HOLLA VREEN
HAPPY READING
Jangan lupa follow :
IG @umilestariii_
Tik tok @coretanmimi_
⚠️WARNING⚠️
Jangan salah lapak / atau menyebut karakter cerita lain di cerita ini. Mohon belajar menghargai hal sekecil apapun itu!🐣
Dan
Jangan lupa vote dan komen!!
Pliss jangan jadi siders, hargai author!!
•
•
•
🌻🌻🌻
Aletta berjalan dengan tatapan kosong kedalam kamarnya, gadis itu pulang lebih awal dari pada Rigel dan Bramata agar tidak menimbulkan kecurigaan dari kedua pria itu. Perlahan tangannya memutar knop pintu lalu segera masuk kedalam kamarnya menuju pada laci nakas dan mengambil sebuah map.
Tubuh Aletta terjatuh disisi kasur dengan pandangan kosong pada map tersebut. Senyum miris tercipta dibibirnya.
"Apa sebentar lagi semuanya akan terbongkar?" guman Aletta sendu.
Setetes air matanya jatuh membasahi sampul map tersebut. Hati Aletta terasa sakit kala membaca deretan huruf yang tertulis diatas kertas putih itu. Fikirannya semakin kacau kala mengingat percakapannya dengan seseorang yang tadi ia temui dihotel.
🌻🌻🌻
Aletta menghetikan langkah kakinya diujung tangga bawah. Matanya terarah pada meja makan yang tampak kosong. Menghembuskan nafas pelan, Aletta berbelok kearah dapur dimana bi Mirna berada.
"Good morning bi" sapa Aletta mengecup pipih kiri Bi Mirna.
Wanita paruh baya yang sedang menyiapkan bekal itu tersenyum "Morning too anak cantik. Udah siap berangkatnya?" tanya bi Mirna lembut.
Aletta mengangguk dengan senyum tipisnya "Hu'umm, kan Letta udah sembuh" ucap Aletta riang.
"Syukurlah kalau kamu udah sembuh, oh iyya ini bekal buat kamu, nanti jangan lupa dimakan yah" Bi Mirna menyodorkan kotak bekal berwarna biru pada Aletta yang langsung diterima oleh gadis itu.
"Meja makan kok kosong, papa sama abang kemana?" tanya Aletta.
Seketika Bi Mirna tampak sendu "Tuan besar sedang keluar negri, terus kalau den Rigel dari semalam belum pulang kayaknya masih marah karna kejadian dipesta itu" ucap Bi Mirna menjelaskan.
Aletta menghembuskan nafas berat, dia paham bagai mana kecewa dan marahnya papa serta abangnya itu. Tapi ini yang terbaik, dia tidak ingin kedua pria itu semakin tersakiti jika karna perbuatan Raya.
Cup
"Letta berangkat bibi, papay" teriak Aletta lalu meninggalkan dapur.
🌻🌻🌻
Aletta menghentikan mobilnya ketika tiba diparkiran sekolah. Gadis itu meraih sebuah benda kecil lalu memasukkannya kedalam tas ransel miliknya. Menuruni mobil dengan tas yang tersampir dibahu kiri tampak menabah kesan badgirl.
Dia berjalan dikoridor sesekali tersenyum menjawab sapaan dari murid lain. Setelah tiba didepan ruang kelas, Aletta mendorong cukup keras pintu bercat putih itu membuat semua orang memekik kaget.
"ALETTA LO KEBIASAAN BANGET SIH BUAT GUE JANTUNGAN" teriak Kanaya—si bendahara kelas sembari berkacak pinggang menatap Aletta dengan tajam. Sedangkan si pelaku hanya cengegesan tidak jelas.
"Sorry bu bendahara, gue kira udah telat heheheh" cengirnya tanpa dosa.
"Tapi nggak lo dobrak juga pintu bego, sekarang bayar uang kas lo yang udah nunggak sebulan" Kanaya mengadahkan tangannya pada Aletta yang hanya ditatapan polos sang empu.
"Emmm, gue ngutang dulu yah Nay, soalnya gue cuma bawa uang lima ribu buat beli cilok" ucap Aletta memelas, membuat Kanaya melototkan matanya garang.
"Lo ini kaya, rumah lo besar, ke sekolah naik mobil mewah. Tapi giliran disuruh bayar uang kas sepuluh ribu aja nggak bisa. Dasar ormis" sinis Kanaya mengomel seperti ibu penagih kost.
"Hah Ormis apaan dah?" Aletta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Orang kaya miskin" kesal Kanaya lalu melenggang pergi dengan rasa dongkol.
Aletta tertawa karna berhasil mengerjai bendahara galak itu. Sebenarnya dia punya uang, hanya saja membeli cilok lebih penting dari pada uang kas yang tidak menguntungkannya itu.
Menggeleng pelan, Aletta berjalan kearah bangkunya masih dengan tertawa kecil. Namun saat pandangannya tak sengaja bertemu dengan Skala, senyum itu hilang tergantikan dengan wajah bersalah.
Sial, karna terlalu sibuk mengungkap kejahatan Raya dia sampai lupa mengabari kekasihnya itu. Aletta semakin deg-degan kala Skala hanya meliriknya sekilas lalu kembali membaca buku sainsnya.
"Morning sayang" sapa Aletta berusaha ceria, dia berniat ingin mencium pipih Skala seperti pagi biasanya. Namun dengan cepat cowok itu menghindar.
"Kamu kok gitu sih, kamu marah?" tanya Aletta setelah mendudukkan dirinya disamping Skala. Tangannya menggapai tangan Skala namun ditepis oleh sang empu.
"Kamu nggak liat aku lagi baca buku" sinis Skala tanpa menatapnya.
Alette mengehela nafas, dia akui dia salah karna tak mengabari Skala yang notabennya adalah kekasihnya. Tapi jujur, dia benar-benar lupa.
"Maaf" ucap Aletta namun tak diindahkan oleh Skala, cowok itu masih fokus pada bukunya.
"Sayang maaf, jangan marah lagi yah" Aletta menggoyang-goyangkan lengan Skala namun tak menganggu kegiatan cowok itu.
"Aku akui kalau aku salah, jadi maafin aku yah yah yah, pliss jangan diemin aku kayak gini" ucap Aletta memelas, dia sudah kehabisan ide untuk membujuk kekasihnya ini.
"Kenapa telfon aku nggak kamu angkat?" tanya Skala pada akhirnya, cowok itu menoleh menatap Aletta dengan tatapan datar.
"Aku lupa Ala, aku—"
"Setidaknya saat nenek kamu sudah lebih baikan kamu bisa hubungin aku walau hanya sebentar. Kamu nggak tau kalau disini aku khawatir sama kamu, aku takut kamu kenapa-napa" cerca Skala berusaha menekan emosinya.
Sedangkan Aletta mengernyit saat mendengar kata 'nenek' dari bibir Skala. Pasalnya neneknya sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu dan sekarang hanya tersisa kakeknya saja yang saat ini menetap di Amerika.
"Kamu tau nenek aku sakit dari siapa?" tanya Aletta penasaran.
"Vena, dia dari rumah kamu beberapa hari yang lalu dan kata bang Rigel kalau kamu lagi ke Amerika jengukin nenek kamu yang lagi sakit" jawab Skala menjelaskan.
Alette terdiam, benarkah Rigel mengatakan semua kebohongan itu. Tertawa miris dalam hati, Aletta benar-benar tak menyangka jika abangnya bisa berbohong begitu baiknya padahal hari itu ia terkurung didalam gudang tanpa makanan dan minuman.
Lamunan Aletta buyar saat mendengar panggilan Skala.
"Kamu kenapa?" tanya Skala tak sedatar tadi.
Alette menggeleng "aku nggak pa-pa kok, cuma lagi kepikiran keadaan nenek aja" sahutnya berbohong.
Menghela nafas, Skala berbalik penuh pada Aletta. Tangannya terulur mengelus pipih gadisnya dengan lembut. Tidak bertemu Aletta beberapa hari saja mampu membuat Skala merasakan rindu yang begitu hesar, bahkan tak mendengar ocehannya, hidup Skala terasa kosong.
"Maaf, seharusnya aku nggak egois dan bersifat kekanakan seperti ini. Seharusnya aku sadar kalau kamu kesana karna hal penting. Seharusnya—"
Plak
Aletta menabok kecil bibir Skala membuat cowok itu terdiam.
"Ngapain minta maaf, kamu nggak salah. Yang seharusnya minta maaf itu aku bukan kamu" ucap Aletta tanpa dosa setelah menabok bibir kekasihnya itu.
"Tapi sebagai pacar kamu seharusnya aku nggak egois kayak gini. Maaf" sesal Skala.
"Mau bibirnya aku pukul lagi hmm?" tanya Aletta menatap Skala dengan melotot garang.
Dengan cepat Skla menggeleng "Nggak mau, tapi maunya dicium aja" canda Skala memanyunkan bibirnya.
Namun siapa sangka, ucapan bercanda itu dianggap serius oleh Aletta. Gadis itu menatap sekitar yang ternyata hanya mereka berdua didalam kelas dan juga sekilas menatap cctv yang sepertinya belum diaktifkan. Karna biasanya, cctv kelas akan diaktifkan ketika jam pelajaran dimulai dan itu artinya mereka aman.
Cup
Deg
"Udah" ucap Aletta tersenyum lebar seakan tak berdosa setelah mengecup bibir Skala. Walaupun hanya kecupan sekilas tapi itu berdampak besar pada laju detak jantung Skala yang berdebar kuat.
Kedua daun telinga Skala seketika memerah padam. Dia benar-benar malu hanya karna kecupan singkat itu.
"OMOOOO MATA GUE UDAH NGGAK SUCI LAGI"
"ASTAGA NIH ORANG BERDUA KAGAK LIAT TEMPAT APA SEBELUM EKHEM-EKHEM"
"ALETTA MESUM"
"UNTUNG MATA SI POLOS DODIT UDAH GUE TUTUP"
"EMANGNYA ADA APA?"
"NGGAK USAH KEPO LO"
"DEK, CINTA TAK SELAMANYA INDAH DEK"
"ASTAGA MATA GUE"
"BENER-BENER SI ALETTA TUKANG NYOSOR"
Alette meringis saat mendengar teriakan teman-temannya yang baru saja datang dan menyaksikan adegan romantis mereka. Aletta tersenyum paksa dan langsung menenggelamkan wajahnya didada Skala yang juga sedang menertawai dirinya.
"Diam atau aku marah sama kamu" ancam Aletta malu.
Pub:28/08/2022
Jangan lupa vote dan komen!!
Tandai jika ada typo!!