Married with my idol

By fourteenjae

159K 15.1K 1.7K

"Kalau menikah, sudah pasti berjodoh 'kan?" - [SEQUEL OF STORY "MY BOYFRIEND, JEONG JAEHYUN"] fourteenjae-202... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 19
chapter 20
Announcement
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
chapter 27
chapter 28
chapter 29
chapter 30
chapter 31
chapter 32
chapter 33
chapter 34
chapter 35
chapter 36
chapter 37
chapter 38
chapter 39
chapter 40
chapter 41
chapter 42
chapter 43
chapter 44
chapter 45
chapter 46
chapter 47
chapter 48
chapter 49
chapter 50
chapter 51
chapter 52
chapter 53
chapter 54
chapter 55
chapter 56
chapter 57
chapter 58
chapter 59
chapter 60
chapter 61
chapter 62
chapter 63
chapter 64
chapter 65
chapter 66
chapter 68
chapter 69
chapter 70
chapter 71
chapter 72
chapter 73
chapter 74
chapter 75
chapter 76
chapter 77a
chapter 77b
chapter 78
chapter 79a
chapter 79b
chapter 80
chapter 81
chapter 82
chapter 83
chapter 84
chapter 85
chapter 86
chapter 87
chapter 88
chapter 89
chapter 90
chapter 91
chapter 92
chapter 93
chapter 94
chapter 95

chapter 67

1.2K 120 8
By fourteenjae

Sejujurnya Han GoEun takkan masalah jika Jaehyun ingin pergi lebih dulu. Apalagi jika pekerjaan tersebut memang membutuhkan kehadirannya. Dia tidak akan marah sama sekali karena dirinya juga seorang pekerja. Klien dalam pekerjaan juga sama pentingnya bagi keberlangsungan sosial. Daripada harus terus-menerus menerima telepon saat makan, akan terasa sangat mengganggu.

Jaehyun kembali menatap GoEun setelah menyelesaikan panggilan kelima. Wajahnya tampak tenang seperti biasa namun helanya lebih panjang daripada sebelumnya. “Aku tidak mengerti kenapa hari ini banyak sekali yang mencariku.”

“Bisa jadi karena dramamu yang sebentar lagi selesai produksi?”

Jaehyun menjentik singkat. “Itu salah satunya,” ia mengolesi roti gandum dengan telur orak-arik dan sosis kecil yang dilapisi saus. “aku juga harus ikut mengunggah beberapa barang sponsor Prada di akun instagramku. Lalu Yoo Jin hyung sepertinya sudah menyiapkan agenda comeback. Aku belum tau tanggal pastinya tetapi aku sudah mendengar demonya.”

“Sibuknya.”

“Tidak masalah, selalu ada waktu untuk kita. Lagi pula, kamu tau persis mengenai jadwal dan kebiasaanku.” Jaehyun melebarkan rahang dan mengigit satu suapan besar.

GoEun setuju. Ia pernah menjadi bagian dari tiap kesibukan agenda Jaehyun beberapa tahun lalu. Ikut terlibat dan berperan besar untuk setiap penampilannya. Walau statusnya sekarang juga tak kalah besar berperan bagi kehidupan Jeong Jaehyun. Setidaknya ia paham mengenai pembicaraan itu.

“Kamu bisa pergi lebih dulu, Jaehyun.”

No. No.” tolak Jaehyun dengan mulut penuh. Jemarinya ikut bergerak menolak di depan wajah. Melihat rautnya saja sudah terlihat jelas bahwa sang suami tak menyetujui pernyataan istrinya. Tak mungkin dia meninggalkan GoEun di tempat terbuka seperti ini. “Itu bisa kulakukan nanti-nanti. Aku sedang ingin bersamamu.”

Sebetulnya Jaehyun sedang menerka sesuatu, seharusnya sang istri sudah mengetahui kejadian kemarin.

Mengenai dirinya yang mengamuk di ruang CEO itu. Berita selentingan antar pegawai begitu cepat merayap dan Ha Min Jun pun memberitahukannya melalui Eunji. Tetapi mengapa belum ada pertanyaan yang terlontar untuk dirinya? Ataukah dia yang harus mulai membahasnya?

“Kamu juga bisa bersamaku seusai pekerjaan.” imbuh GoEun lagi sebelum mengunyah granol yoghurt. Menuntaskan pikiran Jaehyun. “Seperti katamu, selalu ada waktu untuk kita.”

“Ayolah, sayang.” Jaehyun menyeka sudut bibirnya dengan tissue. Membersihkan saus sosis yang menempel. “Kita sudah lama sekali tidak sarapan seperti ini.”

GoEun menyila kaki. “Baiklah. Aku tidak akan ikut campur jika kamu mendapat protes manajermu.” Sahutnya tanpa menoleh. Sibuk menyuap diri sendiri dengan makanan sehat.

Lelakinya terkekeh lantas memperhatikan. Baiklah, mari kita lupakan sejenak hal-hal yang mengganggu. Pemandangan di hadapannya terlalu sayang untuk dilewatkan. Tangan Jaehyun terulur menyeka helai rambut Han GoEun dan menyampirkannya ke belakang telinga.

Kemudian bertanya, “Enak?”

“Sesuai ekspetasi.” ungkap GoEun memberi penilaian.

“Tidak pusing?”

“Sama sekali tidak,”

"Mual?"

"Tidak, sayang." GoEun mengangkat sendok dan menyuapi sang suami menu makanannya. Jaehyun tak menolak, badannya mencondong untuk menerima suapan. “Bagaimana?”

Suara renyahan saat granol dan walnut terkunyah terdengar. Jeong Jaehyun mengangguk menyetujui pendapat Han GoEun mengenai rasa menu tersebut. Tepat, tidak lebih tidak kurang. Rasa manis dan asam terpadu dengan baik kala semua tercecap sempurna. Sudut bibirnya menukik manis pada kunyahan terakhir.

Melihat itu, jari GoEun terangkat. “Ke sini sebentar,”

“Mau apa?”

“Ah, sekali saja.” Jaehyun kembali mencodongkan diri. Lantas jari telunjuk Han GoEun segera mendarat tepat di lesung pipi sang suami dengan senyum merekah. “Hihi, lucu.” puji GoEun senang.

Jaehyun mengambil isi salad sayur dan menyuapi diri. Telinganya memerah melirik sang istri yang tersenyum menggemaskan. Matanya pun membuat lekungan indah.

“Mau lagi.” GoEun kembali menyentuh lesung pipi sang suami. Jaehyun meneguk minum untuk menutupi salah tingkah namun yang terjadi justru semakin mendapat cubitan pipi karena mengembung lucu. “Lucu sekali, aku ingin melakukannya terus.”

“Nanti,” Jaehyun menjauhkan tangan Han GoEun. “Makan.”

“Sambil memegang pipimu.”

“Kamu bisa memegang apapun sesukamu, sayang. Tapi sekarang, habiskan makanmu lebih dulu.”

“Tidak mau. Aku mau memegang pipimu.”

Nafas Jaehyun tertahan dengan mata membulat tak percaya melihat tingkah istrinya yang merajuk di tempat umum. Apakah istrinya sedang memasuki masa mengidam? Ini bisa saja terjadi sepertinya. Melihat permintaan menu sarapan dan pipi sudah cukup jelas, bukan? Jaehyun menghela nafas. Lantas menarik kursi mendekat pada tempat sang istri berada.

“Aku suapi,”

Tangan GoEun segera menyambut kala Jaehyun baru saja duduk. Dengan senyum merekah, jemarinya sibuk mengusel wajah sang suami.

Pagi ini, hanya dengan beberapa pengunjung restoran yang tampak biasa saja mendapati kehadiran mereka, cukup melegakan bagi keduanya. Pasangan tersebut tak perlu merasa canggung untuk berinteraksi satu sama lain.

Suara berat kala Jaehyun tertawa memang membuat satu dua orang menoleh. Bahkan cukup memaku rutinitas mereka karena pemandangan harmonis pasangan suami istri yang terlihat sangat bahagia. Dengan sinar matahari yang menyelimuti meja Han GoEun dan Jaehyun kala keduanya berbincang menjadi visualisasi indah. Semua orang tidak merasa keberatan.

“Pipiku bisa memerah,”

Wajah GoEun memiring senang dengan kedua tangan yang masih sibuk menopang wajah Jeong Jaehyun. “Justru semakin lucu.”

Jaehyun tak dapat menahan rasa gemasnya hingga ia mendekatkan diri lalu mengecup bibir sang istri. Seakan masalah yang selalu diributkan tak lagi terlihat. Bagai debu yang terbang pergi kala angin berhembus.


🍑🍑



Berbeda dengan cuaca pagi tadi yang penuh kehangatan sinar mentari, tepat pukul 16.00 justru berubah menjadi bulir-bulir deras yang mengguyur kota Seoul. Tak berkesudahan sampai 2 jam berlalu begitu cepat. Ruang-ruang kerja mendadak menyalakan penghangat karena temperatur semakin dingin.

Setelah bulir deras memelan, aktifitas di luar ruangan kembali dimulai. Pejalan kaki segera berbaur melanjutkan perjalanan. Derap langkah memelan agar tak saling terciprat. Lampu jalan dan kios pun juga terlihat menyala walau malam belum datang.

Han GoEun mendongak. Menjelang petang, langit memang sedikit lengang. Hujan deras hanya berubah menjadi gerimis yang turun tak berkesudahan. Di sampingnya ada Eunji, tengah membentang payung besar untuk mereka berdua. “Ayo.”

Kelotak heels mereka bersuara. Beriringan menyusuri pertokoan menuju kafe terdekat setelah terjebak di toko perlengkapan bayi. Mereka memang sengaja datang ke sana setelah perjumpaan klien. Lalu berlarut-larut hingga tak sadar bahwa hujan dan petang datang bersamaan. Payung yang mereka gunakan juga bukan karena mereka menyiapkannya. Tetapi terlebih karena para pegawai Jeong Jaehyun yang begitu cekatan datang.

Jika ada Eunji, Han GoEun tak perlu ditemani. Para pegawai-pegawai itu membatasi diri, membuat Han GoEun tak merasa dikekangi. Cukup berikan kebutuhan yang diperlukan lalu mengawasi dari radius tertentu. Seperti sekarang, setidaknya ada 2 orang yang mengikuti. Walau sudah membaur, seragam hitam-hitam itu tetap kentara.

“Padahal warna kuning tadi sangat lucu. Kenapa tidak membelinya saja, sih?”

Kerlip lampu memantul pada binar mata GoEun. Ia pun tertarik, hanya saja, “Motif rainbow ruby terlalu mencirikan anak perempuan, Eunji.”

“Bagaimana jika anakmu memang perempuan?”

“Kita bisa membelinya ketika mengetahui secara pasti,” jawab GoEun sabar.

“Kamu menyadarinya tidak?”

GoEun menoleh sekilas. “Tentang?”

“Sikapmu,”

“Aku?”

“Hm.”

“Kenapa?”

Titik-titik air hujan berangsur reda sesampainya mereka di depan kafe. Tepat di bawah kanopi, Eunji menutup payung dan meletakkan di tempat penyimpanan. “Sikapmu persis seperti Jaehyun saat sedang berbicara denganmu.” lanjut Eunji membukakan pintu.

Oso oseyo!!” sambut ramah para pelayan kafe.

Rasa hangat segera menjalar ketika keduanya memasuki ruang kafe. Han GoEun sampai mengusap kedua lengannya dengan sesekali meniup telapak tangan untuk meredakan dingin. Pembicaraan mereka tertunda untuk memesan beberapa menu. Memang belum jam makan malam tetapi saat melihat perlengkapan bayi tadi, Han GoEun sudah merasa lapar.

Keduanya duduk berhadapan di sisi jendela. Begitu syahdu berada di ruangan hangat dengan memandangi aktifitas malam Seoul yang mulai mengukung. Rintik hujan masih gemar turun rupanya, terlihat jelas di bawah sorot lampu jalan. Jari-jari payung saling bertemu ketika jarak pemiliknya terlalu dekat. Satu-dua orang melintas cepat sambil berlari, menyebabkan beberapa orang melempar protes karena terciprat genangan.

Dua orang pegawai yang mengikuti Han GoEun ikut masuk ke dalam kafe. Salah satunya terlihat memesan sesuatu dan satu lainnya mengawasi. Padahal dirinya bukan petinggi negara, tidak perlu sampai seperti ini. Tetapi jika ia memprotes, Jaehyun akan kembali mengomel panjang lebar.

Setelah itu, mereka mengambil tempat duduk di sudut ruangan. Persis seperti mata-mata yang sedang menjalankan misi rahasia. Melihat itu, Han GoEun tak tau harus bersikap seperti apa. Karena jika dinilai, gelagat para pegawainya memang sudah dilatih demikian.

“Tapi menurutku, kalian berdua memang mirip.”

GoEun melempar tatap pada Eunji. Rupanya ia masih melanjutkan percakapan yang tadi sempat terpotong. “Jelaskan,”

“Nah, lihat.” Jari telunjuk Eunji teracung menunjuk GoEun. “Caramu bicara sudah hampir menyamai Jaehyun.”

Eunji berdiri. Pager antrian sudah bergetar tanda pesanan sudah siap di ambil. Tak lama, ia pun kembali datang dengan satu nampan penuh. Menatanya di atas meja lalu pergi ke meja kasir untuk mengembalikan nampan. Sibuk sekali melihatnya berjalan kesana-kemari.

Han GoEun mengambil Mediterranean tuna salad dan teh hangat daun mint ke sisinya. Ia menghirup aroma wanginya lekat-lekat sebelum perlahan menyesapnya. Begitu melewati kerongkongan, rasa hangat segera menjelajar ke tiap titik tubuh. Minuman hangat dan aroma teh memang cocok untuk merileksasikan pikiran. Sementara Eunji, tengah mencicipi ricotta cheese salad pesanannya setelah menyesap coklat hangat.

“Tanpa sadar, kamu mempelajari dan mengikuti pola hidup suamimu.” tutur Eunji masih melanjutkan.

Patut diakui, kekonsistenan Eunji pada percapakan ini sangat luar biasa. Walau sudah terpotong dua kali, dia tetap membicarakan topik yang sama. “Caramu mengatur jadwal hingga pekerjaan para pegawai, kalian berdua seakan sudah sepakat akan bersikap seperti itu.” lanjut Eunji lagi.

Ia menyesap coklat hangatnya sejenak. Han GoEun pun tetap menikmati salad tunanya tanpa protes. “Sejak dulu kamu memang memiliki keterampilan dalam memimpin. Tetapi melihat perkembanganmu setelah bertemu dengan Jaehyun tetap membuatku terkesan.”

“Jadi, apakah itu baik atau tidak baik?” GoEun bersuara. Masih menerka arah pembicaraan Eunji yang sebenarnya.

“Dalam pekerjaan, sangat baik,” Eunji menuntaskan kunyahan strawberry sebelum kembali melanjutkan, “tetapi jika sifat itu yang juga membuatmu merahasiakan kejadian kemarin—”

“Eunji,”

“—itu tidak lagi menjadi baik, GoEun.” Eunji tetap melanjutkan walau raut GoEun sudah menunjukkan reaksi tak nyaman. “Aku tau, kamu pasti belum memberitahukan kejadian kemarin pada Jaehyun.”

GoEun mendengus pelan. Ia tak bisa menyangkal. Memang belum, itu benar. 

“Aku juga bisa menebaknya bahwa kamu pun tidak membahas apapun mengenai kejadian yang Jaehyun alami kemarin.” Eunji terus berujar.

Mata GoEun berbelingsatan tak tentu arah. Suhu di dalam ruangan mendadak pengap. Semua kalimat itu terasa begitu tepat sasaran sesuai bidik.

“Jika sifat penegasanmu sampai membuat benteng hingga tidak lagi terbuka pada suamimu, itu bukan lagi tegas. Tapi egois.”

Telak. GoEun kira itu adalah penyataan terakhir namun ternyata Eunji kembali melanjutkan suara. “Kamu pasti tidak mau, bukan, jika Jaehyun menutupi sesuatu juga darimu?”





🍑🍑🍑

Jangan lupa vote dan komentar.

Ayo follow akun wattpad authornya!
Instagram: @1497_tjae
Twitter: @fourteenjae
Tiktok: @fourteenjae

Continue Reading

You'll Also Like

417K 30.7K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
YES, DADDY! By

Fanfiction

315K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
728K 67.9K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
507K 22.3K 36
REVISI DULU YA MANISS!! Gleen seorang gadis berusia 20 tahun. membaca novel adalah hobinya. namun, bagaimana jika diusia yang masih muda jiwa nya ber...