya?” Bian terkekeh kecil.

Bukannya terpesona, Anya malah merinding, melihat wajah Bian yang mulai memerah itu.

Kepala Bian perlahan menunduk, mendekat ke telinga Anya.

“Nanti malam pulang aja ya? Biar gak bikin gaduh.”

Setelah berkata itu, Bian bangkit dari posisinya yang menindih Anya dengan senyum jahil di bibirnya.

Sedangkan Anya masih terdiam, membeku di atas kasur dengan mata menatap langit langit kamar.

“Panas, ada kaos nggak? Mau ganti dong.” Pinta Bian dengan nada santai seolah baru saja tidak terjadi sesuatu hal yang mampu membuat tubuhnya bergetar dari atas rambut sampai dengan telapak kaki.

“Sayang? Aku butuh baju. Panas.” Suara Bian Kembali menginterupsi Anya, membuat gadis itu bangkit dengan kondisi linglung.

Kok, keliatannya malam pertamanya bakal ngeri, ya?!

***

“Dadah engkong akek doang! Dadah embah!” dari dalam mobil, Joilin melambaikan tangannya ke arah orang tua Anya.

Anya masih memeluk mamanya yang sesekali memberi ia cubitan gemas di paha.

“Kok nggak bilang mama kalo ada duda ganteng modelan calon suami kamu sih..” tanya mama Anya dengan genit.

“Ma, kalo papa denger, mama abis ya.” Ancam Anya, membuat Mama cemberut.

“Pulang dulu, Om.” Bian memeluk calon mertuanya.

“Panggil Papa aja, biar dekat.”

Bian tersenyum, “saya pulang dulu, Pah,”
Papa Anya mengangguk. Ia sepertinya sudah gila saat dulu mau menjodohkan anaknya dengan pria beristri dua, hanya demi uang dan juga informasi dimana letak anak sulungnya yang menghilang setelah membuat keonaran di dalam keluarga mereka.

“Sering sering kesini ya, ben mama enggak kangen.” Mama berkata lembut dengan Bian.

“Mah,” suara Papa yang terdengar cemburu itu berhasil membuat mama Anya terkikik geli.

“Papih tuh tetep nomer satu di hati Mama, yang lain Cuma mampir doang kok.”

Bian merangkul Anya berjalan menuju mobilnya. Ia membuka pintu mobil untuk Anya masuk. Memastikan gadis itu sudah nyaman di tempatnya.

“DADA! ENGKONG! EMBAH! TUNGGUIN JOIYIN KECINI LAGI YA!”
Pekikan Joilin membuat hati Papa dan Mama Anya menghangat.

Gadis kecil satu itu menggemaskan sekali ternyata.

***

Sekarang jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Joilin sudah tertidur dari jam sembilan malam, sedangkan Bian duduk menghadap jendela kamar yang terbuka dengan sebatan rokok dan sebotol bir.

Dua benda itu masih belum bisa lepas sepenuhnya dari hidup Bian. Benda yang berhasil menemaninya selama bertahun tahun semenjak kematian istrinya.

Bian kembali mengambil satu botol bir lagi yang tersimpan rapi di laci nakasnya.

Ia membuka penutup bir dengan alat, dan membawanya duduk bersamanya.
Satu tegukan, dua tegukan, tiga tegukan, Bian masih berhasil sadar meskipun sudah tipsy.

Bian mengambil dompet yang kebetulan berada di samping tempat duduknya. Ia membuka lipatan dompet, dan matanya langsung mengangkap foto mantan istrinya.

“Mau nikah aja masih bayangin kamu, Na. Tapi kamu? Selingkuhin aku tanpa mikir perasaan aku. Hebat banget jadi kamu.” Kekehnya dengan perasaan sakit.

“Ah sial! Sadar Bian, sadar!” Bian mengacak rambutnya, Ketika pikriannya mulai acak acakan.

Tok tok tok!

Pintu kamarnya di ketuk dari luar. Kepala Bian menoleh ke belakang, matanya sedikit menyergit, Ketika berusaha sadar seratus persen.

“Hmmmh?” desah Bian.

“Bian? Udah tidur?”
Suara lembut Anya berhasil membuat Bian mengerang. Ia meremas botol bir di tangannya dengan mata memejam.

Kepalanya berdenyut, pun miliknya di bawah sana, hanya karena terpaan angin malam dan suara Anya yang terdengar lembut itu.

“Pergi, Anya.” Jawab Bian.

“Bian? Kamar aku mati lampu.”

shit!” Bian mengumpat.

Lampu sialan!

Sudah bisa dipastikan dia akan kena marah Anya karena kelakuannya saat ini.

Damn! Damn! Damn!

Lampu kurang ajar! Umpatnya kesal.

“Oke deh, aku di sofa depan tv aja.” Kata Anya ketika Bian tak kunjung membuka pintu.

For god shake!” Bian meneguk semua bir itu dalam sekali tegukan, hingga membasahi baju yang ia kenakan.

Setelah itu ia membuang botol itu di keranjang sampah yang berada di dekat kamar mandinya.

Sesekali Bian menggelengkan kepalanya, ketika ia merasa tubuhnya akan ambruk ke lantai.

Dengan tangan meraba dinding, Bian berusaha menggapai pintu dan membukanya, meskipun kepalanya terasa benar benar pening saat ini.

Setelah pintu terbuka, wajah terkejut Anya tak mampu gadis itu sembunyikan.

“Bian?” Anya memanggil kesadaran pria itu.

Bian membuka matanya lebar, meskipun sesekali ia memejamkann mata karena pening.

“Masuk, sayang.” Bian membuka pintunya lebar, membiarkan Anya masuk ke dalam.

Setelah Anya masuk ke dalam, Bian menutup pintu kamar, dan berjalan di belakang Anya.

“Kamu minum? Itu jendela kamar ngapain juga di buka?!” bibir Anya mulai mengomel.

“Pusing.” Keluh Bian dan berjalang mengekori Anya yang kini menutup pintu.

Anya menaikkan suhu ruangan agar tidak terlalu dingin setelah menutup jendela dan menutup tirai yang sempat tersibak.

Anya memungut dompet Bian yang terjatuh di samping kursi. Ia bisa melihat dengan jelas foto seorang Wanita cantik dan manis yang wajahnya mirip seperti sosok yang wajahnya terpajang di pigora ruang kerja Bian.

Hati Anya sedikti sakit, tapi ia berusaaha mengelak.

Ini semua karena ia yang sebentar lagi akan menjadi istri Bian, tapi pria itu masih terbayang  bayang oleh masa lalu.

Iya, karena itu. Bukan karena rasa yang bernama cinta.

Bian berjalan pelan ke arah kasur, ia merebahkan dirinya di atas kasur dengan kaki menggantung ke bawah.

Sebenarnya Bian masih bisa sadar. Ia hanya tipsy, tapi segala perasaan sakit yang sempat lewat di hatinya berhasil membuat ia memilih terjun ke alam tidak sadar.

“Bian, berhenti minum alkohol.” Tegur Anya.

“Hm..”

“Kamu manisss kalo manggil aku Bian.” Bian malah terkekeh di tengah ketidak sadarannya.

“Aku serius.” Anya berkata dengan ekspresi datar.

Bian berusaha bangkit dari tidurnya. Ia kini benar benar membuka mata dan berusaha menyadarkan diri.

“Sini, tidur sebelah ku.” Bian menepuk kasur di sebelahnya.

“A-aku tidur di sofa aja.” Anya benar benar gugup sekarang.

“Terus ngapain kesini, kalo ujung ujungnya tidur di sofa situ?” tanya Bian dengan nada menggemaskan.

“eh-?” kini Anya tergugu.

Benar juga. Lampu kamarnya mati, dan dia pergi ke kamar Biank arena mendengar suara dari dalam kamarnya.

Anya merasa Bian belum tidur, jadi dia berniat meminta tolong pria itu untuk memasang lampu di kamarnya, sekarang juga.

Tapi kenapa dia jadi masuk dan berniat tidur di kaamar ini?

Bian berdiri, kakinya melangkah menghampiri Anya. Setelah sampai di depan Anya, Bian menggangkat tubuh Anya layaknya karung beras, membuat gadis itu memekik terkejut.

“BIAN!! APA APA ANN WOI!” Pekik Anya.

Ia memprotes kesal karena di gotong tidak manusiawi ya!

“Hust.. diem.” Bisik Bian dan merebahkan tubuh Anya di ranjang dengan lembut.

"A-aku telefom polisi ya!!" Ancam Anya dengan suara memekik.

"Haha, telfon aja."

"K-ok gak takut?!!! A-aku telfon Jamal ya!" Kini Anya mengganti ancamannya.

Bian mematung. Ekspresi tengilnya berubah menjadi datar.

"Kita lihat, kamu masih bisa deketin Jamal nggak setelah ini."

🦛🦛🦛

Bagaimana dengan chapter ini?

Ehm ehm.. Extra scenenya ada di karya karsa yaa! 17+ sih saranku😋

Judulnya CHAPTER 23 EXTRA SCENE -Bad Duda!

Caranya bacanya gimana? Buka ig sorotan aku di bagian karya karsa! Disana ada step by stepnya ❣️

Next chapter 5K ya!

rencana besok acara kewong, tapi kecepeten, jadi kayaknya di chapter 25/26 an lah ya!!

5K komen untuk next!

Jangan lupa spam komen next 1K!

Spam komen lanjut 1k!

Spam komen semangat 1K!

Spam komen Bian 1K!

Spam komen Anya 1K!

Spam komen Joi 1K!

Continue Reading

You'll Also Like

448K 48.9K 96
Sang CEO tampan mahabenar akhirnya mantu di usia yang masih thirty something, satu anggota keluarga baru akhirnya hadir. Tapi pekerjaan rumahnya belu...
21.6M 1.9M 91
[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara d...
1.5K 225 17
Di hari hujan ia menyaksikan kematian sang sahabat. Dan dihari hujan pula ia melihat raut wajah familiar yang tak pernah ia lupakan. Wajah yang terus...
9.6M 584K 67
"Yang gue suka itu adiknya, tapi kenapa yang nikahin gue malah abangnya?!" - Nacia Kanaya. *** Harusnya hidup Nacia bahagia. Menikah dengan laki-la...