Oh, KKN!

By doonadae

70.8K 8.8K 739

KKN, Kuliah Kerja Nyantai? Kuliah Kerja Nangis? Kuliah Kerja Ngebaper? Semuanya salah, karna sejatinya KKN ya... More

Kenalan dulu bos!
O1. Kelompok 15
O2. Pemilihan Ketua
O3. Waktunya Observasi
O4. Hari Keberangkatan
O5. Hari Pertama
O6. Bareng Mantan
O7. Kunjungan
O8. Hantu Jatuh Cinta
O9. Langit, Senja dan Kenangan
10. Es Krim dan Hoodie
11. Rahasia
12. Bye Bye Fever
13. Ngerinya Cewek PMS
15. Maskeran Bersama
16. Festival part 1
17. Festival part 2
18. Sedikit Cerita Masa Lalu
19. Hal Kecil Sederhana
20. Lebih Dekat
21. Soal Mantu Idaman
22. Barisan Para Mantan
23. Problematika Remaja
24. Gugur Sebelum Berjuang
25. Mencurigakan
26. Awal Mula
27. Kebun Pak Chanyeol
28. Bimbang
29. Galau
30. Memaafkan
31. Kalau Suka, Bilang!
32. Girls Time
33. Pantang Menyerah
34. Selamat Tinggal
35. Selamat Tinggal, Banowati
36. Ryujin and her protector
37. Setia itu Asik

14. Jadi Badut

1.4K 218 25
By doonadae

Jam pada lockscreen ponsel Yeji menunjukkan pukul setengah tiga, dia terbangun karna perutnya keroncongan. Mata sipitnya mengerjap beberapa kali mencoba untuk mengumpulkan kesadaran yang belum sepenuhnya. Yeji menoleh ke kanan, mendapati Ryujin dan Yunjin tertidur nyenyak sampai-sampai tidak merasakan kaki Beomgyu menimpah wajah mereka. Sementara di sisi kirinya kosong karna Isa yang juga belum kembali ke posko.

Yeji merenggangkan kedua tangannya ke atas melemaskan seluruh otot-otot tubuh, dia merasakan perih di sisi ujung bibir karna kejadian kemarin sore. Untung dia dengan Ryujin bisa melumpuhkan cowok-cowok kurang ajar itu dan juga mereka tidak membawa senjata apapun jadi lebih mudah untuk melawan.

Pak Junho juga langsung membawa gerombolan itu ke kantor polisi setempat dan menambah personil keamanan desa untuk berjaga di posko.

Ketika dia berdiri, Yeji dapat melihat ekspresi tidur teman-temannya yang beragam ini. Giselle mendengur pelan dengan selimut hampir menutupi seluruh badannya, Karina yang tidurnya nggak bisa mingkem–mulutnya terbuka kecil. Ryujin dan Yunjin yang mengorok bersahutan serta para lelaki dengan ciri khasnya sendiri. Hendery tidur dengan headphone, ponselnya juga masih menyala. Sunghoon, Jeno yang tidak lagi berada di kasur lipatnya. Haechan yang kakinya berada di atas perut Beomgyu dan yang terakhir Yeonjun yang tidur paling pojok menghadap tembok.

Melihatnya membuat Yeji terkekeh, ternyata ada yang lebih buruk daripada tingkah polanya ketika tidur.

Yeji membuka tas ransel miliknya mengambil satu bungkus mie dan melangkah ke meja tempat kompor berada dengan menjijitkan kakinya tidak ingin membangunan teman-temannya.

Menyalakan kompor dan mengambil piring untuk menuangkan bumbu mie instannya, Yeji dikejutkan dengan suara serak seseorang memanggilnya.

"Yeji?"

Gadis itu langsung menoleh mendapati Yeonjun yang terduduk di atas kasur lipat sambil mengucek-ucek mata. Pemuda itu memanggil lagi memastikan bahwa memang yang dilihatnya adalah Yeji bukan jelmaan hantu.

"Yeji kan?" Panggil Yeonjun sekali lagi. Dia mencari-cari sakral lampu kemudian menyalakan. "Kamu ngapain?"

Yeji mengerjap sebelum akhirnya menyuruh Yeonjun untuk mematikan lampu karna takut menganggu yang lain.

"Matiin lampunya, kasihan anak-anak." Yeji memutar badan kini menghadap sepenuhnya ke arah kompor, mengaduk-aduk mie. Sementara Yeonjun manut dan mematikan lampu seshai dengan perintah Yeji.

Pemuda ini melipat asal-asalan selimut yang dia gunakan, menimbang-nimbang untuk menghampiri Yeji sambil melihat punggung pacarnya itu.

"Kamu mau mie nggak?" Tawar Yeji tanpa menoleh yang langsung membuat Yeonjun tersenyum kemudian mengangguk dan berjalan ke arahnya.

Yeonjun langsung mendudukan dirinya di sebelah Yeji menatap gadisnya yang sibuk membuang air rebusan ke sebuah wadah plastik di bawah meja.

"Mau mie apa kak?"

"Udah nggak marah?"

"Aku tanyanya mau mie apa?"

Yeonjun mengigit bibir bawahnya. "Nggak, aku nggak mau mie tadi udah kenyang makan sate."

"Oh," jawab Yeji singkat. Setelah menuangkan bawang goreng dan mencampur mie beserta bumbunya. Yeji berjalan melewati Yeonjun untuk kembali duduk di kasur lipatnya.

Yeonjun hanya melihat saja karna memang dia tau kalau dirinya salah.

"Jangan disitu dingin," ujar Yeji. Gadis ini juga membuka kasur lipat Isa, menepuk-nepuk menyuruh Yeonjun untuk pindah duduk di sebelahnya, "sini."

Yeonjun merangkak duduk di sebelah Yeji bersender pada tembok.

Mereka berdua masih diam dengan pikiran masing-masing. Yeonjun masih terus menatap Yeji dalam diamnya, pandangan pemuda itu tertuju kepada plester di ujung bibir Yeji yang menurut perkataan Ryujin luka itu di dapat akibat duel dengan cowok preman ciut nyali itu.

"Kamu kenapa ngelihatin aku terus? Di muka ku ada bekas iler atau gimana?" Tanya Yeji menoleh. Dia sebenarnya merasa salah tingkah sejak Yeonjun pindah duduk di sebelahnya, mana cowok itu dari tadi ngelihatin Yeji sampai segitunya.

"Enggak, Ji." Potong Yeonjun. Dia menjeda sebentar kemudian menunjuk ke arah luka Yeji dengan gerakan kaku. "Itu...masih sakit nggak?" Tuntasnya.

Jujur sejak bertengkar kemarin dengan Yeji, fokus pemuda ini jadi ambyar kemana-mana. Dia mengaku memang kalau dia salah, sudah tau dipasrahi untuk menjaga posko tapi Yeonjun malah enak-enakan ngopi bareng cewek-cewek tentu saja Yeji akan marah.

"Agak perih sih tapi gapapa tadi udah diobatin sama Giselle," jawab Yeji.

"Yeji, maaf." Yeonjun dengan tulus meminta maaf kepada gadis di sebelah ini. "Maaf udah bikin kamu marah karna kemarin ngelihat aku sama cewek-cewek di warung Bu Eunha, maaf juga karna enggak bisa jagain kamu sampai digodain sama jamet-jamet itu. Maafin aku Ji."

Yeji diam, berusaha untuk tidak menumpahkan air matanya. Cenggeng banget kan? Emang, Yeji tuh cover aja cewek tangguh aslinya mah dia cenggeng apalagi pas PMS begini, mood-nya bakalan berubah-ubah.

"Aku gatau mau ngomong apa lagi selain minta maaf ke kamu," ucap Yeonjun bersungguh-sungguh. Dia benar-benar sudah kapok dan menyesal untuk bermain-main lagi, di cuekin Yeji rasanya nggak enak banget, lebih nggak enak dari bau kentutnya Hendery.

Tangis Yeji akhirnya tumpah. Cewek ini memukul pelan paha Yeonjun menumpahkan kekesalannya. "Kenapa baru minta maaf sekarang coba? Kalau dari awal tau aku marah kamu minta maaf kan aku nggak bakal diemin kamu," ujar Yeji sambil terisak.

Yeonjun sih mau, mau aja langsung minta maaf tapi kan Yeji kalau udah mode ngamuk lebih nyeremin daripada singa, nyali Yeonjun langsung ciut dong.

"Iya sayang. Maafin aku ya, sini peluk gak usah nangis." Yeonjun menarik tubuh Yeji ke pelukannya yang juga langsung dibalas pelukan erat oleh Yeji. Gadis itu masih terisak dengan suara pelan sambil mengomel kecil yang hanya ditanggapi anggukan oleh Yeonjun.

Setelah sesi berbaikan dan pelukan teletubis tersebut, Yeji masih menyempatkan diri untuk menghabiskan mie buatannya meskipun dengan ingus yang beler.

"Pelan-pelan aja makannya," ucap Yeonjun mengelus puncak kepala Yeji dengan lembut.

Yeji tersenyum, mengangguk manut.

"Nah gitu dong senyum kan enak dilihatnya nggak cemberut mulu."

"Ya cemberutnya juga gara-gara kamu."

"Iya sayang maaf. Besok-besok aku bikin kamu senyum terus."

"Gombal banget," sahut Yeji. "Kalau besok-besok kamu bikin aku marah sama nangis lagi gimana?"

Yeonjun menggelengkan kepala, kembali memeluk Yeji dengan erat sambil menenggelamkan kepalanya di leher jenjang Yeji.

"Nggak akan lagi, pegang janji aku," ucap Yeonjun sambil menghirup aroma manis dari tubuh pacarnya ini.

Aroma manis yang membuat Yeonjun gila dibuatnya.

"Aku percaya," kata Yeji. Gadis ini tertawa geli ketika merasa Yeonjun menempelkan bibir, mengecup lehernya. "Kak Yeonjun geli kak."

Tapi yang namanya cowok, kalau cuma kata-kata nggak pake aksi ya masih aja terus kan. Akhirnya Yeji menjambak rambut Yeonjun membuat Yeonjun merintih kesakitan dan meminta ampun.

"Iya..iya..ampun Ji," rintih Yeonjun yang kemudian tersenyum-senyum. "Kamu sih gemesin, aku kan jadi peng–"

"KAK!"

INGAT DOSA WAHAI ANAK MUDA!!!

🏠🏠🏠

Sore ini Giselle dan Jeno sedang membahas tentang rapat mereka besok dengan karang taruna desa. Ditemani dengan iringan gitar dan nyanyian sumbang dari Beomgyu dan BFF-nya Ryujin mereka berempat duduk santai di halaman depan.

"Ganti lagu dong jangan cuma nyanyi balonku ada lima doang," protes Giselle karna memang Ryujin sejak tadi hanya bernyanyi lagu yang sama.

Mana gitar Beomgyu juga nadanya kadang bener kadang mencar kemana-mana karna Ryujin emang suka banget gonta-ganti nada.

Jangan tanya yang lain pada kemana karna mereka lagi asik nobar film bajakan (jangan ditiru) hasil download Yunjin di rumahnya Pak Chanyeol satu-satunya warga desa yang punya WIFI, itu pun Yunjin dikasih tau passwordnya karna bohong bilang kalau paket data punyanya habis, padahal mah dia yang punya paling banyak paket data di antara anak-anak yang lain

"Lagu religi lo mau?" Tanya Ryujin kepada Giselle. "Hitung-hitung juga buat latihan lo sebelum masuk Islam."

"Ryujin mulut lo ya," sahut Jeno.

Ryujin terkekeh. Gadis ini berpikir sejenak hendak menyanyikan lagu apa karna memang dia tidak banyak tau soal lagu-lagu terkini kecuali lagu viral di tiktok.

"Lagu wirawan aja deh meskipun dari Korea gue akan berusaha menyanyikannya," ucap Ryujin.

Beomgyu mengernyitkan dahi. "Wirawan dari Korea? Ngelindur apa gimana lo?"

"Ada itu lagu barunya SNSD," jawab Ryujin.

"Forever one bukan wirawan!" Gertak Giselle. "Wirawan mah bapak lo kali, ada-ada aja."

Ryujin terkekeh. Sedetik kemudian cewek ini mulai menyanyikan lagu 'wirawan' dengan lirik yang salah semua.

Jeno yang sudah capek batin, raga dan pendengarnya menyuruh Ryujin untuk berhenti bernyanyi, cowok ini mengeluarkan hp dari kantong celananya memilih-milih playlist. Lagu pertama yang Jeno pilih adalah lagu dari band Australia 5SOS - She looks so perfect tapi langsung diprotes sama Ryujin karna dia nggak tau lagunya.

"Kaga bisa bahasa Inggris gue mah. Ganti Jen, ganti!" Protes Ryujin.

"Jangan. Lagu ini aja udah jauh lebih baik daripada suara sumbang lo," sahut Beomgyu.

Dua orang itu pun berakhir dengan adu mulut yang tidak bisa dipisah sekalipun oleh Jeno atau Giselle.

"Ini lo suka 5SOS atau emang lagi pengen muter lagu ini?" Tanya Giselle kepada Jeno.

"Emang suka. Kenapa? Lo juga suka?"

Giselle mengangguk dengan cepat. "Gue suka banget semenjak mereka ngeluarin lagu Amnesia, kalau lo sejak kapan?"

"Sama sih pas waktu itu gue denger lagunya diputer di radio, kecantol deh sampe sekarang seneng lagu-lagu mereka," jawab Jeno.

Giselle tersenyum. Dia ngerasa seneng ternyata ada cowok yang selera musiknya sama kayak dia, meskipun Hendery juga sih tapi musiknya Hendery lebih ke musik Jepang yang nggak banyak Giselle tau.

"Youngblood sih gila! Gue suka banget musik videonya jaman yakuza gitu, keren. Gue jadi pengen kalau prewed nanti pake konsep kayak begitu," jelas Giselle.

"Yakuza? Lo mau pake tato gitu Sel?"

"Kurang lebihnya gitu. Kenapa? Aneh ya?"

Jeno menggelengkan kepala.

Percakapan mereka berlanjut semakin seru. Dari yang membicarakan tentang Yakuza, band-band rock pop, sampai ke hobi yang ternyata sama yaitu sport. Iya, Giselle itu suka banget olahraga dari basket, volly, tennis dan masih banyak lainnya begitu pun Jeno yang juga suka banget sama basket dan sepak bola. Cita-citanya dulu kan kalau nggak jadi pemain sepak bola ya pemain basket.

"Kalau lo emang suka basket kenapa nggak ngajak yang lain main? Di lapangan ada ring basket loh," ucap Jeno setelah mendengarkan cerita panjang Giselle tentang kecintaanya pada olahraga basket itu.

Giselle menggelengkan kepala. "Iya kalau anak-anak mau, kalau nggak? Gue juga udah lama nggak main basket mungkin udah lupa teknik-tekniknya juga."

"Gue mau kalau lo ajak. Ayok kapan? Kita adu satu lawan satu."

"Beneran lo mau?! Habis festival gimana, biar waktunya agak longgar gitu besok kan kita udah mulai bantu warga buat bersih-bersih desa."

"Oke. Pake taruhan nggak?"

"Taruhan?"

"Biar seru."

Giselle tersenyum miring. Rupanya Jeno ini punya jiwa kompetitif yang tinggi, "boleh," jawab Giselle. "Tapi yang standart aja jangan aneh-aneh," lanjutnya.

Jeno pun mengangguk. Dia benar-benar akan menunjukkan kemampuannya dan meminta Giselle untuk membelikan makanan jika dirinya menang taruhan.

Sementara itu, Karina yang daritadi mendengar percakapan Giselle dan Jeno dibalik tembok hanya bisa tersenyum getir. Memangnya dia siapa sih sampai berpikiran ingin membuat Jeno jatuh hati padanya, dibaikin dikit aja Karina udah baper padahal aslinya mah Jeno emang  anaknya friendly.

Harusnya Karina sadar dong, dari awal KKN kan emang Jeno selalu terlihat dekat dengan Giselle sementara dengan dirinya hanya baru-baru ini saja itu pun karna mereka mengajar di sekolah yang sama.

Hahaha, lucunya dibadutin sama ekspektasi sendiri.

🏠🏠🏠



Jadi sudah menentukan mau ikut naik kapal  yang mana?

Btw...btw... sedikit hint siapakah cowok Giselle ada pada foto dibawah sini 👇🏻

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

cr by base bxg twitter.

Mari membadut bersama teman-teman 🤡🤡🤡

Continue Reading

You'll Also Like

797K 58.5K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
47.4K 6.5K 30
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
411K 30.5K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
76.3K 8.3K 86
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...