He's My Queen (VegasPete)

Por biy_yourmamagula

410K 45.2K 3.1K

Antara melahirkan seorang putra mahkota atau mati, Pete Jakapan harus menentukan pilihannya secepat mungkin... Más

Prolog
First Encounter
Who are you? (21+)
Part of Your Memories
Glimpse of Us That You Forgot
A Story Never told
Little Puppy
The Next Crown Prince of Hera
Keep It or Get Rid of It
Miss Me?
The One and Only Bride
Why Me?
Keep Your Distance
Don't You Dare!
A Traitor
You'll Always Need Me
Call My Name (21+)
First Terror
Vegas's Weakness
Forgive Me
Forbidden
Diary
I Miss You, Vegas
Betrayal
Why, Phi Arm?
Misunderstanding (18+)
Another Truth
A Young Man
Poison
Deep Talk
Father's Secret
The Coronation
Maledictus
Sad Little Boy
The Unwanted Grandchild
The Day I Left You Alone
Broken Glass
The Beginning
A Tale of Two Best Friends
New Alliance
Pieces of Soul
Pieces of Soul II
Roses of War
The Upcoming Storm
Revenge
Your Majesty, Vegas del Hera
After The Storm
Vegas vs Venice
Venice's Little Secret
Del Hera's Crown Prince, Venice
About New Story

I'm Hungry

6.8K 666 45
Por biy_yourmamagula

-Author Pov-

Ruangan dengan nuansa perpaduan warna antara jingga dan nila kini dilingkupi dengan hangat dari terang bara api perapian yang membiaskan suasana. Nyalanya memang tak seberapa, namun cukup menyayat hati berkat iringan melodi isak tangis seorang wanita yang meratapi nasib sahabat karibnya. Honey--Ibu dari Porsche dan Chay, kini duduk di atas kursi berlapis bulu rubah yang lembut sambil memeluk erat Pete dalam dekapan. Tubuhnya bergetar dan nafasnya tak beraturan. Air matanya bahkan sudah membanjiri perpotongan leher jenjang milik Pete.

"Eli.. kenapa? kenapa semua orang begitu jahat pada Eli? astaga, anak baik itu. Kenapa Pete? kenapa? ibumu itu orang baik." Tak ada satu pun balasan yang dapat Pete lontarkan saat ini selain usapan pada punggung Honey. Meskipun hatinya tercabik-cabik, Pete masih dapat menahan kesedihannya karena ia tahu kalau ibunya kini masih hidup di istana. 

Honey melepas pelukannya dan segera menghapus kasar air mata yang membanjiri kedua pipi merona miliknya. "Sudah, begini saja. Aku tak peduli mau kamu sama seperti kami, manusia, iblis, malaikat, atau kurcaci sekalipun karena sekarang kamu adalah anakku. Sama seperti Porsche dan Chay, kamu harus memanggilku ibu dan aku akan merawatmu untuk menggantikan Eli." Kedua tangannya menangkup wajah Pete. 

"Anakku, anak manisku."

Luruh sudah air mata Pete. Ia merasa benar-benar beruntung untuk dilindungi orang-orang baik disini. Kenyataan itu sudah cukup untuk membuat Pete bersyukur dan menjadi lebih kuat untuk menghadapi berbagai kejahatan dan masalah yang tak henti-henti menimpanya silih berganti.

"Ibu.." Pete menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Honey. Sebuah pemandangan yang membuat Porsche dan Chay turut berbahagia dan bergabung dengan keduanya. 

"KALIAN BERPELUKAN TAK MENGAJAK AKU!!!!!" Gelegar suara yang memekakkan telinga seketika menginterupsi keempat insan yang semula diselimuti suasana haru. 

"Tankhun, berisik! tak usah berteriak seperti di hutan." Bukannya menanggapi Porsche, omega pria yang akrab dipanggil "Khun" itu justru mencebik kesal dan langsung duduk diantara Honey dan Pete. "Ibu sayang, aku rindu.." ujarnya manja sambil memeluk Honey. "Anak sulung ibu, kenapa baru berkunjung? hm?" Jawaban Honey secara otomatis membuat Porsce menarik Khun dengan kasar. "Enak saja! aku yang anak sulung ibu! sebenarnya ibu punya anak berapa? semua saja dianggap anak." Lagi-lagi, ocehan Porsche diabaikan.

Honey kembali memeluk Khun dengan sayang."Semua anak ibu. Porsche, Chay, Khun, Kinn, Kim, dan sekarang Pete." Khun tersadar akan satu hal dan segera menegakkan tubuhnya menatap sosok pria manis yang tersenyum kikuk di belakang Honey.

"Eh? siapa kau? kenapa tiba-tiba jadi anaknya ibu?"

Pete menundukkan kepalanya. Khun terlihat mengintimidasi dan membuat Pete merasa gugup saat ini. Hal itu tentu disadari oleh Porsche yang langsung memukul punggung Khun. "Jangan galak begitu! dia ini sahabatku! bahkan sebentar lagi akan jadi permaisuri--Istrinya Vegas." Khun menganga untuk beberapa saat sebelum akhirnya berdiri dan melompat girang seraya menabrakkan dirinya memeluk Pete erat. "AAAAA TERNYATA KAU ADIK IPARKU!!! PANTAS SAJA BENING!!! KENAPA MAU SAMA VEGAS?! DIA KAN GILA!!!" Pete merasa sesak dan menatap ke arah Porsche sebagai isyarat meminta tolong.

Porsche bangkit dan menarik Khun. "Kau mau membuatnya mati sesak nafas? kau lupa kalau dia sedang mengandung keponakanmu?" Seketika Khun menepuk keningnya lalu duduk berlutut diantara kedua kaki Pete sambil menggenggam kedua tangannya. "Kau tak apa, kan? maaf. Aku hanya terlalu senang karena akhirnya dapat berjumpa denganmu." 

Pete mengangguk lalu tersenyum. "Tak apa, tapi.. kenapa kau bisa tahu aku?" tanyanya.

Khun bangkit dan duduk disebelah Pete. Mengambil ancang-ancang genitnya saat akan bercerita. "Kinn itu adikku. Dia sudah cerita soal masalah Vegas dan dirimu pada keluarga kami.  Ya bagaimana pun, ini kan menyangkut masa depan kekaisaran, calon permaisuri, dan calon putra mahkota yang merupakan keluarga kami. Ah sudahlah, intinya aku sangat bahagia sekarang akan punya 3 keponakan sekaligus!"  Tatapannya kini beralih pada Chay. "Hey adik manisku, jangan murung begitu. Kim tak apa-apa, dia sedang disidang oleh ayahku, ayahmu dan Kinn. Tapi kamu tak perlu risau, mereka tak akan membiarkanmu menjadi janda muda." Kalimat itu sontak merekahkan kelegaan di wajah Chay yang tadi masih sesekali melamun.

"Kamu lihat? Sekarang Pete sudah diterima dengan baik disini. Aku janji akan menyayangi Pete sebagaimana aku menyayangi mereka semua El. Sebagai balasannya, kamu harus bahagia di atas sana, ya? sampaikan pada Loyd kalau aku menitipkanmu padanya." Honey bermonolog dalam hati sembari menghapus air mata yang kembali membasahi kedua pelupuk matanya. 

"Nah, kami bertiga kan sudah mau memberikanmu keponakan. Kau sendiri, kapan menemukan alpha-mu? tak bosan bermain-main terus?"

Pertanyaan Porsche membuat Khun bangkit sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Dengarkan aku ya, adik-adik manisku. Aku tak akan mencari alpha mana pun! aku akan menjadi omega suci yang tak tersentuh untuk selamanya. Aku tak mau jatuh ke pelukan hidung belang! aku hanya akan menjadi bibi yang cantik, gila, kaya dan royal milik keponakan-keponakanku. Kalian mengerti?!"

Semua orang di ruangan itu tertawa melihat ekspresi wajah Khun yang terlihat berapi-api seakan proklamasi kemerdaan tengah ia deklarasikan saat ini.

*****

Pete memejam kedua netra cantik miliknya. Merasakan sensasi menyengat pada setiap inci dari indera peraba di sekujur tubuh yang terendam genangan besar fluida cair. Terlalu nyaman hingga pria manis itu bahkan menganggap bahwa sebuah pemujaan tengah didedikasikan khusus untuknya.

Hidung bangir milik Pete terasa menggelitik dimanjakan oleh aroma bunga chrysanthemums dari arah tepian kolam bebatuan yang sengaja dibangun di area luar kamar tamu kastil keluarga Porsche. Terlebih, entah disengaja atau bukan, posisi tempat ini membuatnya langsung mendapatkan penerangan bulan yang menjadi satu-satunya sumber cahaya jangkauan pandang. Begitu efektif untuk menambah nilai estetika.

"Bless my eyes, berkat Dewi Bulan begitu melimpah hingga pemandangan cantik ini disuguhkan hanya untukku." Alunan suara dengan kesan dominansi cukup membuyarkan keheningan dan menghentak ringan tubuh menawan milik Pete hingga tercipta arus kecil yang merambat lurus menjauhi pusat pergerakan.

Pete yang mengakurkan tubuh bagian belakangnya pada dinding kolam, kini mengukir senyum saat sebuah punggung tangan mengusap satu pipinya dari arah belakang. Menambah kenyamanan hingga pria manis itu mengomandokan kepalanya untuk bergerak dengan arah yang berlawanan. "Good kitty." Pujian itu terdengar dengan kekehan kecil.

"Kamu baru pulang? padahal sudah larut. Kamu istirahat di istana saja." Pete berbalik untuk menatap ke arah pria alpha yang sedari tadi bersamanya--Vegas. "Tak mau. Kalau aku tak memaksakan untuk kemari, kamu akan berendam sendirian lalu lupa waktu." Jawaban itu diucapkannya seiringan dengan jatuh tergeletaknya helai demi helai pakaian yang ia tanggalkan.

Pemandangan itu sukses menciptakan semburat merah yang meledak di kedua pipi Pete. Membuat pria manis itu sadar bahwa setiap lekuk dan pola tubuh kekar milik Vegas dalam ingatannya belum juga cukup untuk memudarkan debar dan gelenyar aneh yang ia rasakan.

"Berkedip, sayang." Vegas kini sudah berada tepat di hadapan Pete. Membuyarkan lamunannya yang sedari tadi hanya melongo dengan mata berbinar. 

"Hah? k-kamu melantur! kenapa.. kenapa ikut turun?"

"Hm.. kenapa, ya? apa karena saat ini ada angsa cantik di dalam kolam dan aku tak tahan untuk menangkapnya? apalagi angsa itu seperti lapar ingin memakanku." Menengadahkan kepalanya, Vegas berpura-pura sedang berfikir. Sebuah sikap yang sengaja dilakukannya untuk mengejek Pete setelah ketahuan mengagumi tubuhnya tadi.

Tak ada lagi jawaban dari Pete. Pria manis itu justru menurunkan pandangannya pada fenomena pembiasan cahaya rembulan yang tak Vegas sadari karena sibuk menatap paras ayu sang pengantin. Bagaimana tidak? tetesan air dari helaian surai hitam Pete saat ini menambah rona merah di wajahnya. Cukup untuk menghipnotisnya hingga tiba-tiba saja ibu jari dan telunjuk tangan Pete menembus ikatan pastikel cair untuk mengapit satu jari milik Vegas. Adapun tarikan kecil yang dilakukannya, seakan menyampaikan bahwa pria manis itu ingin pria alpha di hadapannya untuk berjalan semakin mendekat.

Detik berikutnya setelah keterkejutan Vegas, pria alpha itu dengan tulus mengukir senyum hangat sambil beralih mencengkram kedua tangan Pete. Tak mau kalah untuk memberikan tarikan hingga tubuh bagian depan keduanya bertegur sapa.

"Main tarik seenaknya. Aku kan kaget!" Ranum merah muda Pete mengerucut sebal.

"Astaga! isn't it a crime to be this cute?" Sundulan pucuk hidung dari kedua adam itu diciptakan oleh sang putra mahkota.

"Rambut kamu masih kering. Kalau berendam itu semuanya harus basah." Mendengar omelan dari Pete, Vegas menempatkan satu tangan Pete pada rahang kiri miliknya. "Kalau begitu, temani aku membasahi rambutku, mau?" Tak menjawab, namun kedua tangan Pete secara otomatis membelit longgar leher milik pria alpha di hadapannya. Adapun Vegas, kedua tangan miliknya sudah sedari tadi asik menumpang pada pinggul Pete yang sedikit berisi.

Entah siapa yang memulai, jalinan raga Vegas dan Pete seketika sudah hilang saja dari permukaan setelah adanya dorongan ke arah dasar kolam. Saling mendamba hingga jalinan ranum kedua adam ini terasa sakti bersinergis dengan sensasi hangat dari genangan yang menenggelamkannya. Mencipta sensasi baru dari setiap lumatan yang tak memiliki makna adu rayu yang keruh. Baik Vegas maupun Pete, relung khusus dalam diri mereka sibuk saling menyatakan kasih.

Saat satu diantara mereka mulai kehabisan nafas, kedua adam itu melepaskan pagutannya dan kembali muncul ke permukaan. Deru nafas terengah-engah terdengar nyaring  dan mengundang Vegas untuk mengusap permukaan basah dari ranum mengkilap milik sang pengantin. "Sweet man of mine, i love you." Ungkapan itu diucapkan lirih saat kening keduanya saling berhimpit.

Pete memejamkan kedua matan dan tersenyum. "I'm looking forward to every summer with you in the future." Jawabnya tak kalah lembut.

"Apa? kenapa begitu? harusnya kan kamu jawab i love you too."

Oh, andai semua orang tahu betapa menggemaskannya ekspresi kesal Vegas saat ini.

"Hfft... susah bicara sama orang yang tak tahu makna kiasan."

Pete yang kesal pun memutar tubuhnya dan menjadikan dada bidang milik Vegas sebagai senderan yang kokoh. Memudahkan pria alpha itu untuk membubuhkan kecupan-kecupan kecil pada bahu sempit milik Pete.

"Memangnya maksud dari ucapan kamu tadi apa, sayang?"

"Rahasia. Suatu saat akan aku beritahu."

"Kapan?"

"Kapan saja semauku."

Vegas hanya bisa tersenyum menghadapi hormon kehamilan dari Pete yang seringkali membuat kondisi hatinya naik turun. 

"Aku bahagia. Dapat menyisihkan waktuku untuk istirahat bertiga seperti ini." 

"Berdua maksudmu?"

Vegas menggeleng. "Bertiga. Aku, kamu-" Telapak tangan kirinya memberikan usapan lembut pada perut buncit Pete. "Dan pangeran."

Tersipu malu? tentu. Bisa-bisa Pete mati muda karena gula darahnya yang melonjak naik kalau begini terus. Pria manis itu hanya bisa berdehem membersihkan tenggorokannya yang terasa kering untuk mengalihkan pembicaraan.

"Oh iya, ada yang ingin aku tanyakan."

"Hm?"

"Itu.."

"Apa, sayang? tanyakan saja" Vegas mengeratkan pelukan dari arah belakang.

"Sejak aku hamil, sering sekali tubuhku memberikan reaksi yang sama persis seperti malam itu. Saat aku meminum obat perangsang. Kamu ingat? saat aku menelfonmu tengah malam untuk datang, lalu selama 4 bulan saat kamu menghilang, bahkan kemarin.. saat aku hampir diperk-". 

"Kamu hampir apa Pete?"

"I-itu.. kemarin, saat kamu temukan aku dan Phi Arm-"

"Bajingan itu, dia-mau-perkosa-kamu?"

Pete menarik nafas dalam-dalam sebelum membuangnya. Ia berusaha untuk mengontrol ketakutannya. Toh, Pete tak bersalah saat ini. 

"Iya. Tapi dia menghentikannya karena aku memohon ampun padanya."

"Keparat itu, aku akan-"

"Vegas, it's over. Dia tak melakukan itu pada akhirnya, and that's the point. Waktu itu tubuhku bereaksi sangat aneh. Sudah aku bilang, itu sama seperti efek dari obat perangsang. Kamu harus mencoba mengontrol emosimu. Jangan selalu marah atas hal yang bukan kapasitasnya. Dengan begitu, hatimu tak akan membusuk karena terus menyimpan kebencian. Sampai sekarang aku masih tak sanggup untuk mengunjungi makamnya yang kamu bilang diurus Kinn. Jujur, aku masih takut. Tapi bagaimana pun, Phi Arm yang mengorbankan dirinya agar aku tak dibunuh saat itu."

 Sorot mata Vegas secara ajaib mulai menjadi teduh. Pria alpha yang dulu begitu keras kepala saat ini hanya mengangguk mengerti sambil memejamkan kedua mata. Kedua telapak tangan Pete pun ditempatkan untuk menangkup wajah tegas miliknya. "Maafkan aku. Kamu harus melalui semua bahaya dan masalah ini karena aku." Ujarnya tulus.

"Waah, kamu bisa meminta maaf juga rupanya?"

Vegas memeluk Pete dan menyenderkan punggung kekar miliknya ke tepian kolam. Suasana hangat yang tadi sempat terputus ketegangan pun kembali hidup. "Kamu tahu heat? itu masa birahi setiap omega dimana bercinta dengan seorang alpha merupakan obat terbaik yang dibutuhkannya." Pete mengangguk. "Apa yang kamu rasakan kemarin, itu adalah yang dirasakan oleh seorang omega heat. Alasannya sederhana, kamu manusia, tapi kamu mengandung seorang alpha. Energi antara kamu dan anak kita akan sedikit berbenturan. Itu sebabnya kamu akan selalu membutuhkan sentuhanku, sebagai alpha yang telah menanam benih dalam rahim milikmu."

"Kalau begitu enak di kamu!" Protes Pete.

"Bukan, sayang. Itu artinya, anak kita hanya ingin ayah dan ibunya semakin saling cinta."

 "Cinta kepalamu kotak! anak kita mesum sejak dalam kandungan kalau begitu ceritanya!"

Vegas mulai tertawa. Sebuah ekspresi diri yang belum pernah ia tunjukkan pada siapa pun selama hidup sebagai seorang putra mahkota. Inilah salah satu alasan baginya mencintai Pete--Pria cantik, yang tak perlu membuatnya berpura-pura menjadi orang lain saat bercengkrama. Selalu berhasil membuat Vegas merasakan perasaan magis dalam hatinya yang dingin.

"Vegas.."

"iya sayang?"

"..." Pete menggigit bibir bawahnya seakan ragu akan kalimat yang ingin diucapkannya.

"Mau apa, sayang? jangan digigit bibirnya yaampun, nanti berdarah." 

"Aku mau.."

"Hm???"

"Mau itu.."

"Apa, sayang?"

"Aku lapar, mau makan." Ujar Pete dengan suara sepelan mungkin, hampir terdengar seperti cicitan tikus.

1 detik.

2 detik.

3 detik.

Vegas mematung sebelum akhirnya gelak tawa yang lebih meriah dari sebelumnya pun pecah. 

"Ih, tuh kan. Kamu malah tertawa! tahu begitu aku tak akan bilang!"

"Astaga.. bukan begitu, sayang. Kamu lucu sekali, mau minta makan saja bicaranya sebegitu susah. Mau makan apa, sayang? biar aku bangunkan pelayan Porsche dulu. Mereka sepertinya ada di lantai bawah."

"Jangan!"

"Loh, tadi katanya mau makan."

"I-iya mau.. Tapi aku, a-aku.. aku mau kamu yang masak. Aku mau mie instan."

Siapa pun tolong beri bantuan nafas bagi Vegas. Pria alpha itu kini merasa sesak luar biasa setelah Pete memohon makanan dengan mata berkaca-kaca yang hampir menangis. 

"Sayang, aku kan tak bisa memasak. Lagipula aku tak tahu, mie instan itu apa?" 

Pete muram. Ia lupa kalau kekasihnya ini beda dunia dengannya. "Tapi, tapi kan aku mau kamu yang masak. Ah, bukan, ini kemauan anak kita! aku lagi mengidam ini! kalau kamu tak turuti, nanti putra mahkota di masa depan akan tumbuh dengan penuh air liur, kamu mau? tidak kan? terus, kamu itu sudah mengikuti aku 6 bulan lamanya, kamu bahkan belikan aku dessert box dan es krim kesukaan aku, masa kamu tak tahu mie instan itu apa?"

Cerocosan Pete menambah satu lagi alasan bagi Vegas untuk mati muda akibat serangan jantung. Apa Pete tak sadar kalau dia sudah melewati batas? Kalau kata Vegas, itu disebut cuteness overload.

"Baik, sayang. Aku akan masak untuk kamu. Tapi aku benar-benar tak tahu mie instan itu apa. Dulu aku belikan makanan-makanan itu hanya karena melihat kamu sering beli dan memakannya. Jadi, kalau kamu mau makan itu, kamu harus bimbing aku untuk bahan dan tahapannya. Tak apa?"

*****

Kalau saja Kekaisaran Hera sudah dilengkapi teknologi canggih seperti kamera, maka Pete rela mempertaruhkan hidup demi mengabadikan pemandangan di hadapannya. 

Bagaimana tidak?

Setelah Pete menyanggupi perkataan Vegas, pria alpha itu dengan sigap menggendong Pete keluar dari kolam dan mengeringkan tubuh keduanya sembari memakaikan pakaian tidur hangat yang sudah disediakan oleh Porsche. Begitulah, hingga akhirnya calon kaisar itu sekarang tengah bergelut dengan penerangan terbatas dari dapur utama kastil yang sudah sangat berantakan.

"Sayang, ini aku sudah selesai memotong adonannya memanjang. Seperti ini kah?"

"Not bad. You're doing great chef."

"Chef? apa itu?"

"Lupakan, bukan apa-apa. Kamu lama sekali, aku bisa tertidur kalau terus menunggu."

"Sabar ya, sayang."

"Jangan bicara padaku, bicara pada adik bayi."

"Baik.. anak ayah yang paling pintar, sabar ya sayang. Semangati ibu untuk menunggu sebentar lagi ya?"

Satu jam lebih berlalu, kedua kelopak mata monolid Pete sudah terasa semakin berat dan ucapannya mulai melantur selama menuntun aktivitas memasak yang Vegas lakukan. Tapi ia masih belum menyerah untuk menuruti ngidamnya.

"Sayang, sudah selesai. Tapi aku tak yakin, tampilannya tak meyakinkan."

Aroma mie dengan kuah sayur yang disajikan dalam sebuah mangkuk ini memang tak akan senikmat mie instan kesukaannya. Tapi entah mengapa, rasa kantuk yang menyerang Pete seketika saja hilang. Perutnya semakin keroncongan hingga kini bahkan saliva sudah memenuhi rongga mulutnya.

Suapan demi suapan Pete lakukan dengan lahap. Sukses untuk membuat Vegas meringis ngeri. 

"S-sayang, rasanya seperti apa? tampilannya saja begitu. Aku jadi khawatir."

"Mie nya bengkak, sayurannya keras, sup nya hambar dan amis telur." Pete berbicara tanpa menghentikan kunyahannya.

"Yaampun, sudah sayang jangan dimakan. Aku akan bangunkan pelayan saja ya untuk memasak ulang?" Vegas mencoba mengambil mangkuk mie yang sedang Pete makan. 

Plak.

"Ini punya aku! enak saja main ambil sembarangan!" Protes Pete merebut kembali mangkuk itu setelah memukul keras tangan Vegas hingga memerah.

"Tapi sayang-"

"Diam, aku lagi makan."

Vegas akhirnya menyerah dan percaya akan kemauan pengantinnya. Kembali terfikirkan tentang satu hal yang mengganjal dalam benaknya seharian ini, pria alpha itu kemudian duduk di samping Pete.

"Sayang, boleh aku bertanya?"

"..." Pete mengangguk sebagai jawaban.

"Soal pria muda yang kamu temui waktu itu, yang kamu bilang pekerja kebun dan memberimu buah nectarine beracun."

"Hm?"

"..." Vegas diam. Tatapannya begitu resah seakan banyak sekali beban fikiran yang dipikulnya.

"Vegas.. apa? kenapa sama dia?" Pete kembali bertanya sambil mengguncang bahu Vegas.

"Pria muda itu, namanya siapa?"

Pete menaruh sendoknya di dalam mangkuk. Mie buatan Vegas yang mengerikan itu rupanya telah habis disantap dan membuat pria manis itu begitu bahagia. Perut kenyang, hati pun riang, begitu moto hidupnya.

"Namanya Macau."

Jawaban Pete membuat Vegas kembali termenung. Kepalanya terasa dipukuli setelah dipenuhi oleh nama Macau, Macau dan Macau. Kebenaran dibalik identitas pemilik nama itu harus segera ia ketahui.





TBC!

Hi! Ini Biy!🦔❤️

Sepertinya chapter ini cukup panjang. Dari beberapa chapter di draft yang udah biy tulis, baru chapter ini yang selesai revisian. Tadinya mau biy keep, tapi gapapa kan kalau yang satu ini biy post sekarang? siapa tau ada yang nungguin :(

Btw, biy sedikit curhat

Biy lagi keliling tempat-tempat nongkrong di luar buat nulis cerita apalagi bagian krisis. Hari ini bahkan biy sengaja ngetik di outdoor dan ternyata sangat ngaruh. Inspirasinya jadi lancar😂

Next chapter harus sudah dikuatkan hatinya ya readers. Kita menuju konflik utama🤸

See you next chapter!🥰

Selamat istirahat, jaga kesehatan selalu, bubbles!🦔❤️

Seguir leyendo

También te gustarán

633K 62.9K 47
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
2.7M 39.5K 29
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
3.2M 25.1K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.8M 87K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...