Dara Ajudan

By friday-ukht

2.3M 269K 15.6K

[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Ayo pengajuan," Suara berat itu berhasil membuat... More

• T R A I L E R •
• D I S C L A I M E R •
• S O U N D T R A C K •
Prolog
1 | Perkara Umur
2 | Menjaga Wudhu
3 | Transaksi
4 | Nilam
5 | Guci Jerman
6 | Kesayangan Ayah
7 | Kana dan Ponsel Gatra
8 | Boneka Beruang Loreng
9 | Kembar Beda Ibu
10 | Merasa Indah
11 | Empat Serangkai
12 | Setia pada Ajudan
13 | Langkahi Mayatku
14 | Bentuk Perhatian
15 | Kata Gatra, Kana Cantik
16 | Prioritaskan Kana
17 | Perjodohan
18 | Konsekuensi Istri Prajurit
19 | Calon Suami
20 | Galaknya Gatra
21 | Pengumuman Kelulusan
22 | Sebuah Syarat
23 | Pikirkan dengan Hati
24 | Persiapan Ujian
25 | Perkara Kontak Kana
26 | Misi Rahasia Kita
27 | Goyahnya Iman (18+)
28 | Nomor Tidak Penting
29 | Mahramnya Gatra
30 | Meredam Kekecewaan
31 | Penghormatan Terakhir
32 | Belum Siap Kehilangan
33 | Kasih Tak Sampai
34 | Ibu yang Malang
35 | Selamat Bertugas, Om!
36 | Menjenguk Ayah
37 | Gatra yang Merindu
38 | Tak Mungkin Menghilang
39 | Mengakhiri Hidup
40 | Pengajuan
41 | Keseriusan Gatra
42 | Siap Ditinggal
43 | Menghadap Pusara
44 | Nikah Siri
45 | Pedang Pora
46 | Ijab Kabul
47 | Sebuah Sentuhan
48 | Malam Pertama
49 | Tentang Gatra
50 | Pria Berseragam
51 | Dia Imamku
52 | Mahasiswa Baru
53 | Mimpi Basah
54 | Basah-basahan
55 | Bukan Titisan Dewa
56 | Kedatangan Tamu (A)
56 | Kedatangan Tamu (B)
57 | Unjuk Rasa
58 | Walinya Kana
59 | Pengakuan (A)
59 | Pengakuan (B)
60 | Pelacurnya Gatra (18+)
61 | Jiwa yang Sakinah (18+)
62 | Kado Indah Pernikahan
63 | Hamil Duluan
64 | Cemburunya Gatra
65 | Mencari Pelarian (A)
65 | Mencari Pelarian (B)
66 | Bukan Pahlawan
67A | Mandi Ternikmat
67B | Mandi Ternikmat (18+)
Bonus | Seksualitas Gatra
68 | Servis untuk Suami
69A | Alamat Tidak Lengkap
69B | Alamat Tidak Lengkap
70 | Dia Istriku
71A | Mak Samil
71B | Mak Samil
72 | Cucu Mak Samil
73 | Anak Ayah
74A | Muhasabah Cinta
74B | Muhasabah Cinta
75A | Gatra dan Modal Dustanya
75B | Gatra dan Modal Dustanya
76 | Dunia itu Adil
77A | Seperti yang Kau Minta
77B | Seperti yang Kau Minta
78A | Jenguk Bayi (18+)
78B | Jenguk Bayi (18+)
79A | Mertua Tak Selalu Sama
79B | Mertua Tak Selalu Sama
80 | Istri yang Pemberani
81A | Kencan
81B | Kencan
82 | Bakpia Jogja
83 | Antara Mertua dan Menantu
84A | Bukti CCTV
84B | Bukti CCTV
85AB | Terbakar Panasnya Realita (18+)
86 | Arti Kehadiran Bayi
87 | Perkara Sayang
88A | Tak Pantas Menyakiti
88B | Tak Pantas Menyakiti
89A | Tertawan Hati
89B | Tertawan Hati
90A | Landasan Perasaan
90B | Landasan Perasaan
91A | Kembang Perawan
92A | Tisu Magic
92B | Tisu Magic
93AE | Malam Zafaf (18+)
94 | Efek Kawin
95A | Rahasia cinta
95B | Rahasia Cinta
96AB | Study After Sex (18+)
97AB | Malaikat Penghancur (18+)
98 | Berterus Terang
99 | Kasih Ibu
100 | Ibadah Malam (18+)
101 | Teka-teki di Stasiun
102 | Dalang Kehancuran
103A | Permintaan Cerai
103B | Permintaan Cerai
104AB | Bertemu untuk Berpisah
105AB | Kehamilan
106AC | Bercinta dalam Lara (18+)
107AB | Kurayu Bidadari (18+)
108 | Perjuangankan Aku
109A | Malam Terakhir
109B | Malam Terakhir
110 | Pergi untuk Kembali
111A | Alasan Di Balik Kejahatan

91B | Kembang Perawan

10.1K 941 47
By friday-ukht

Terima kasih kak testimoni realnya🥰
Yang udah order, yuk repeat order, yg belum wajib coba 🥰 sudah ada izin di kemasannya ya

💕Shopee/ig : mowteaslim
💕 WhatsApp : 0896032104731

_________________

Playlist ⏯️ Kembang Perawan (Gita Gutawa)

_________________

[ WARNING 18+ ]

*Kategori 18+ wattpad dan versi Karyakarsa/pdf beda ya. VERSI KARYAKARSA/PDF TIDAK DIPUBLISH SI WATTPAD

__________________


"Gadis yang Om Gatra sayang mungkin milih pergi dan menghilang,"

Gatra terdiam menunggu kalimat Kana selanjutnya. Manik mata gadis di bawahnya tampak penuh harap. Entah kapan Gatra melihat Kana tanpa harapan, rasanya tidak pernah.

Seperti yang ia katakan, Kana selalu punya sisi positif di setiap kejadian negatif yang ia alami. Dan tak semua manusia bisa bijaksana sepertinya.

"...tapi gadis yang sayang sama Om Gatra, empat tahun bertahan walaupun  rasanya bersanding sama Om itu cuma angan-angan."

Bagaimana mungkin Kana mengutarakan hal itu dengan senyum tipisnya? Sementara tanpa gadis itu sadari jantung Gatra berdegup kencang di sana. Matanya sedikit terbelalak menyadari baru saja istrinya mengungkapkan fakta.

"Siapa gadis yang sayang saya selama empat tahun?" Tanya Gatra mengulang  ucapan istrinya barusan.

Kana menutup wajahnya malu. Bayangkan saja, sekarang posisinya masih berada di bawah kungkungan tubuh besar Gatra.

"Jawab dong, Ibu," Goda Gatra yang jiwa usilnya mulai bergejolak melihat istrinya justru menutup wajah. "Siapa hmm?"

"Ini, Om," Ucap Kana tanpa berani membuka telapak tangannya yang menutup wajahnya sendiri. "Gadis yang Om tindih sekarang yang sayang sama Om Gatra."

Deg.

Entah mengapa mendengar Kana mengutarakannya secara langsung membuat hati Gatra berdesir hebat. Desiran yang dulu pernah ia rasakan kini muncul kembali hanya dengan pengakuan istrinya.

"Kamu?" Tanya Gatra. "Punya rasa sama saya selama itu?"

Kana membuka telapak tangannya oelan dan mengangguk, "Iya, Om," Jawabnya. "Makanya dulu aku sering nguping Om Gatra kalo ngaji suaranya enak, sampe sekarang malah ngajarin aku ngaji, ya Allah mimpi apa aku?"

Dari sorot matanya yang sedekat ini dengan Gatra, gadis itu tampak bahagia mencerita betapa antusiasnya dia setiap bertemu cinta pertamanya setelah Pak Sadiman.

"Apalagi kalo udah ngadep Ayah, ya ampun gagahnya bikin meleleh. Walopun galak, tapi anehnya malah aku makin tertantang," Ucapnya lagi mengingat-ingat masa itu. "Kalo dulu, dari jauh liat Om Gatra aja udah degdegan banget, apalagi sekarang ditindih gini...?"

Kana berusaha menggeliat agar Gatra melepaskannya. "Masa ngobrolnya begini sih, Om? Nggak pewe tau."

"Biar begini, nanti kamu kabur," Jawab Gatra yang sadar posisinya masih berada di atas Kana.

Kana berdecak sebal. Baiklah, itung-itung menghirup aroma harum tubuh Gatra yang dari dulu ia sukai. "Om wangi banget," Ucapnya berusaha mengganti topik pembicaraan.

"Kana," Panggil Gatra yang masih menatap dirinya meskipun Kana berusaha membuang tatapannya sendiri. "Kenapa nggak bilang?"

"Bilang ke siapa, Om?" Tanya Kana, "Bilang ke Ayah? Big no! Yang ada malah Om Gatra nanti jadi rekening."

Alis Gatra terangkat, "Jadi rekening?"

"Iya, Om Gatra dimutasi gara-gara ayah dapet ajudan baru," Ledek Kana. "Ayah pasti ketar-ketir kalo tau putri semata wayangnya ngincer Mas ajudan ganteng ini."

Gatra menggeleng, "Bukan bilang ke Ayah, tapi bilang ke saya, Kana."

Mendengar itu justru membuat Kana tertawa, "Ya masa aku nggak ada angin nggak ada ujan ngungkapin perasaan gitu? Yang ada makin-makin deh Om Gatra nganggep aku cuma bocil kemaren sore," Ucap Kana. "Aku simpen perasaan itu sendiri aja, Om. Nggak sendiri deh, beberapa temenku tau."

Ah, Kana benar. Kalau saat Kana duduk di bangku SMP dan mengungkapkan perasaannya, yang ada Gatra justru meledeknya mati-matian.

"Emang kalo misal pas aku lulus SMA kemarin aku ungkapin, Om Gatra mau sama aku?" Tanya Kana pelan. Takut-takut mendengar jawaban Gatra yang mungkin akan mengecewakan.

"Kenapa enggak?" Tanya Gatra.

"Heh?" Sontak Kana berani mendongak menatap tepat di netra suaminya. "Tanpa ada kejadian semua ini loh."

"Iya, he-em, saya mau," Ucap Gatra di luar ekspektasi Kana. "Tapi..."

Tapi? Ah, Kana sudah menduga, tidak mungkin Gatra bersedia menerima cintanya. Setelah menikahpun Gatra belum memiliki perasaan apa-apa untuk Kana. Haruskah ia berharap lebih?

"Asal kamu bersedia saya nikahi setelahnya dan Ayah Ibumu setuju ya langsung saya bawa Mak sama Nilam ke rumahmu. Minta kamu baik-baik ke Ayah Ibu buat jadi istri saya."

Sorot mata Kana berubah haru. Pandangannya pada pria yang menyebalkan berubah total. Pria dengan kharismanya ini sekarang sedang menunjukkan kesungguhannya memperistri seorang Kana.

"Tapi kenapa, Om?" Tanya Kana bingung.

"Saya nggak mau janjiin kamu hubungan yang nggak jelas, Kana. Saya nggak mau ngulangin masa lalu saya." Tuturnya. "Kamu bener, perempuan butuh kepastian. Kalo kamu siap saya nikahi ya lebih baik. Tapi waktu itu keliatannya nggak mungkin buat saya sama kamu jadi kita."

"Kamu harus fokus sama mimpimu dan saya fokus sama mimpi saya. Masih ada yang harus diraih di sana, dan rasanya nggak gampang minta anak gadis jadi istri saya di usia semuda ini di hadapan Pak Sadiman, komandan saya pula."

Kana berdecak, "Terus, perasaan Om Gatra gimana? Aku cinta sendiri berarti?"

Skak.

Gatra tak bisa menjawabnya. Memang benar kalau dirinya bodoh sekali perihal percintaan, bahkan dengan menyadari perasaannya sendiri saja sulit.

"Yaudah misi, Om! Lepasiiiin," Gerutu Kana meminta dilepaskan saat mengetahui Gatra tak mampu membalasnya.

"Cium dulu kaya tadi," Goda Gatra yang mulai berani.

Kana menaikkan satu alisnya, "Apanya yang dicium?"

Gatra menunjuk bibirnya sendiri, "Bibir saya."

"Oh kirain yang lainnya, Om." Gadis kurang ajar itu menaik turunkan alisnya menggoda perjaka macam Gatra. "Bercanda, Om, sadis amat ngeliriknya."

Bibir pria itu berdecak. "Kamu mesumin anak perjaka terus. Udah, cepet! Mau saya pindah posisi nggak?"

Tiba-tiba Kana berubah pikiran. "Enggak jadi deh. Aku suka Om Gatra di atasku gini. Apalagi nggak ada jarak." Lagi, gadis itu lagi-lagi menggoda Gatra tanpa memikirkan dampak kedepannya.

Lengan Kana terangkat lagi untuk mengalungi leher suaminya itu. Biar saja Gatra pegal menahan beban tubuhnya sendiri agar tak menindihi Kana begitu saja.

"Om besok minta maaf sama Om Patra ya?" Pintanya pelan. "Kalian itu 'kan udah kaya Upin Ipin, nempel terus."

Gatra menggeleng, "Masalahnya udah kelar kok. Ibu negara nggak usah pusing."

Kana meringis pada panggilan 'ibu negara' dari sang suami. "Kerasa nggak jantung aku deg-degan?" Tanyanya pada Gatra. "Walopun aku udah di-unboxing sebagian sama Om Gatra, tapi kok masih degdegan ya?" Bisiknya pelan.


Gadis itu terkikik geli sendiri melihat ekspresi Gatra di atasnya, "Oh iya, aku 'kan kembang perawan yang baru ngerasain jatuh cinta dan beruntung nya malah berjodoh sama cinta pertamaku. Gausah malu gitu kali ekspresinya," Ledek Kana.

"Saya kadang mikir, kamu ini anak siapa..." Ledek Gatra balik pada istrinya. "Sepengetahuan saya, Pak Sadiman berwibawa, mediang Bu Hapsari lembut anggun, kenapa anaknya mesum?"

Kening gadis itu mengerut bingung, "Astaghfirullah!" Protesnya pada Gatra. "Aku juga nggak percaya Om Gatra sama Om Patra sahabatan dari orok, sifatnya berbanding terbalik, kok bisa tahan kalo nggak sefrekuensi?" Balas Kana balik.

Cup!

Gatra mengecup bibir istrinya cepat, membuat Kana terdiam seketika,  "Hukuman karena yang disebut Patra. Dilarang nyebut nama itu malam ini."

"Idihhh!" Pekik Kana sebelum tertawa. "Om Patra, Om Patra, Om Patra, Om Patra..." Panggilnya berkali-kali menggoda suaminya itu.

Gatra terdiam dengan mata yang menatap sengit ke arah istrinya.

"Cie diem, pasti bingung mikirin hukumannya apa," Ledek Kana lagi tanpa rasa takut sama sekali. "Hukuman cium buat manggil satu kali, kalo berkali-kali hukumannya bikin bayi kali ya?"

Astaga benar-benar mulut Kana selalu berhasil menggoda Gatra agar hanyut salah tingkah dalam setiap kalimatnya barusan.

"Allah," Gumam Gatra, "Heran, ini anak kemaren sore pinter banget godain saya," Ujar Gatra. "Jangan salah, saya laki, lebih liar pikirannya dari kamu, Kana."

"Begitu kah?" Goda Kana lagi sembari tersenyum tidak percaya. Buktinya selama pernikahan Gatra tak melanjutkan adegan unboxing sebagian yang tertunda lagi 'kan?

Gatra mengangguk, "Mau tau apa efeknya kamu godain kayak tadi?" Bisik pria itu pelan.

Tentu, Kana penasaran sekali. Selama ini ia menggoda dan menjahili Gatra perkara 'ranjang' ternyata memiliki efek sebesar seperti apa?

"Sini tanganmu," Ujar Gatra pelan. Perlahan menarik lembut tangan Kana dan mengecupnya sekilas sembari menahan geli kala menatap kebingungan di wajah istrinya itu.

"Ma—mau diapain, Om?" Tanya Kana yang mulai gugup.

Gatra menuntun tangan istrinya untuk bergerak ke bawah. Terus menuruni dada Gatra, hingga jemari lentik sang istri berhenti di pusat tubuh pria itu. Sesuatu yang Kana raba itu terasa menonjol dan keras.

"O...Om?" Gumam Kana terkejut dengan apa yang ia raba saat ini. "I—ini?"

Gatra mengangguk dan tersenyum puas, "Tanpa kamu goda pun dia bisa ereksi, apalagi kalo kamu godain terus."

[ D A R A  A J U D A N ]

"Sesungguhnya tipu daya (godaan) kalian wahai para wanita begitu besar” (QS. Yusuf: 28).


Wayooo Kana langsung speechless wkwkw

abis ini ada adegan apa ya? Hehe baca duluan di Karyakarsa/pdf. Baca chapter 18+ hanya tersedia di Karyakarsa/pdf ya

💕 Karyakarsa = fridayukht
💕 WhatsApp = 0896032104731
💕 Instagram = fridaywattpad

Continue Reading

You'll Also Like

17.8K 1.8K 33
Mencintai atau Dicintai? Mungkin sebagian perempuan akan memilih untuk dicintai. Namun berbeda dengan Anasera Yasmeen Effendi yang memiliki prinsip...
1.5M 59.4K 32
I LOVE YOU! Abinaya Satrio Prasetia Laki-laki berusia 30 tahun. Seorang arsitek yang bekerja diperusahaan kontraktor milik keluarganya. Senang memban...
979K 165K 136
Ketika seorang arsitek muda, tampan, mapan, dan dingin bernama Banyu Biru menyakini bahwa jodoh adalah cerminan diri, maka dia cukup percaya diri bah...
145K 12.8K 52
Witing Tresno Jalaran Soko Kulino. Bagi Kanaya Adijaya, pepatah Jawa yang satu itu masih menjadi tanda tanya besar pada hatinya. Witing = Permulaan...