POLAR WOLF

By Dae_Mahanta

99K 18.5K 925

⚠️Boys Love Mac, Seorang Manusia serigala dengan gelar Alpha yang keluar dari dunianya dan bertemu manusia, s... More

1 | Lost
2 | Meet You
3 | Susu Stroberi
4 | Mac Lapar
5 | Sakit, Mac!
6 | Polar Wolf
7 | Mac Orang Desa
8 | Pelihara aku, Ken!
9 | Gembel Bangsawan
10 | Ambigu
11 | Pulangkan Mac!
12 | Dekapan hangat
13 | Makanan Manis
14 | Dokter Lisa
15 | Ayo berpelukan di ranjang, Ken!
16 | Model?
17 | Ponsel Ken
18 | Moon Goddess
19 | Mac itu menyebalkan
20 | Mandi
21 | Mac Pergi
22 | Super Model
24 | Kiss?
25 | Jatuh Cinta
26 | Usap Kepalaku, Ken!
27 | Rut
28 | Maaf, Moon Goddess
29 | Antara Hidup dan Mati
30 | End
Epilog

23 | Terima Kasih, Mac

1.9K 462 26
By Dae_Mahanta

Vote!

.

.

.

Buagk!

Juan tersungkur.

"Apa yang kau lakukan padanya?!"

Juan bangkit, mengusap setitik darah di sudut bibir kanannya lalu tersenyum mengejek.

"Mac ..., haha ... BAJINGAN!!" Juan menerjang pria yang baru saja menghantamnya tadi. Duduk menindih perut Mac dan menghajar wajahnya bertubi-tubi.

"Bajingan!"

Buagk!

"Karena kau, Ken berhenti memujaku!"

Buagk!

"Karena kau, Ken berhenti mengemis cintaku!"

Buagk!

"Karena kau, Ken tak jadi milikku!"

Buagk!

Juan memang sengaja menarik ulur perasaan Ken selama ini, dia memang keterlaluan, sejujurnya Juan juga jatuh cinta dengan Ken, dia hanya merasa senang saja memperlakukan Ken begitu, bisa sehari mesra, besoknya dingin, bisa hilang tanpa kabar, lalu kembali datang dan terus mengganggu.

Juan ahlinya permainan perasaan, dan dia juga enggan berkorban, dia suka diberi hadiah dan juga memanfaatkan, intinya Juan benar-benar keterlaluan.

"Dan harusnya dia menyerahkan tubuhnya untukku, bukan untukmu, Bajingan!" Juan mengangkat kepelannya tangannya lebih tinggi agar mendaratkan pukulannya lebih keras lagi,

Krak!

"Ak!" pekik Juan.

Mac berhasil menahannya, dan memutar kepalan tangan Juan ke dalam hingga sendinya terkilir. Dia bangun dengan menggeram rendah, kilat mata pemangsanya menyala, begitu tajam dan mengintimidasi. Mendadak atmosfer di sekitar mereka berubah mencekam, rasanya marah Ken dianggap semurahan itu.

"Mac!" Ken berhambur memeluk Mac. Dia paham situasi, dia takut Mac akan membunuh Juan yang sedang mabuk itu dengan Mac merubah diri.

Terlihat jelas mata serigala itu menyala.

"Mac ... aku mohon!" Ken menakup kedua pipi Mac. "Lihat aku ..., lihat aku!" ratapnya memohon, tapi kilat matah mata Mac semakin menyala. Ken menoleh ke arah Juan dengan tetap menakup kedua pipi Mac. "Juan pergi!!" usirnya dengan hampir menangis takut, dia takut setengah mati, suhu tubuh Mac semakin terasa meningkat dalam pelukannya. "PERGI, JU!!"

Juan segera bangkit dan mundur perlahan. "Bajingan," geramnya sebelum pergi.

Dada Mac tampak kembang kempis, dia mengeratkan kepalan tanggannya hingga Ken menggengam tangan Mac dan dia jatuh berlutut kemudian merunduk. "Mac ..? Aku mohon," ucapnya mengiba semkain takut.

Mac masih terpaku di atas kakinya menyorot Juan yang semakin jauh.

"Mac ...," suara Ken serak dengan bahu mulai bergetar.

Mac sadar lalu menoleh dan merunduk kemudian dapati Ken berlutut di bawah kakinya. "Maafkan aku ... maafkan aku," Dia ikut berlutut.

Ken segera memeluk Mac lagi, kali ini lebih erat, dia itu takut setengah mati, dia baru saja hampir dipaksa Juan yang mabuk, kemudian dapati dua orang pria gagah berkelahi di depan matanya, ditambah lagi perubahan aura pemangsa Mac yang begitu menyeramkan dan tiba-tiba.

"Ayo kita pulang," Mac mengajak Ken berdiri.

Mereka berjalan bersama dengan Ken terus memeluk pinggang Mac dari samping. Tidak tahu, meski dia takut dengan Mac tapi di saat bersamaan dia merasa aman.

Dan sampailah mereka di apartemen Ken.

Mac mendudukan Ken ke sofa coklat. "Kenapa kau pergi selarut ini?"

"Apa kau mau membunuh Juan tadi?"

Mac berkedip-kedip kemudian mengerling. "Akan aku pikirkan lagi, lagi pula aku tidak akan memakannya, aku sudah kenyang, jadi mungkin aku tidak akan membunuhnya,"

"Jangan seperti itu lagi," Ken mengusap kelopak mata kanan Mac dengan ibu jari. "Aku takut,"

Mac mengangguk.

"Anjing baik," ucap Ken sedikit tersenyum. "Apa ini sakit?" Kali ini ibu jari Ken berpindah ke sudut bibir Mac yang pecah.

Mac jadi canggung sendiri Ken yang biasanya galak berubah selembut ini. Mendadak ada perasaan asing yang menggelitik hati.

"Tidak ... tidak apa-apa, aku ini Alpha, aku akan segera sembuh," Mac menurunkan tangan Ken dari wajahnya. "Tidurlah, aku harus segera kembali ke rumah dokter Lisa," Lalu ia bangkit dari duduknya.

"Kau akan baik-baik saja?" Ken khawatir, Mac sudah lebih dari dua malam tak tidur dekat dengan mutiaranya, dan hari ini Mac terluka, pasti Mac sangat membutuhkan miliknya.

"Aku baik-baik saja. Dokter Lisa punya obatnya, jadi kau tidak perlu memelukku lagi saat tidur," Mac tersenyum, terlihat senang tapi kenapa terasa menjengkelkan bagi Ken.

Kan mengangguk patah-patah. "Baiklah ...,"

Seperginya Mac, Ken kembali bergelung di ranjangnya, harusnya dia lega Mac baik-baik saja dan berhenti minta dipeluk saat tidur, tapi hatinya jadi gamang dan berlubang.

__________________________________________________________

Mac kembali pulang ke rumah dokter Lisa, masuk ke kamar sang dokter yang kini sedang berkutat dengan laptopnya.

"Dok," panggil Mac tepat di depan pintu yang baru saja ia buka.

"Yang mulia? Kau kenapa?" Dokter Lisa langsung beringsut turun dapati Mac dengan luka lebam dan sudut bibir pecah.

"Seseorang memukuliku tadi, kau bisa menyembuhkanku?" tanya Mac.

"Tunggu,"

Dan setelah itu seperti biasa Dokter Lisa akan memberikan ramuannya dan tak lupa membawa kompres untuk lebam sang putra mahkota.

Dokter Lisa mengompres tulang pipi Mac dengan hati-hati. "Harusnya ini akan cepat sembuh jika kau memiliki mutiaramu,"

"Apa ini akan lama? Besok aku ada pemotretan," Mac meletakan seloki bekas ramuan dokter Lisa.

"Mungkin butuh satu malam, yang harusnya dalam satu kedipan mata," Dokter Lisa menipiskan bibir menujukan simpati.

"Kalau begitu tidak apa-apa, aku hanya tidak mau merepotkan Ken saja,"

"Sepertinya kau jatuh cinta," kata Dokter Lisa.

"Cinta? Haha ... para Alpha hanya akan jatuh cinta pada Luna, mate-nya,"

Dokter Lisa hanya mengangkat bahu, seolah mengatakan takdir siapa yang tahu.

"Tidak, Dok ... aku tidak akan mencintainya,"

____________________________________________________________

Menarik selimut hingga ke lehar, Mac tidak akan dipeluknya lagi dan Mac benar-benar sudah pergi. Mungkin sebenarnya ini jadi hal bagus, dan seharusnya perasaan terbebani Ken sudah hilang, namun entah kenapa dia jadi merasa kesepian.

Ken beringsut duduk, menerungkupkan selimutnya hingga ke puncak kepala, kemudian memeluk diri. "Kenapa jadi seperti ini, kenapa dia benar pergi?" Rasanya khawatir. "Apa dia akan baik-baik saja?"

Bahkan dia lupa patah hatinya karena Juan, sungguh benar kata Lim, Ken hanya terobsesi, bukan cinta sejati.

___________________________________________________________

"Tidak, Dok ... aku tidak akan mencintainya," sekali lagi Mac meyakinkan dokter Lisa.

"Kalau begitu, saranku adalah ambil lagi saja mutiaramu, hidup dan mati Ken bukan urusanmu, Mac," Kali ini tangan dokter Lisa pindah ke ujung bibir Mac yang pecah.

"Biarkan saja, toh aku juga akan jadi manusia, 'kan?" Mac menatap tepat ke manik sewarna madu milik dokter Lisa.

"Ramuanku juga takan sempurna tanpa bantuan mutiaramu,"

Mac terkesiap. "Maksudnya?" Dengan memegang erat punggung tangan dokter Lisa.

"Aku butuh sarinya untuk penyempurnaan," Dokter Lisa juga balas menatap tepat ke manik kelabu Mac, dan detik berikutnya dia beranjak membawa baskom dan handuk bekas kompresnya.

Mac berkedip-kedip. Artinya, jika dia benar ingin menjadi manusia mutiaranya harus kembali dan Ken mati.

"Dan jika kau menghentikan ritual yang sudah terlanjur berjalan ini, kau mungkin takan sanggup menahan efek rasa sakitnya, dan bisa jadi itu justru akan melayangkan nyawamu, Yang Mulia," Lanjut dokter Lisa tanpa menoleh.

Selesai meletakan kembali bekas kompes Mac, Dokter Lisa masuk ke ruang pribadinya, mengambil pistol perak antik yang ia simpan rapi di salah satu laci lemari.

Membukanya untuk mengisi peluru. "Harusnya aku tak perlu menunggu lama untuk mengisimu dengan peluru," Dia berkedip, menatap kagum koleksinya yang ia simpan sejak lama. "Mutiaramu itu harus jadi milikku, Yang Mulia," Mata merah iblisnya menyala, disertai smirk di wajah ayunya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

_________________________

Ken tampak melamun di meja kerjanya, hari ini dia berangkat pagi sekali bahkan dia lupa untuk sarapan.

"Pagi, Ken?" sapa Lim yang baru saja datang dan meletakan tasnya di atas meja.

"Pagi," jawab Ken tak minat.

"Selamat pagi, Lim, Ken," sapa Riris yang lewat di depan meja mereka. "Kalian sudah sarapan?" tanyanya masih dengan nada semangat pagi. "Aku bawakan roti sandwich utuk kita makan bersama,"

"Wah," Lim bertepuk tangan ringan saat Riris mengeluarkan kotak makanannya dari dalam carry bag yang ia bawa ke atas meja.

Sedang Ken malah terdengar menghela napas, membuat kedua temannya reflek menoleh.

"Tumben sekali Bayi kita tak bersemangat untuk makanan? Kenapa, Ken?" tanya Riris.

"Aku tidak tahu, tapi perasaanku tidak baik-baik saja sepertinya," jawab Ken masih lesu.

"Apa karena Juan ijin sakit hari ini?" Kali ini tanya Lim.

"Tangannya terkilir, Mac yang melakukannya," ucap Ken dengan pandangan masih menerawang dan bibir merah cerinya mencebik sendu.

"Ugh?" Kaget kedua temannya berbarengan dengan mulut penuh.

"Mereka berkelahi semalam, Mac juga babak belur, dia tidak lagi tidur dengan aku peluk, aku khawatir ... aku—"

Lim dan Riris saling melempar pandang kemudian kembali menatap Ken lagi.

"Aku—, HEI! Kenapa kalian menatapku seperti itu?" sentak Ken saat menyadari tatapan mereka yang terlihat aneh dengan senyum-senyum tak jelas.

"Aish! Kalian tidak membantu," Ken lebih baik beranjak dari tempat duduknya dan pergi. Lebih baik sarapan yang kenyang saja di kantin kantor, nasi uduk atau nasi goreng misalnya, tambah telor dan krupuk yang banyak kalau bisa.

Dan detik di mana dia menginjakkan kaki ke luar lobi, dia dapati Mac yang baru saja turun dari mobil mewah dokter Lisa.

Yah ... gedung pemotretan memang terletak di depan gedung kantornya dan masih satu pelataran.

Tidak tahu, seperginya dokter Lisa, Ken segera mengejar Mac yang hendak masuk ke gendung pemotretan, ingin memastikan pria serigala itu sudah baik-baik saja atau belum.

"Mac!" panggil Ken.

Mac berbalik. "Oh, Ken," sapanya dengan senyum cerah seolah tak terjadi apa pun padanya semalam.

"Kau baik-baik saja?" Ken khawatir.

"Seperti yang kau lihat," Mac merentangkan tangan menunjukan betapa baiknya dia.

"Hari ini kau ada pemotretan?"

"Iya," jawab Mac.

"Emm ... sebentar, tunggu di sini!" Ken berlari lagi masuk ke dalam kantornya.

Mac hanya berkedip-kedip menatap punggung itu semakin jauh darinya.

Hingga tak butuh waktu lama Ken kembali, membawa sebuah kotak jam yang tak asing dari penglihatan Mac.

"Untukmu saja," ucap Ken dengan napas terengah.

"Ugh? Bukankah ini katamu untuk Juan?" tanya Mac seraya menerima kotak jam dari Ken.

"Awalnya, tapi kurasa ini lebih baik untukmu saja, anggap saja ucapan terima kasih untuk—"

"Menolongmu semalam?" potong Mac dengan mata berbinar.

"Untuk sudah pergi dari apartemenku!" lanjut Ken ketus.

Mac merengut. "Menyebalkan sekali,"

"Jadilah anjing baik untuk dokter Lisa-mu itu!"

Mac mengangguk. "Tapi ini terima kasih, yah?"

"Ya, sudah! Masuk sana! Bekerjalah dengan baik, kau banyak hutang padaku." usir Ken.

"Kau masih sama saja perhitungannya, dasar pelit!" cibir Mac.

TBC ....

An : tolong share okey! Buku ini terlalu tenggelam

Continue Reading

You'll Also Like

843K 70.2K 50
Jordan Dandelion seorang Alpha yang memimpin Lightmoon Pack. Ribuan tahun lamanya sendiri tanpa kehadiran Mate. Sampai suatu saat, dirinya mulai ingi...
11.1K 1.4K 10
((Ini bukan deskripsi cerita. Aku lagi bosan sama cerita omegaverse yang gitu gitu saja. Remake deskripsi : Cerita ini bikin mikir, kalau yang cuma...
18.3K 889 12
Book kedua setelah 3 tahun kemudian "Kamu udah balik lagi sama aku jadi jangan harap kamu akan lepas untuk keduanya kalinya guya ku" Suara deep ters...
3.8K 253 4
Apa jadinya ketika Gulaskara sang pembully menjadi trainee di agency korban bully nya 3 tahun silam? Dan tertipu oleh kontrak yang membuat dirinya te...