Calista (My You)

By NeaYoz

80.9K 8.6K 797

Mature Content! Daren sangat membenci Calista dan putranya. Anak itu adalah anak hasil perselingkuhan Calista... More

Blurb
Prolog
Part 01
Part 02
Part 03
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 08
Part 09
Part 10
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 26

Part 11

2.4K 331 23
By NeaYoz

"Siapa Calista?"

Pertanyaan Maureen kembali membuat langkah Daren terhenti.

"Siapa wanita itu hingga kau tampak begitu mengkhawatirkan keadaannya?" lanjut Maureen yang kini sudah menempatkan dirinya dihadapan Daren.

Mulanya Daren hanya menatap Maureen dengan tajam, seulas senyuman sinis terbentuk dibibirnya. "Seseorang yang penting untukku," sahutnya sebelum melenggang pergi.

"Calista." Apakah dia wanita yang sama yang disebut Daren saat bercinta dengannya? Maureen mencoba mengingat nama itu, agar kelak ia tidak akan melupakan nama wanita yang begitu penting dihati calon suaminya itu. "Mari kita lihat seberapa kuat cinta yang kalian miliki saat Tuhan menakdirkanmu untuk menjadi milikku?" gumamnya dengan ambisi yang berkobar dikedua netranya.

***

Daren tiba di rumah tak lama kemudian, ia mengendarai mobilnya seperti orang tak waras. Karena sungguh kabar Calista yang sakit membuatnya khawatir. Ia takut sesuatu yang buruk menimpa wanita itu. Daren tidak ingin kembali kehilangan Calista. Sebenci apapun ia pada wanita itu saat ini, tetap saja tidak sebanding dengan perasaan cinta yang ia miliki untuk mantan kekasihnya itu.

"Mama kenapa sakit?" Suara Zain yang terdengar didalam sana seketika membuat Daren reflek menghentikan langkahnya, ia bergeming didepan pintu yang sedikit terbuka.

Dari tempatnya saat ini, ia melihat Calista yang sandaran pada ranjang, ditemani Zain yang duduk dikursi roda. Wajah wanita itu luar biasa pucatnya. Oh, apakah Calista sakit karena perlakuan kasarnya kemarin malam?

"Apa Mama sakit gara-gara Zain?" tanya bocah itu lagi.

Calista tersenyum lembut, ia mengusap wajah putranya yang terlihat sedih. "Tidak Sayang, Mama hanya kelelahan." Ia tidak bohong. Setelah dua minggu menunggui Zain dirumah sakit, nyatanya hal itu berhasil menguras seluruh tenaganya. Jadi tidak aneh jika kini kondisinya tiba-tiba drop.

"Mama pasti kelelahan karena mengurusi Zain," balas Zain dengan wajah murung.

Calista tersenyum seraya menggenggam jemari Zain untuk kemudian dikecupnya. "Tidak apa-apa Mama yang sakit, yang penting anak Mama sembuh."

Zain mencebik. "Tapi kan Zain jadi sedih lihat Mama sakit." Ia lalu menyapukan pandangannya kepenjuru ruangan, entah apa yang tengah ia cari, detik berikutnya matanya seketika melebar begitu mendapati keberadaan Daren di celah pintu. "Om?"

Calista mengikuti arah pandang sang putra, saat melihat Daren akan memasuki ruangan seketika ia bersikap waspada. Sungguh ia masih bisa mengingat jelas kejadian kemarin malam. Ia takut pria itu akan kembali berbuat kasar padanya.

"Om sudah pulang?" tanya Zain dengan ramah.

Daren yang sudah tiba didekat mereka hanya berdeham sebagai jawaban.

"Om tahu tidak, Mama Zain sakit? Badannya panas sekali, apa Zain boleh minta tolong sama Om?"

Seharusnya Daren mengabaikan bocah itu tapi yang ia lakukan justru menanggapi ucapannya. "Apa?" Demi kakek neneknya yang ada di Surga, ia kesal pada dirinya sendiri. "Katakan dengan cepat apa yang kau inginkan, aku tidak ada waktu!" sambungnya dengan tajam.

"Bisakah Om panggilkan dokter untuk memeriksa Mama Zain?" pinta bocah itu seraya menatap Daren penuh harap.

"Zain hentikan! Mama kan sudah bilang, kamu jangan khawatir nanti juga Mama akan sembuh dengan sendirinya," sungut Calista.

"Tapi kalau Zain sakit, Mama selalu bawa Zain kedokter. Lalu kenapa kalau Mama sakit Mama nggak mau dibawa kedokter? Apa Mama nggak punya uang?"

"Zain...."

"Dokter sedang dalam perjalanan kemari," timpal Daren yang langsung membungkam Calista.

"Benarkah? Apa Om yang sudah memanggilnya?" tanya Zain dengan wajah sumringah.

"Pelayan yang menelepon."

"Lalu biayanya bagaimana? Mama sepertinya tidak punya uang, uangnya sudah habis untuk berobat Zain waktu dirumah sakit." Zain nampak akan menangis, bocah itu benar-benar sedih memikirkan mereka sudah tidak lagi memiliki uang untuk membayar pengobatan sang mama.

Daren menarik napasnya sebelum membuangnya dengan kasar. "Untuk itu kamu tidak perlu khawatir, karena kalian tinggal dirumahku maka aku yang akan membiayai kalian."

Mendengar itu Zain langsung mengarahkan kursi rodanya kearah Daren dan sebelum Daren menyadari apa yang terjadi, bocah itu sudah mencium punggung tangannya.

"Terimakasih Om. Terimakasih sudah baik kepada kami."

Tindakan tiba-tiba bocah itu seketika membuat Daren membeku. Rasa hangat yang sulit ia jabarkan berhasil memenuhi dadanya.

"Zain janji nanti setelah Zain benar-benar sembuh Zain akan cari uang untuk membayar uang Om," ucap bocah itu.

"Zain...." Calista menatap sang putra dengan sendu, tanpa bisa ia cegah air mata menetes dari kedua netranya.

Dilain pihak, kata-kata penuh ketulusan bocah itu rupanya berhasil membuat Daren tersentuh. Ia sungguh tidak menyangka jika efek dari ucapan anak yang ia benci akan mempengaruhi perasaannya. Seharusnya tidak begini bukan?

"Aku tidak membutuhkan uang orang-orang miskin seperti kalian. Jadi jangan repot-repot memikirkan untuk mengembalikannya padaku!"

Usai mengatakan kalimat tajam itu, Daren bertolak dari ruangan. Ia kesal pada dirinya yang kerap merasa luluh tiap kali berhadapan dengan bocah itu. Tiba dikamarnya, Daren langsung membanting pintu. Duduk ditepian ranjang dengan napas memburu. Ia reflek mengusap wajahnya, seketika ia tertegun saat mendapati adanya jejak basah disana.

Air matanya.

Astaga sejak kapan ia mulai menangis? Apakah rasanya memang sesakit itu hingga air matanya mengalir dengan sendirinya? Padahal ia membawa mereka tinggal bersama bukan untuk membuatnya menjadi pria cengeng. Tapi mengapa tiap kali berhadapan dengan bocah itu ada sesak yang sulit sekali ia definisikan?

***

Malam harinya, Daren diam-diam memasuki kamar Zain dan Calista. Ia memastikan keduanya sudah tertidur sebelum memasuki ruangan itu. Tiba didekat ranjang, Daren tertegun saat melihat Calista merintih. Reflek ia menyentuh kening wanita itu yang terasa panas. Pelayannya bilang Calista sudah meminum obat yang dokter berikan tapi kenapa demamnya belum juga turun? Apakah obatnya tidak bekerja dengan baik?

Tanpa membuang waktu Daren segera mengambil air ke dapur untuk mengompres Calista. Dulu wanita itu pernah merawat dirinya yang demam dengan memberi kompresan pada keningnya, jadi kini Daren akan melakukan hal yang sama. Ia hanya tidak mau berhutang budi pada siapapun-apalagi pada wanita itu. Daren tak ingin ada satu saja kebaikan wanita itu yang membuatnya bimbang untuk membalaskan dendam.

Daren kembali dengan membawa mangkuk beling berukuran besar dan handuk kecil. Ia merendam handuk tersebut ke dalam wadah tersebut yang berisi air hangat, meremasnya hingga airnya berjatuhan kedalam wadah sebelum menaruhnya kekening Calista.

"Apa kau seperti ini gara-gara aku?" gumamnya seraya mengusap rambut Calista yang basah oleh keringat. "Ini belum seberapa Cal, karena luka yang kau tinggal disini itu jauh lebih sakit dari apa yang sanggup ku lakukan padamu." Senyuman miris terulas dibibir senada dengan tatapannya yang berubah sendu. "Kau curang Cal, kau membuatku merasa bersalah atas apa terjadi padamu saat ini." Ia lalu menarik napasnya dengan dalam, seakan beban berat sedang menimpa dadanya.

Tiba-tiba ia terkesiap oleh suara Zain yang melindur. Dengan reflek ia menoleh kearah bocah itu yang tertidur disamping Calista. Untuk sesaat ia tertegun memandangi wajah lelap bocah itu yang nampak lucu. Anak itu memiliki mata yang sangat mirip dengan Calista. Mungkin itu sebabnya ia tidak pernah bisa marah pada bocah itu, karena setiap kali bocah itu menatapnya akan selalu mengingatkannya pada Calista. Tapi anehnya Daren merasa anak itu juga sedikit mirip dengannya, terutama dibagian bibir dan hidung. Tapi itu jelas tidak mungkin, bukan? Lagipula mana bisa hal itu terjadi mengingat Zain bukanlah darah dagingnya. Mungkin Daren hanya terlalu terbawa perasaan karena interaksi mereka beberapa hari ini.

Tbc

Cerita ini sudah hadir versi lengkapnya dalam bentuk pdf. Untuk info pemesanan bisa hubungi nomer whatsapp 085724884402

Selain itu, cerita Calista juga akan segera hadir versi cetaknya, bagi teman² yg ingin memeluk kisah mereka dalam bentuk buku udah mulai bisa pesan ya bukunya🤗

Fyi, Cerita ini akan tetap di tamatkan di wattpad, jdi temen² jangan khawatir ya, kalian tetap bisa nikmatin cerita ini secara gratis🙏😉

Love
Neayoz😘

Continue Reading

You'll Also Like

36.8K 2K 18
Sekalipun kau berlari aku akan mengejarmu, sekalipun kau sembunyi aku akan menemukanmu, apapun yang terjadi kamu milikku.... RUNAWAY
10.8K 988 15
Gween Calista, harus rela mengorbankan kehormatannya demi biaya pengobatan Geisya Putri, sang adik yang terbaring koma di rumah sakit. Perempuan itu...
2.5M 37.4K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.9M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...