Terima kasih kak testimoni realnya🥰
Yang udah order, yuk repeat order, yg belum wajib coba 🥰 sudah ada izin di kemasannya ya
💕Shopee/ig : mowteaslim
💕 WhatsApp : 0896032104731
_________________
Playlist ⏯️ Kembang Perawan (Gita Gutawa)
_________________
[ WARNING 18+ ]
*Kategori 18+ wattpad dan versi Karyakarsa/pdf beda ya. VERSI KARYAKARSA/PDF TIDAK DIPUBLISH SI WATTPAD
__________________
"Gadis yang Om Gatra sayang mungkin milih pergi dan menghilang,"
Gatra terdiam menunggu kalimat Kana selanjutnya. Manik mata gadis di bawahnya tampak penuh harap. Entah kapan Gatra melihat Kana tanpa harapan, rasanya tidak pernah.
Seperti yang ia katakan, Kana selalu punya sisi positif di setiap kejadian negatif yang ia alami. Dan tak semua manusia bisa bijaksana sepertinya.
"...tapi gadis yang sayang sama Om Gatra, empat tahun bertahan walaupun rasanya bersanding sama Om itu cuma angan-angan."
Bagaimana mungkin Kana mengutarakan hal itu dengan senyum tipisnya? Sementara tanpa gadis itu sadari jantung Gatra berdegup kencang di sana. Matanya sedikit terbelalak menyadari baru saja istrinya mengungkapkan fakta.
"Siapa gadis yang sayang saya selama empat tahun?" Tanya Gatra mengulang ucapan istrinya barusan.
Kana menutup wajahnya malu. Bayangkan saja, sekarang posisinya masih berada di bawah kungkungan tubuh besar Gatra.
"Jawab dong, Ibu," Goda Gatra yang jiwa usilnya mulai bergejolak melihat istrinya justru menutup wajah. "Siapa hmm?"
"Ini, Om," Ucap Kana tanpa berani membuka telapak tangannya yang menutup wajahnya sendiri. "Gadis yang Om tindih sekarang yang sayang sama Om Gatra."
Deg.
Entah mengapa mendengar Kana mengutarakannya secara langsung membuat hati Gatra berdesir hebat. Desiran yang dulu pernah ia rasakan kini muncul kembali hanya dengan pengakuan istrinya.
"Kamu?" Tanya Gatra. "Punya rasa sama saya selama itu?"
Kana membuka telapak tangannya oelan dan mengangguk, "Iya, Om," Jawabnya. "Makanya dulu aku sering nguping Om Gatra kalo ngaji suaranya enak, sampe sekarang malah ngajarin aku ngaji, ya Allah mimpi apa aku?"
Dari sorot matanya yang sedekat ini dengan Gatra, gadis itu tampak bahagia mencerita betapa antusiasnya dia setiap bertemu cinta pertamanya setelah Pak Sadiman.
"Apalagi kalo udah ngadep Ayah, ya ampun gagahnya bikin meleleh. Walopun galak, tapi anehnya malah aku makin tertantang," Ucapnya lagi mengingat-ingat masa itu. "Kalo dulu, dari jauh liat Om Gatra aja udah degdegan banget, apalagi sekarang ditindih gini...?"
Kana berusaha menggeliat agar Gatra melepaskannya. "Masa ngobrolnya begini sih, Om? Nggak pewe tau."
"Biar begini, nanti kamu kabur," Jawab Gatra yang sadar posisinya masih berada di atas Kana.
Kana berdecak sebal. Baiklah, itung-itung menghirup aroma harum tubuh Gatra yang dari dulu ia sukai. "Om wangi banget," Ucapnya berusaha mengganti topik pembicaraan.
"Kana," Panggil Gatra yang masih menatap dirinya meskipun Kana berusaha membuang tatapannya sendiri. "Kenapa nggak bilang?"
"Bilang ke siapa, Om?" Tanya Kana, "Bilang ke Ayah? Big no! Yang ada malah Om Gatra nanti jadi rekening."
Alis Gatra terangkat, "Jadi rekening?"
"Iya, Om Gatra dimutasi gara-gara ayah dapet ajudan baru," Ledek Kana. "Ayah pasti ketar-ketir kalo tau putri semata wayangnya ngincer Mas ajudan ganteng ini."
Gatra menggeleng, "Bukan bilang ke Ayah, tapi bilang ke saya, Kana."
Mendengar itu justru membuat Kana tertawa, "Ya masa aku nggak ada angin nggak ada ujan ngungkapin perasaan gitu? Yang ada makin-makin deh Om Gatra nganggep aku cuma bocil kemaren sore," Ucap Kana. "Aku simpen perasaan itu sendiri aja, Om. Nggak sendiri deh, beberapa temenku tau."
Ah, Kana benar. Kalau saat Kana duduk di bangku SMP dan mengungkapkan perasaannya, yang ada Gatra justru meledeknya mati-matian.
"Emang kalo misal pas aku lulus SMA kemarin aku ungkapin, Om Gatra mau sama aku?" Tanya Kana pelan. Takut-takut mendengar jawaban Gatra yang mungkin akan mengecewakan.
"Kenapa enggak?" Tanya Gatra.
"Heh?" Sontak Kana berani mendongak menatap tepat di netra suaminya. "Tanpa ada kejadian semua ini loh."
"Iya, he-em, saya mau," Ucap Gatra di luar ekspektasi Kana. "Tapi..."
Tapi? Ah, Kana sudah menduga, tidak mungkin Gatra bersedia menerima cintanya. Setelah menikahpun Gatra belum memiliki perasaan apa-apa untuk Kana. Haruskah ia berharap lebih?
"Asal kamu bersedia saya nikahi setelahnya dan Ayah Ibumu setuju ya langsung saya bawa Mak sama Nilam ke rumahmu. Minta kamu baik-baik ke Ayah Ibu buat jadi istri saya."
Sorot mata Kana berubah haru. Pandangannya pada pria yang menyebalkan berubah total. Pria dengan kharismanya ini sekarang sedang menunjukkan kesungguhannya memperistri seorang Kana.
"Tapi kenapa, Om?" Tanya Kana bingung.
"Saya nggak mau janjiin kamu hubungan yang nggak jelas, Kana. Saya nggak mau ngulangin masa lalu saya." Tuturnya. "Kamu bener, perempuan butuh kepastian. Kalo kamu siap saya nikahi ya lebih baik. Tapi waktu itu keliatannya nggak mungkin buat saya sama kamu jadi kita."
"Kamu harus fokus sama mimpimu dan saya fokus sama mimpi saya. Masih ada yang harus diraih di sana, dan rasanya nggak gampang minta anak gadis jadi istri saya di usia semuda ini di hadapan Pak Sadiman, komandan saya pula."
Kana berdecak, "Terus, perasaan Om Gatra gimana? Aku cinta sendiri berarti?"
Skak.
Gatra tak bisa menjawabnya. Memang benar kalau dirinya bodoh sekali perihal percintaan, bahkan dengan menyadari perasaannya sendiri saja sulit.
"Yaudah misi, Om! Lepasiiiin," Gerutu Kana meminta dilepaskan saat mengetahui Gatra tak mampu membalasnya.
"Cium dulu kaya tadi," Goda Gatra yang mulai berani.
Kana menaikkan satu alisnya, "Apanya yang dicium?"
Gatra menunjuk bibirnya sendiri, "Bibir saya."
"Oh kirain yang lainnya, Om." Gadis kurang ajar itu menaik turunkan alisnya menggoda perjaka macam Gatra. "Bercanda, Om, sadis amat ngeliriknya."
Bibir pria itu berdecak. "Kamu mesumin anak perjaka terus. Udah, cepet! Mau saya pindah posisi nggak?"
Tiba-tiba Kana berubah pikiran. "Enggak jadi deh. Aku suka Om Gatra di atasku gini. Apalagi nggak ada jarak." Lagi, gadis itu lagi-lagi menggoda Gatra tanpa memikirkan dampak kedepannya.
Lengan Kana terangkat lagi untuk mengalungi leher suaminya itu. Biar saja Gatra pegal menahan beban tubuhnya sendiri agar tak menindihi Kana begitu saja.
"Om besok minta maaf sama Om Patra ya?" Pintanya pelan. "Kalian itu 'kan udah kaya Upin Ipin, nempel terus."
Gatra menggeleng, "Masalahnya udah kelar kok. Ibu negara nggak usah pusing."
Kana meringis pada panggilan 'ibu negara' dari sang suami. "Kerasa nggak jantung aku deg-degan?" Tanyanya pada Gatra. "Walopun aku udah di-unboxing sebagian sama Om Gatra, tapi kok masih degdegan ya?" Bisiknya pelan.
Gadis itu terkikik geli sendiri melihat ekspresi Gatra di atasnya, "Oh iya, aku 'kan kembang perawan yang baru ngerasain jatuh cinta dan beruntung nya malah berjodoh sama cinta pertamaku. Gausah malu gitu kali ekspresinya," Ledek Kana.
"Saya kadang mikir, kamu ini anak siapa..." Ledek Gatra balik pada istrinya. "Sepengetahuan saya, Pak Sadiman berwibawa, mediang Bu Hapsari lembut anggun, kenapa anaknya mesum?"
Kening gadis itu mengerut bingung, "Astaghfirullah!" Protesnya pada Gatra. "Aku juga nggak percaya Om Gatra sama Om Patra sahabatan dari orok, sifatnya berbanding terbalik, kok bisa tahan kalo nggak sefrekuensi?" Balas Kana balik.
Cup!
Gatra mengecup bibir istrinya cepat, membuat Kana terdiam seketika, "Hukuman karena yang disebut Patra. Dilarang nyebut nama itu malam ini."
"Idihhh!" Pekik Kana sebelum tertawa. "Om Patra, Om Patra, Om Patra, Om Patra..." Panggilnya berkali-kali menggoda suaminya itu.
Gatra terdiam dengan mata yang menatap sengit ke arah istrinya.
"Cie diem, pasti bingung mikirin hukumannya apa," Ledek Kana lagi tanpa rasa takut sama sekali. "Hukuman cium buat manggil satu kali, kalo berkali-kali hukumannya bikin bayi kali ya?"
Astaga benar-benar mulut Kana selalu berhasil menggoda Gatra agar hanyut salah tingkah dalam setiap kalimatnya barusan.
"Allah," Gumam Gatra, "Heran, ini anak kemaren sore pinter banget godain saya," Ujar Gatra. "Jangan salah, saya laki, lebih liar pikirannya dari kamu, Kana."
"Begitu kah?" Goda Kana lagi sembari tersenyum tidak percaya. Buktinya selama pernikahan Gatra tak melanjutkan adegan unboxing sebagian yang tertunda lagi 'kan?
Gatra mengangguk, "Mau tau apa efeknya kamu godain kayak tadi?" Bisik pria itu pelan.
Tentu, Kana penasaran sekali. Selama ini ia menggoda dan menjahili Gatra perkara 'ranjang' ternyata memiliki efek sebesar seperti apa?
"Sini tanganmu," Ujar Gatra pelan. Perlahan menarik lembut tangan Kana dan mengecupnya sekilas sembari menahan geli kala menatap kebingungan di wajah istrinya itu.
"Ma—mau diapain, Om?" Tanya Kana yang mulai gugup.
Gatra menuntun tangan istrinya untuk bergerak ke bawah. Terus menuruni dada Gatra, hingga jemari lentik sang istri berhenti di pusat tubuh pria itu. Sesuatu yang Kana raba itu terasa menonjol dan keras.
"O...Om?" Gumam Kana terkejut dengan apa yang ia raba saat ini. "I—ini?"
Gatra mengangguk dan tersenyum puas, "Tanpa kamu goda pun dia bisa ereksi, apalagi kalo kamu godain terus."
[ D A R A A J U D A N ]
"Sesungguhnya tipu daya (godaan) kalian wahai para wanita begitu besar” (QS. Yusuf: 28).
Wayooo Kana langsung speechless wkwkw
abis ini ada adegan apa ya? Hehe baca duluan di Karyakarsa/pdf. Baca chapter 18+ hanya tersedia di Karyakarsa/pdf ya
💕 Karyakarsa = fridayukht
💕 WhatsApp = 0896032104731
💕 Instagram = fridaywattpad