Bad Duda [END]

By AloisiaTherin

6M 643K 167K

"Kamu kenapa belum nidurin saya?!" "Maksud bapak apa ya?!" "Ma-maf, maksudnya nidurin anak saya." **** Anya... More

BAD DUDA
PROLOG
s a t u
d u a
t i g a
e m p a t
l i m a
e n a m
t u j u h
d e l a p a n
s e m b i l a n
s e p u l u h
s e b e l a s
d u a b e l a s
t i g a b e l a s d u a
e m p a t b e l a s
l i m a b e l a s
t u j u h b e l a s
d e l a p a n b e l a s
s e m b i l a n b e l a s
d u a p u l u h
d u a p u l u h s a t u
d u a p u l u h d u a
d u a p u l u h t i g a
d u a p u l u h e m p a t
d u a p u l u h l i m a
d u a p u l u h e n a m
d u a p u l u h t u j u h
D u a p u l u h d e l a p a n
D u a p u l u h s e m b i l a n
T i g a p u l u h
T i g a p u l u h s a t u
T i g a p u l u h d u a
T i g a p u l u h t i g a
Chapter 33 Extra Scene
T i g a p u l u h e m p a t
T i g a p u l u h l i m a
T i g a p u l u h e n a m
Extra Scene - Honeymoon day 2
T i g a p u l u h t u j u
T i g a p u l u h d e l a p a n
T i g a p u l u h s e m b i l a n
E m p a t p u l u h
E m p a t p u l u h s a t u
E m p a t p u l u h d u a
E m p a t p u l u h t i g a (END)

e n a m b e l a s

119K 14.9K 2.6K
By AloisiaTherin

Hi Cici is here!

Maaf telat sehari, soalnya kemarin badannya agak gak enak :(

part terpanjang selama mengetik Bad Dua! Jangan lupa komen tiap part!

🦛🦛🦛

Pagi pagi sekali Joilin sudah bangun, menata tempat tidur, mandi bersama king bob, menjemur king bob, dan sekarang ia sudah duduk dengan baik serta manis di kursi makannya sendiri.

"Celamat ciang Nyanya." 

Joilin nyengir kuda, pada Anya yang baru saja bangun tidur. Bahkan bekas iler masih menempel di sudut bibir Anya.

Anya mengucek mata, melihat Joilin bahkan sudah terlihat cantik pagi ini.

Dia ini jadi pembantu gak tau diri banget ya?

"Mama Nyanya mau macak apa?" 

Kalo yang satu ini berhasil bikin mata Anya yang sebelumnya ngantuk jadi kembali melek. 

Oiya, ingatkan Anya jika kemarin ia menemukan Joilin yang memeluknya sembari menangis dan memanggil dia Mama.

Sumpah demi apapun! Masak saja Anya masih tidak bisa. Gimana mau jadi Mama?! Tolong siapapun, kalau mau gantiin posisi Anya boleh dong.

"Selamat pagi calon istriku, anakku."

Ini lagi! Suara serak serak rendah ini malah bikin Anya pingin lenyap dari bumi sekalian!

Bian yang memakai kaos tipis putih dan celana pendek se paha itu menghampiri Joilin lalu mengecup puncak kepala Joilin lembut.

"Celamat ciang Papabi." 

"Masih jam sembilan, masih pagi." Jawab Bian.

"Tapi matahalinya sudah muncul." Joilin menunjuk ke arah terik matahari.

Bian hanya tersenyum melndengar jawaban putri kecilnya, "iya, terserah kamu aja."

Setelah menghampiri anaknya, Bian ganti menghampiri calon istri yang masih belum mau menerimanya.

"Pagi, Mamanya Joilin." Bian menyender ke pinggiran meja makan, sembari menatap Anya yang sudah memutar bola matanya malas.

"Apaan sih, sana!" Ujar Anya dengan ketus.

Gapapa Bian, gapapa. Santai. Ini pertama kalinya dia di tolak dengan keras. Santai saja.

"Okey! Hari ini, Papabi yang masak! Kalian berdua, duduk aja di meja makan." Kata Bian dengan semangat.

"Oiya calon istri, kamu mandi dulu ya, Mami katanya bentar lagi kesini. Katanya gak sabar ketemu calon mantunya."

Dan ucapan Bian yang satu ini membuat Anya tersedak ludahnya sendiri.

Sialan! Dia kira ia sudah berhasil lolos karena kemarin malam kedua orang tua Bian tidak jadi datang!

***

"Papi, Mami.." Bian menyambut kedua orang tuanya yang baru saja turun dari mobil. Bian memeluk mereka dengan begitu erat, melepas rindu.

Joilin bersembunyi di balik pintu rumah, sedangkan Anya sudah cantik dengan balutan gaun putih bermotif bunga biru.

"Kamu sehat kan? Mami gak mau kamu mikirin mantan istri kamu itu." Ujar Mami Dian.

"Mi, i still love her." Balas Bian dengan tegas.

"Dia mama Joilin, dan wanita yang aku cintai." Lanjutnya, sembari menatap mata Mami.

"Terserah kamu Bian. Mami capek ngomong sama kamu. Kamu itu sebenarnya laki laki paling menyedihkan,"

"Menyedihkan? Bian aja punya banyak cewek-"

"AW! MI!" Bian mengelus perutnya yang di cubit oleh Mami dengan kuat.

"Dasar sadboy berkedok badboy!" ledek Mami, membuat Bian terkekeh.

"Bian masih hidup, tandanya Bian baik baik saja." Lanjutnya.

Joilin yang sedang memeluk boneka king bob di balik pintu pun menunduk. Ia lantas berbalik dan memilih menunggu di kursi ruang tamu. Kepalanya sempat menoleh, menatap punggung Anya, tapi kemudian dia memilih diam.

"Oh, ini calon mantu Mami ya?"  Tanya Mami dengan sumringah.

"Ha-halo tante," Sapa Anya gugup.

"Pi! Sini dong! Malah sibuk sama telfon mulu!" Panggil Mami sembari mengomeli.

"Halo," Pria yang masih nampak gagah, dengan rambut putih yang muncul di beberapa helai rambutnya itu menyapa Anya dengan penuh wibawa.

"Ini Papinya Bian." Mami mengelus punggung Anya, setelah memeluk perempuan itu.

"Saya Fian." Papi Fian mengulurkan tangannya, yang langsung di jabat oleh Anya. 

"Anya." Anya memperkenalkan diri dengan senyum mengembang.

"Gimana? Cantik kan calon Bian?" Goda Bian.

Papi Fian menatap Anya dengan pandangan lekat, seolah mengamati, membuat Bian berdecak.

"Mi, suaminya tolong disuruh berhenti mandangin calon istri Bian dong." Tutur Bian dengan nada setengah kesal.

"Papi! Apa mami masih kurang cantik?!" Wanita paruh baya itu mencolek paha suaminya, membuat sang suami tersenyum lembut.

Fian memberikan senyum hangatnya. "Mami yang paling cantik." 

Bian yang melihat ke romantisan kedua orang tuanya hanya menghembuskan nafas kesal.

"Udah ayo masuk. Tadi Bian masak, Mi." Bian menuntun langkah, disusul Anya yang berjalan di belakangnya, baru kemudian kedua pasang suami istri itu.

Joilin yang kebetulan duduk manis di ruang tamu tersenyum lebar, melihat Oma dan Opa sudah datang dan berjalan masuk ke dalam.

"Celamat datang!" Sapanya dengan ceria, sembari memeluk king bob dengan erat di dadanya.

Senyum lebar tercetak jelas di wajah manisnya, matanya bahkan sampai menyipit.

"Oma!! Opa!!" Pekik Joilin dengan riang.

Dian dan Fian seketika menoleh ke arah Joilin yang nyengir dan menyambutnya di dekat sofa ruang tamu.

"Halo anak kecil," Mami mendekat ke arah Joilin. Ia menepuk dua kali kepala Joilin dengan lembut.

"Jangan nakal ya. Kasihan anak Oma nanti capek.

"Mi!" Nada suara Bian terdengar lebih tinggi, membuat Anya terheran heran.

Dengan langkah besarnya Bian menghampiri Joilin yang hanya hanya mengangguk dengan senyuman lebar, masih terpatri di wajahnya.

Bian berjongkok, menatap anaknya. Ia menangkup kedua pipi Joilin, agar mau menatapnya, memastikan dia tidak paham dengan maksud dari Maminya yang selalu berkata judes pada Joilin.

"Anak Papabi jangan pinter pinter, nanti Papabi susah jawab pertanyaan kamu." cetus Bian dengan mata mengernyit, seolah sedang kesal.

Joilin mengangguk, mengerti. 

"Kata papabi, Joilin jadi ninion aja! Bial gak paham cama kata kata olang dewaca!" Kata Joilin yang di akhiri dengan senyum yang menampilkan gigi gigi kecilnya.

"Pinter!" Bian mengacak poni Joilin, kemudian menggendong Joilin.

Mami yang melihat itu hanya menampilkan ekspresi sinis. Ia lantas menoleh ke arah Anya.

"Ayo calon mantu, temenin mami ke dalam."

Anya hanya mengangguk dan tersenyum sekenanya saja. Ia masih tidak paham apa apa disini. 

***

Ruang makan yang biasanya hangat dan terkadang penuh dengan rasa kesal akibat celotehan Joilin berubah jadi tenang, sunyi dan tegang.

Joilin duduk di kursi makan dengan makanannya, dan Bian selalu berada di sisi Joilin, bahkan pria itu berulang kali menolehkan kepala ke arah Joilin.

"Makan pakai sendok. Kamu nggak di ajari makan pakai sendok?" suara Mami memecah keheningan yang tercipta.

Joilin tau, ia yang sedang di ajak bicara, karena hanya dia yang makan menggunakan tangan.

Joilin masih tiga tahun oma, Joilin masih belepotan kalau makan. Joilin masih mau di suapi Oma. Joilin belum pandai makan menggunakan sendok, oma.

Tapi Joilin tidak mengerti bagaimana cara untuk mengatakan hal itu. Bagaimana cara mengungkapkannya, bagaimana cara menjelaskannya.

Joilin hanya menatap Anya dan Bian yang juga menatapnya secara bersamaan.

"Joilin masih kecil untuk mengerti apa yang mami ucapkan." Jawab Bian dengan datar sembari melanjutkan makan.

"Joilin, lanjutkan makan mu. Habiskan." Perintah Bian, yang di angguki kecil oleh Joilin.

Anya yang melihat itu secara refleks berdiri. Ia memutari meja makan, membuat semua kepala menoleh ke arah Anya.

"Nyanya suapi ya?" Pinta Anya, kemudian duduk di kursi yang berada tepat di sebelah Joilin.

Jika dalam keadaan sehari hari, Joilin akan menolak mentah mentah permintaan Anya, karena Joilin tidak suka. Ia akan berkata "Tangan Nyanya bauk! belom cabunan habis cebok!" dan kemudian mereka akan saling berdebat dan berakhir Anya terpaksa mengalah.

Tapi kali ini, Joilin mengangguk cepat sembari tersenyum begitu lebar. 

Sisa sisa nasi yang ada di pinggir bibir Joilin membuat tangan Anya bergerak membersihkan sisa sisa nasi itu.

Bian yang melihat adegan itu merasakan hatinya menjadi hangat. Jatuh cinta memanglah hal paling sulit yang Bian rasakan. Bahkan jika boleh jujur, setengah dari hatinya masih diisi oleh Mama Joilin, mantan istrinya- Naresa, Nana kesayangannya.

Tapi melihat ini, mungkin Bian ingin berkata, Anya berhasil unggul dari pada Nana. Hatinya benar benar hangat, melihat pemandangan di depannya.

Joilin bahkan makan dengan lahap dan senyumnya terus terpancar. 

Bian akan selalu menjadi perisai, pelindung, untuk Joilin, anaknya. Sampai kapan pun itu, Bian akan menjadi tameng agar Joilin tidak terluka. 

"Anya. Papi hanya dapat informasi dari Bian, jika kamu adalah calon istrinya. Tapi sekarang Papi akan bertanya, dari lubuk hatimu, atas kesadaran mu." Suara tegas itu mampu membuat jantung Anya berdebar gila.

Fian yang mulanya fokus dengan makanan kini ganti menatap Anya dengan serius.

"Apa kamu bersedia menjadi istri Bian?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir Fian.

Anya menelan salivanya dengan berat. Ia menatap Bian yang seolah menopang sebuah harapan besar untuknya.

"Kalau Nyanya mau jadi mamah Joiyin. Namti Joiyin mau pinjemin king bob ke Nyanya. Mau ya, Nyanya?" Tanya Joilin dengan mata berbinar, seolah memohon.

Bian tersenyum simpul, mendengar permintaan anaknya.

Bian sudah tidak peduli lebih jauh lagi, misalkan Anya menolak perminataan ini. Ia sadar, banyak wanita di luar sana yang berat menerima Joilin untuk menjadi anaknya. Dan Bian memang tidak butuh wanita yang nantinya malah membuatnya jauh dari Joilin.

Bisa dikatakan, Bian tidak butuh apapun, kecuali Joilin.

"Iya, saya bersedia om."

Shit! Bian tersedak minuman yang saat ini sedang ia minum. 

🦛🦛🦛

Bagaimana dengan chapter ini?

Joilin itu nggak jahat! tapi org lain yang jahat. Dia cuman anak kecil

Spam komen 3,7K disini untuk next!

Silahkan keluarkan praduga kalian disini!


Bad Duda Special Part 2 di apk karya karsa nanti akan berisi Bian dan Mantan istrinya, adegan dewasa seperti biasa, 18+

 (berisi awal pertemuan sampai nanti konflik itu muncul dan semua tentang bian yang sebenarnya.) Belum aku upload, karena lumayan banyak adegan + dan scenenya, hehe. ntar aku umumin kalo udah ya!!! 

Continue Reading

You'll Also Like

1.7K 146 32
"Neng, ati ati loh kalo sahabatan ama cowok pasti ujung ujungnya ad yg nyimpan rasa" Ini tentang persahabatan seorang remaja laki laki dan perempuan...
29.6M 1.3M 44
[Story 4] Di penghujung umur kepala tiga dan menjadi satu-satunya orang yang belum nikah di circle sudah tentu jadi beban pikiran. Mau tak mau perjod...
340K 52.6K 36
* Spin-Off: I Wanna Get Lost With You (Uwi-Raka) Sejak kecil Ruisha selalu bercita-cita memiliki pasangan yang tampan dan kaya. Sampai melewatkan sat...
903K 58.7K 50
Seharusnya aku meminum pil kontrasepsi! Bukannya malah minum pil penyubur! Well, because of my stupid brain, I'm get pregnant! start 5 Agustus 2019. ...