He's My Queen (VegasPete)

Galing kay biy_yourmamagula

411K 45.3K 3.1K

Antara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin... Higit pa

Prolog
First Encounter
Who are you? (21+)
Part of Your Memories
Glimpse of Us That You Forgot
A Story Never told
Little Puppy
The Next Crown Prince of Hera
Keep It or Get Rid of It
Miss Me?
The One and Only Bride
Why Me?
Keep Your Distance
Don't You Dare!
A Traitor
You'll Always Need Me
Call My Name (21+)
First Terror
Vegas's Weakness
Forgive Me
Forbidden
Diary
I Miss You, Vegas
Betrayal
Why, Phi Arm?
Misunderstanding (18+)
Another Truth
A Young Man
Poison
Deep Talk
Father's Secret
I'm Hungry
The Coronation
Maledictus
Sad Little Boy
The Day I Left You Alone
Broken Glass
The Beginning
A Tale of Two Best Friends
New Alliance
Pieces of Soul
Pieces of Soul II
Roses of War
The Upcoming Storm
Revenge
Your Majesty, Vegas del Hera
After The Storm
Vegas vs Venice
Venice's Little Secret
Del Hera's Crown Prince, Venice
About New Story

The Unwanted Grandchild

5K 638 61
Galing kay biy_yourmamagula

-Author Pov-

Macau tertawa. Cukup lucu untuk menyaksikan bagaimana cinta dapat membuat seseorang menjadi bodoh dan tak berguna. Selalu saja begitu. Konsep tentang cinta yang ia amati tak pernah lepas dari kematian sebagai akhir perjuangannya.

Kalau sudah tahu mawar itu berduri, kenapa masih saja gegabah untuk memeluk tangkainya? hanya karena bunganya indah? lantas, luka yang perlahan menggerogoti tubuhmu itu akan dibiarkan begitu saja? semakin membusuk, semakin hancur tak bersisa hanya untuk hal yang fana.

"Kau sama saja seperti ibuku, kak. Kalian sama-sama tak punya otak." Macau bangkit dan menatap punggung Pete yang masih membelakanginya. "Aku memang sudah banyak melakukan hal jahat padamu. Aku tak mau menyesalinya karena memang itu adalah bagian dari rencanaku. Tapi saat ini, ketika aku katakan bahwa kau sudah kuanggap kakak, tak ada kebohongan disana. Besok aku akan kembali lagi untuk menawarkan hal yang sama. Kak Pete bisa renungi keputusan apa yang terbaik untuk dipilih. Selamat istirahat, kak." Langkah kaki pun terdengar mulai menjauh.

"Macau?" Pete memanggil dengan suara nyaring. Cukup untuk membuat yang terpanggil menjeda langkahnya.

"Besok tolong bawakan aku kertas dan pena saat mengunjungiku lagi, ya?" Pertanyaan itu tak mendapat jawaban. Langkah kaki justru kembali terdengar semakin jauh sebelum akhirnya sumber pencahayaan di ruangan itu hilang setelah pintu ditutup rapat. Menyisakan Pete dengan gaungan tangis yang sedari tadi ia tahan di hadapan sang adik.

*****

"PAMANMU KEPARAT! AKU TAK AKAN MEMAAFKANNYA KALAU SAMPAI PETE-KU TERLUKA!!!" Porsche histeris. Tubuhnya meronta untuk dilepaskan dari genggaman sang alpha yang nampak sudah mulai kewalahan menengahi situasi. "ANAKINN!!! PETE.. TOLONG PETE!!" Kepalan tangannya tak henti memberikan pukulan-pukulan kecil pada dada bidang Kinn. Tubuhnya lemas dan lunglai, kepalanya terasa berdenyut.

Masih di ruangan yang sama, Honey menangkup wajahnya dalam dekapan Mario. Ia merasa gagal menjadi seorang ibu yang tak becus menjaga anaknya. "Kalau.. kalau saja tadi malam aku tak pergi ke istana, mungkin aku dapat menahan kepergian Pete. Astaga.. Eli.. maaf.. maaf aku tak berguna.." Isak tangisnya semakin kencang bersahutan dengan Porsche.

Segala huru-hara ini dimulai saat pengawal pribadi Damian--Ayah Kinn--datang ke kastil kediaman keluarga Porsche untuk memberitahukan kalau sang tuan telah diamankan istana sejak tadi malam. Mendengar alasan dibaliknya, Porsche melesat secepat kilat dan mendobrak paksa pintu kamar Pete. Begitu nelangsa saat omega manis itu tak mendapati kehadiran sahabat karibnya di dalam sana. 

"APA KAMU MAU DIAM SAJA?! APA KAMU TAKUT DITANGKAP SEPERTI AYAH DAMIAN?! KALAU BEGITU AKU SENDIRI YANG AKAN DATANG KE ISTANA!"

"Sayang, dengar-"

"AKU TAK TAKUT PADA KAISAR ATAU SIAPA PUN ITU! INI SUDAH CUKUP MEMUAKKAN. AKU AKAN BAWA PETE PULANG SEKARANG JUGA! TEMPAT INI TERLALU JAHAT PADANYA! AKU AK-"

"PORSCHE!"

Ruangan itu seketika menjadi hening. Semuanya terkejut mendengar nada tinggi keluar dari mulut seorang Anakinn. Meski selalu mendominasi, pria alpha itu biasanya memiliki cara sendiri untuk menegur atau marah. Jauh berbeda dari Vegas yang selalu mengandalkan emosinya di berbagai situasi.

"K-kamu membentak.. aku?" Porsche mendongak. Hidungnya merah menampung lendir dengan wajahnya yang basah. Mencubit hati Kinn yang langsung menyadari kesalahannya.

"Sayang, maaf. Aku tak bermaksud-"

"Lepas! aku lupa kalau kamu satu darah dengan kaisar keparat itu! kamu pasti mau membelanya dan mengorbankan sahabatku!"

"Tidak, sayang. Tentu aku akan selamatkan Pete."

"Bohong! Vegas dan kamu sama-sama budak kekaisaran! Pete-"

"Cukup." Mario yang sedari tadi menenangkan istrinya kini bangkit dan mengambil alih situasi. "Tenangkan diri kalian. Pete sekarang sedang mengandung dan harus mendekam di penjara bawah tanah. Kalau kita tak segera mencari jalan keluar, ia akan semakin lama menderita." Pandangannya beralih menatap Kinn. "Paduka kaisar pasti masih kesal dengan ayahmu karena tak sejalan dengannya. Lebih baik sekarang kamu ikut ayah ke istana. Kita temui paduka kaisar untuk membebaskan ayahmu dan Pete. Lalu, kita pulangkan dulu Pete menyeberangi perbatasan. Kondisi disini tak aman baginya. Terlebih putra mahkota masih dalam periode rut dan tak mampu memberikan perlindungan." Saran Mario bagai air yang mengalir deras di padang pasir. Porsche berhenti melawan dan memilih untuk menenangkan dirinya dalam pelukan Honey. Dua omega itu saling percaya pada alpha mereka untuk menyelamatkan Pete.

Dewi, aku mohon gunakan seluruh keberuntungan dalam hidupku untuk Pete, harapan itu Porsche ucapkan dengan penuh kesungguhan dalam hatinya. Mengiringi bulir bening yang tak henti mencipta rinai di sudut matanya.

*****

Kemeja katun berwarna putih nampak serasi saat dipadukan rompi dalam dengan warna hitam. Semakin tepat saat tunik hitam dengan bordiran emas dipilih sebagai lapisan terluar dari tubuh bagian atas. Panjangnya hanya mencapai bagian atas dari kaki yang sudah melekat dengan celana kain berukuran pas. Ditutup dengan sentuhan dari sepatu kulit yang terlihat mengkilap tanpa debu.

Alpha muda bernama Kimhan ini rupanya telah membuat sebuah keputusan. Segenap keberaniannya ia kumpulkan untuk mulai membenahi berbagai hal dalam hidupnya. Tak ada lagi celana ketat yang sengaja ia robek di area tempurung lutut. Pun dengan jaket berbahan kulit yang ia koleksi menjadi berbagai bentuk. Keinginan untuk bersanding dengan Chay sudah cukup kuat untuk mengeluarkannya dari zona nyaman. 

Kim ingin menghadapi semuanya dengan berani. Ia akan menjadi anak bungsu Duke Kekaisaran Hera yang berguna, suami dan ayah yang baik, juga sahabat yang jujur bagi para Rogue yang sudah lama menjadi kawan dekatnya dalam bermain musik. Dari ketiga hal itu, Kim memilih hal terakhir untuk ia eksekusi paling awal. Menggiringnya dengan segenap keberanian untuk berkunjung ke dalam bar tempatnya biasa tampil.

"Wow.. lihatlah bagaimana Jeff terlihat begitu rapi saat ini!"

"Jeff! habis darimana? dari pernikahan? apakah kau sudah tak lagi lajang?"

"Pakaianmu terlihat mahal, biasanya kau terlihat seperti pencuri jemuran."

"Jangan-jangan Jeff memang mencuri dari jemuran bangsawan? hahaha."

Gelak tawa seketika memenuhi seisi ruangan yang menjadikan sosok Jeff--nama samaran Kim--sebagai pusat atensi mereka. Begitu kontras dengan suasana hati Kim yang sudah tak karuan. Suaranya cukup lama terasa mengganjal tertahan di pangkal tenggorokan. Ia kembali meragukan keputusannya saat ini.

"Ekhem-" Kim berdehem dan menjilat bibir keringnya. "Selamat malam semua, aku-"

"Jeff! cara bicaramu jadi aneh begitu?! kau sedang berpura-pura jadi bangsawan atau bagaimana?"

Kondisi semakin ricuh. Mereka saling melemparkan guyonan pada pakaian dan tutur kata Kim yang mendadak formal. Membuat alpha muda itu semakin ciut untuk berbicara.

"Kalian tak punya otak? dia mau bicara. Menyimak tak akan melukai telinga kalian semua hingga berdarah. Hanya karena kita tak memiliki nama belakang bukan artinya kita tak mengerti sopan santun." Pria alpha yang tengah duduk di kursi paling ujung bar menyela. Menyesap kembali bir dari gelas dalam genggamannya, ia berhasil membungkam seluruh pengunjung dalam hitungan detik. Bukan karena suara beratnya, bukan juga karena usia matangnya, tapi karena statusnya.

"Kepala suku." Kim menundukkan kepalanya ke arah pria itu sebagai tanda penghormatan. Sebuah kebiasaan yang ia turuti selama berbaur dengan para Rogue.

"Lanjutkan," ujarnya menanggapi.

Kim menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. "Selamat malam semua. Aku tak bermaksud untuk membuat kekacauan ini. Apa pun itu yang akan aku sampaikan, aku mohon dengan segala kerendahan hati dari kalian semua untuk membiarkan aku menyelesaikan ucapanku." Tak ada gurauan kali ini. Semua orang dalam ruangan itu seakan hanyut ke dalam atmosfer serius yang dibangun Kim. "Kalian mengenalku sebagai Jeff--seorang pengembara--yang tak memiliki rumah dan berkelana hingga menyusup ke wilayah kalian--para Rogue--yang terkenal paling membenci eksistensi Kekaisaran Hera." Kim tersenyum saat mengingat momen itu.

"Aku takut. Mendengar berbagai kabar miring tentang Rogue, imajinasiku menerka kalau kalian hanya kelompok barbar yang tertutup dan tak akan segan untuk mengulitiku saat kalian menangkapku." Ia menertawakan dirinya sendiri. "Tapi ternyata aku salah. Hari itu juga, kalian memberikanku jawaban tanpa perlu aku bertanya. Tentang kenyataan bahwa Rogue merupakan kumpulan individu yang hangat, ramah, senang bergurau dan memiliki keahlian musik yang luar biasa." Kim melirik ke arah seorang pria. "Kak Liam mengatakan aku begitu lusuh seperti anak anjing kelaparan tapi dia tak segan untuk berbagi makanannya denganku." Ia beralih pada dua pria lain yang merupakan sepasang alpha dan omega. "Kak Yan dan Kak Blue selalu memaksa untuk membawa pakaian mereka yang muat di tubuhku. Mereka selalu khawatir kalau aku kedinginan." Kini ia beralih pada satu meja berisi 3 pria dan 1 wanita. "Kak Joyce, Kak Michelle, Kak Levi dan Kak Gerald dengan senang hati mengajari aku berbagai macam alat musik hingga merekrutku ke tim pentas milik mereka." Air mata sudah menggenang di kedua pelupuk mata Kim.

Alpha muda itu kini menoleh ke arah pria alpha yang tadi membelanya. "Bahkan kepala suku. Beliau menerimaku dengan baik untuk berbaur disini bersama kalian tanpa penolakan apa pun." Ia kembali mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. "Kalian begitu baik. Hatiku jadi terasa sakit kalau terus membohongi kalian begini." Ia menurunkan tubuhnya. Duduk bersimpuh sebagai posisi permohonan pada semua orang di hadapannya. 

"Maafkan aku. Namaku bukan Jeff. Namaku Kim, Kimhan del Hera."

Tak ada tanggapan. Para Rogue masih ditelan keterkejutan setelah mendengar nama agung itu hingga tak mampu mengeluarkan satu suara pun.

Kim mengangkat pandangannya. Wajahnya sudah basah akibat linangan air mata. "Benar. Aku keluarga kekaisaran. Lebih tepatnya, kaisar yang sangat kalian benci adalah pamanku." Ia kembali menunduk. "Aku tak pernah sekali pun berniat untuk membohongi kalian. Aku benar-benar tulus untuk berteman dengan kalian. Tak satu pun kejahatan yang aku rencanakan. Bahkan, lokasi ini tak pernah aku beritahu pada siapa pun. Aku hanya seorang pecinta musik yang mencari kebebasan dan beruntung dipertemukan dengan kalian. Aku benar-benar menyayangi kalian semua. Kalian sudah seperti keluargaku." Kim bangkit dan kembali berdiri.

Mengeluarkan sebilah pedang dari balik tubuhnya, Kim menimang benda itu di atas kedua telapak tangan seperti memberikan persembahan. Kepalanya kembali menunduk. "Tapi.. kalau diantara kalian ada yang tak menerima jati diriku, tolong ambil pedang ini. Kalian bisa membunuhku atas kebohongan yang aku lakukan. Aku tak apa, setidaknya aku mati setelah tak lagi berbohong pada kalian." Tubuh Kim bergetar. Ia menggigit bibir bawahnya untuk meredam isak tangis.

Cukup lama hening menyapa indera pendengaran. Kim tak kunjung memiliki keberanian untuk sekedar mengangkat pandangannya. Ia sudah pasrah. Kalau pun ia harus mati, itu merupakan hal yang setimpal atas perbuatannya. Bagaimana pun, Kim sadar betul betapa bencinya para Rogue pada kekaisaran.

"Lehermu tak sakit menunduk terus begitu?"

Kim terlonjak. Perlahan ia mengangkat pandangannya. Semakin terkejut saat mendapati bahwa Liam, Yan, Blue, Joyce, Michelle, Levi dan Gerald kini sudah berbaris di hadapannya dengan senyum jahil juga jejak air mata yang begitu jelas.

"K-kak..?"

"Bodoh! kau kira kami akan membunuhmu dan melupakan semua kenangan indah kita? kau juga keluarga kami! adik kami semua!" Michelle menangis histeris dan memeluk tubuh Kim diikuti Yan. Dua orang yang sebenarnya selama ini menganggap diri mereka sebagai ibu bagi alpha muda itu.

Liam maju dan menoyor kepala Kim. "Anak nakal! membohongi kakak-kakakmu begini hanya karena takut. Justru kami yang akan pasang badan paling depan kalau ada yang mau menyakitimu." Ia turut memeluk Kim diikuti oleh Blue.

"Adik kurang ajar."

"Adik penakut."

"Adik tukang berburuk sangka."

Predikat itu diucapkan bergantian oleh Joyce, Levi dan Gerald yang kini mencubit keras kedua pipi Kim hingga merah. Membuat alpha muda itu meringis bahagia sebelum akhirnya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.

Hatinya semakin hangat setelah menyadari bahwa semua memandangnya dengan haru. Mereka tersentuh dengan pengakuan Kim dan memahaminya dengan lapang dada. Tak terkecuali Chan--Kepala Suku Rogue--yang memberikan anggukan yakin sebagai penerimaannya.

*****

-Pete Pov-

Semalaman aku habiskan dengan mengusap perutku. Merasa bahagia karena untuk pertama kalinya anakku melakukan tendangan yang aku rasakan dengan jelas. Membuatku antusias untuk terus mengajaknya bicara. Bercerita tentang berbagai macam hal yang membahagiakanku selama hidup. Meski sudah tak ada lagi, aku tetap ingin anakku mendengar hal-hal baik saja.

Brak.

Suara bantingan pintu tiba-tiba saja terdengar dari arah luar. Sepertinya ada seseorang yang masuk. Apa itu Macau? dia bilang hari ini akan kembali mengunjungiku, kan?

"Macau?"

Tak ada sahutan.

"Mac-"

Panggilanku terhenti saat sosok yang begitu tak aku harapkan kini mewujudkan dirinya di balik jeruji besi. Mengenakan jubah putih yang begitu aku hafal. Wajah rentanya menyiratkan hinaan yang terukir dengan jelas.

"Mau apa kau kesini? apa tak cukup membuatku menderita?"

"Cukup? aku tak akan pernah cukup." Pria tua itu terkekeh.

Aku memeluk perutku dan mengusapnya. Menenangkan anakku yang tiba-tiba saja menendang dengan keras. Mungkin ia turut merasakan ketakutanku saat ini. "Aku tak aneh untuk melihatmu begitu kejam padaku. Kau bahkan tega membuang cucu kandungmu sendiri dengan alasan konyol. Apa di matamu hanya ada alpha dan omega? lalu yang lainnya hanya sampah yang layak untuk dimusnahkan?" Aku tertawa sinis. "Aku tahu kalau kau adalah ayah dari ayahku. Meski aku hanya anak angkatnya, dia begitu baik. Aku tak mengerti ken-"

"Anak angkat?" Pria tua itu menyela ucapanku.

"Iya. Aku tahu bagaimana ayah begitu baik untuk menyelamatkanku dan merawatku seperti anaknya sendiri-"

"Kau fikir, aku membencimu hanya karena kau telah menerima Manik Hera milik putra mahkota?"

Aku diam. Mencoba mencerna pertanyaannya namun tetap tak mengerti. Kalau bukan itu, apalagi alasannya mau membunuhku di tengah hutan waktu itu?

"Pete. Nama itu akhirnya benar-benar diberikan Loyd pada anak kandungnya."









TBC

Hi! Ini Biy!🦔❤️

Happy reading bubbles! maaf ya up nya malem banget hhu, biy baru pulang camping terus tepar.

Look at this..

Suasana yang cukup enak buat nulis apalagi memasuki angst era🤸

But don't worry, i'm rooting for a happy ending, dear❤️

See you next chapter ya, jangan lupa jaga kesehatan bubbles!🦔❤️

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

2.3M 34.8K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1M 41K 65
Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba - tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi...
2.8M 301K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
7.2M 350K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...