Calista (My You)

By NeaYoz

80.9K 8.6K 797

Mature Content! Daren sangat membenci Calista dan putranya. Anak itu adalah anak hasil perselingkuhan Calista... More

Blurb
Prolog
Part 01
Part 02
Part 03
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 08
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 26

Part 09

2.4K 376 32
By NeaYoz

Satu minggu berlalu, Zain dinyatakan sembuh dan sudah diperbolehkan pulang. Calista berniat menggunakan sisa tabungannya untuk menyewa mobil. Ia membutuhkan kendaraan untuk mengantar mereka pulang ke Cirebon mengingat hingga detik ini Nurul masih berada dibalik jeruji dan Faldo juga tidak ada kabar beritanya. Pria itu tidak pernah lagi membalas pesannya sejak kedatangannya waktu itu.

"Apa Tante Nurul akan menjemput kita, Ma?" tanya Zain pada Calista yang sedang berkemas.

"Tidak Sayang, Tante Nurul masih sibuk," sahut Calista, ia sengaja menutupi kebenaran mengenai Nurul pada Zain lantaran tak ingin membuat sang putra merasa sedih.

"Lalu Papa Faldo?"

"Papa Faldo juga sibuk."

"Memangnya Mama sudah menghubungi papa Faldo?" tanya Zain lagi.

Calista menghentikan aktifitasnya sebelum menatap sang putra. "Zain bisa tidak berhenti bertanya tentang papa Faldo?"

"Kenapa memangnya, Ma? Apa Zain salah bicara?" Zain terlihat akan menangis.

Calista mengerjap, seketika ia menyesal telah meninggikan suaranya pada sang putra. Ia hanya sedang merasa gusar, bingung pada nasib mereka selanjutnya tanpa adanya Nurul dan Faldo yang membantu mereka.

Calista menghela napasnya sejenak, lalu menggenggam kedua sisi wajah sang putra. "Zain, maafin Mama ya. Zain nggak salah kok, hanya saja Mama sedang banyak pikiran akhir-akhir ini."

Zain menyentuh pipi Calista. "Maafin Zain ya Ma, seharusnya Zain nggak buat Mama terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan Zain. Seharusnya Zain nggak jadi anak yang cerewet."

Calista tersenyum haru, mengecup kening putranya sejenak sebelum membawanya kepelukan.

"Zain sayang Mama."

"Mama juga sayang Zain."

Tak lama dari itu, pintu ruangan diketuk. Calista mulanya berpikir yang datang adalah Faldo. Pria itu mungkin baru membaca pesan darinya perihal jadwal kepulangan Zain dihari ini. Tapi begitu menemukan pria lain dibalik pintu yang ia buka, Calista seketika dilanda kecewa. Ia menatap dua pria dihadapannya dengan penuh tanya.

"Maaf Nyonya, kami ditugaskan untuk membawa Anda dan putra Anda oleh Tuan Daren," ucap salah seorang dari dua pria itu.

Mata Calista melebar terkejut. "Daren? Atas dasar apa dia meminta kalian untuk membawa kami?"

"Mengenai itu Anda bisa tanyakan langsung pada bos kami. Kami hanya menjalankan tugas untuk membawa Anda berdua bersama kami."

"Tapi...."

Ucapan Calista terputus saat salah satu dari mereka menerobos masuk, memindahkan Zain ke kursi roda tanpa persetujuan darinya.

"Tunggu dulu, kalian tidak bisa seenaknya seperti ini!" ujar Calista sembari menahan pria yang mendorong kursi roda Zain.

"Maaf Nyonya, kami hanya sedang bertugas. Jadi mohon kerja samanya, jangan sampai kami melakukan kekerasan terhadap Anda," balas pria itu dengan raut yang mengancam.

"Lakukan saja kalau begitu, maka akan ku laporkan kalian atas tindakan kekerasan dan percobaan penculikan," ancam Calista dengan mata menyala-nyala. Ia berusaha terlihat berani dihadapan pria-pria itu agar mereka tidak berpikir dirinya mudah ditindas.

Kedua pria itu saling melempar pandang. Calista baru saja merasa dirinya akan memenangkan perdebatan itu ketika Daren muncul ditengah mereka.

"Coba saja kau laporkan kami, itu pun jika kau berhasil melakukannya!" ujar Daren yang kini sudah berada dihadapan Calista. Ia memberi isyarat lewat tatapan pada anak buahnya. Seolah mengerti maksud Daren, kedua pria pun pergi dengan membawa Zain bersama mereka.

"Tunggu, kalian mau membawa putraku kemana?" tanya Calista dengan panik.

"Mama tolong Zain, Ma."

Suara Zain yang ketakutan mendorong Calista untuk mengejar ketiganya, tapi baru satu langkah dihela Daren menangkap lengannya.

"Daren lepaskan!" Calista meronta, ia masih berniat mengejar kepergian pria-pria itu. "Berhenti kalian! Lepaskan putraku," serunya pada pria-pria itu yang kini sudah melangkah jauh.

"Hentikan!" sentak Daren. "Kau tidak perlu mencemaskan putramu karena mereka tidak akan menyakitinya tanpa perintah dariku!"

Calista tercengang, menatap Daren dengan frustasi. "Sebenarnya apa yang kau rencanakan kepada kami?"

Daren terdiam, hanya menatap Calista dengan tajam. "Kau tidak lupa kan, putramu berhutang nyawa padaku? Jika bukan karena aku yang membantu membayar op...."

"Beri aku waktu untuk mengembalikan uangmu. A-aku berjanji, aku akan mengembalikannya secepatnya."

Calista menunduk dengan sepasang jemari yang saling meremas. Waktu itu Faldo berjanji akan mengganti uang Daren, Calista hanya perlu menghubungi pria itu kembali maka urusannya dengan Daren selesai. Ya seharusnya seperti itu bukan? Tapi bagaimana caranya meminta tolong kepada Faldo mengingat sekarang saja mantan suaminya itu sulit ia hubungi?

Daren mendengkus dengan nada yang tidak lebih dari ejekan. "Uang segitu bahkan tidak ada nilainya untukku."

Ya, Calista tahu itu. Tapi kan tidak ada salahnya, mengharapkan Daren mau melepaskan mereka dengan mengembalikan uang yang sudah pria itu keluarkan.

"Lalu dengan cara apa aku bisa membayarnya?" tanya Calista, dengan mengumpulkan keberanian yang tidak seberapa ia membalas tatapan Daren.

"Ikutlah denganku, maka akan ku beritahu cara lain untuk mengembalikan uangku."

***

Disinilah Calista berada saat ini, didalam perjalanan menuju tempat yang tidak ia ketahui. Sejak berangkat dari rumah sakit Daren tidak lagi mengatakan apapun padanya kendati saat ini pria itu berada dimobil yang sama dengannya.

"Ma bagaimana mereka membangun gedung-gedung tinggi itu? Apakah mereka dibantu oleh spiderman?"

Pertanyaan Zain mengembalikan fokus Calista, selama dalam perjalanan putranya itu memang tidak pernah berhenti berceloteh. Calista maklum mengingat selama ini Zain tinggal dikota kecil-dimana tidak ada gedung-gedung pencakar langit seperti di ibu kota. Namun Calista khawatir celotehan Zain mengganggu Daren yang sejak tadi selalu sibuk dengan ponselnya. Sepertinya pria itu sedang sibuk membalas satu persatu email yang masuk, sesekali ia juga akan berbicara ditelepon mengenai pekerjaan.

"Spiderman itu hanya tokoh fiktif Zain, kan sudah sering Mama bilang kalau di dunia nyata spiderman itu tidak ada," sahut Calista dengan sabar sesaat setelah ia melirik Daren yang duduk diseberang mereka.

"Lalu bagaimana caranya mereka membuat gedung setinggi langit? Apa mereka punya kekuatan untuk terbang?" tanya Zain lagi sembari menatap gedung-gedung yang mereka lalui dengan takjub.

"Itu namanya teknologi, di jaman modern seperti sekarang kau dapat melakukan apapun dengan bantuan teknologi." Daren menimbrung.

Sikap Daren yang tanpa diduga-duga itu reflek membuat Calista terbungkam, ia bahkan menduga pendengarannya bermasalah.

"Benarkah?" Zain menolehkan wajahnya, mata bulatnya kini menatap Daren dengan berbinar-binar-seakan jawaban itu membuatnya tertarik. "Lalu apakah dengan teknologi kita bisa terbang seperti burung?"

"Zain...." Calista merangkul bahu putranya, bermaksud agar sang putra berhenti bertanya. Daren pasti takan suka meladeni imajinasi Zain yang terlalu tinggi.

"Tentu saja, kau bisa terbang dengan adanya teknologi," jawab Daren dengan ekspresinya yang datar.

Jawaban pria itu sekali lagi membuat Calista tercengang, hingga ia tidak bisa berkata-kata.

"Om pernah terbang?"

"Zain, sudah!" Calista membekap mulut Zain. "Maaf, Zain memang anak yang selalu ingin tahu. Kau bisa abaikan jika kau tak suka," ucapnya pada Daren.

"Pernah ... dan Mamamu juga," jawab Daren, mengabaikan ucapan Calista.

Calista tertegun atas jawaban Daren, kata-kata pria itu membuatnya mengingat masa lalu mereka. Ia menyadari Daren tengah membahas perihal olahraga paralayang yang dulu sering mereka lakukan. Tanpa bisa ia cegah, kenangan lama itu berhasil menyakiti hatinya. Dengan perasan yang pedih ia menatap Daren yang juga kini menatap kearahnya dengan sorot mata tidak terbaca.

"Benar Ma? Kenapa Mama tidak mengajak Zain terbang juga?" Zain mencebikan bibirnya, merajuk.

"Itu kan dulu, waktu Zain belum lahir." Calista mencoba tersenyum sembari memalingkan wajahnya.

"Kalau begitu kapan Mama akan ajak Zain kesana?"

Calista menghela napas pelan. "Nanti ya, kan Zain juga baru sembuh."

"Tapi Mama janji ya, nanti kalau Zain sudah sembuh benar Mama akan ajak Zain terbang juga." Zain menyodorkan kelingkingnya.

Daren tercenung memperhatikan, tanpa sadar sikap Zain mengingatkannya pada dirinya sewaktu kecil. Kata Adara-sang mama-dulu ia juga begitu cerewet hingga sering membuat kewalahan orang rumah dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaannya.

Lantas apa hubungannya anak itu denganmu hingga kau menyangkut-pautkan sikapnya dengan sikapmu dimasa kecil dulu?

Sebuah suara didalam kepalanya berhasil mengentak kesadaran Daren. Ya, Zain tidak ada hubungan dengannya. Bisa-bisanya ia berpikir mereka memiliki kesamaan. Sudah cukup ia bermurah hati dengan terus menanggapi celotehan bocah itu.

Siapapun tolong ingatkan Daren jika bocah itu adalah musuhnya.

"Teruslah bermimpi, karena kalian tidak akan kemana-mana tanpa seijin dariku," ujar Daren dengan nada dingin, tatapannya bahkan sudah kembali menajam seperti biasanya.

"Apakah Om ingin ikut juga?" Zain bertanya dengan polosnya, tanpa menyadari jika situasi sudah kembali berubah. Daren kembali membangun tembok dinginnya pada mereka. "Tenang saja, Om nanti diajak kok. Iya kan Ma?"

Daren membuka tutup mulutnya, amarahnya kembali menguap ketika mata bulat itu menatapnya dengan binar kebahagiaan. Seakan percuma saja memasang raut seram jika bocah itu tidak ada takutnya. Ia reflek menoleh pada Calista yang seperti tengah menahan senyum, apakah saat ini ia sedang ditertawakan?

Dasar bocah sialan!

Sepertinya ia harus memikirkan cara lain untuk membuat bocah itu takut padanya.

***

Tbc

Semoga suka dg part ini 😉

Love

Neayoz😘

Continue Reading

You'll Also Like

17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1.4M 174K 116
[16+] FINISHED. Gimana jadinya kalau Vio, remaja yang membutuhkan uang untuk bayaran sekolahnya, bekerja sebagai babysitter yang mengurus 5 anak laki...
36.8K 2K 18
Sekalipun kau berlari aku akan mengejarmu, sekalipun kau sembunyi aku akan menemukanmu, apapun yang terjadi kamu milikku.... RUNAWAY
48.8K 1.3K 5
Satu hari sebelum hari pernikahan, Ryan meninggalkan surat pembatalan penikahan untuk Dira. Merasa marah dan frustrasi, Dira ingin bunuh diri. Karena...